40

860 61 6
                                    

Acara kampanye yang di selenggarakan di setiap kota dan provinsi kini telah usai, saat ini Dhanurendra dengan para staffnya dalam perjalanan pulang kerumah. Tinggal satu jadwal kampanye terakhir yang akan di selenggarakan dua hari lagi di stadion terbesar di Ibukota.
Iring - iringan mobil Dhanurendra beserta beberapa stafnya kini telah tiba di kediaman mereka dan mendapati sebuah mobil sport warna hitam nampak terparkir rapi di halaman. Sontak membuat Dhanurendra bertanya - tanya siapa tamu yang datang di rumahnya. Sebab tidak ada satupun pemberitahuan yang masuk jika saat ini tengah ada tamu yang menunggunya.

"Ada mobil Ferrari terparkir, kira - kira siapa tamu kita? Kenapa tidak ada pemberitahuan yang masuk dari para penjaga?"
Gumam Firman sembari memarkirkan mobil yang ia kendarai bersama Dhanurendra, Aji dan juga Gamaliel.

"Kita akan tahu jika sudah masuk kedalam, tapi rumah kenapa nampak sepi sekali?"
Sambung Aji lantas keluar dari mobil untuk menurunkan barang - barang bawaan mereka selama kampanye.

Rombongan Dhanurendra bersama - sama memasuki rumah untuk melihat siapa tamu yang telah menunggu mereka. Namun setibanya di ruang tamu, mereka tidak mendapati siapapun berada disana.

"Bik Sopi, di depan mobil siapa?"
Tanya Gamaliel pada Bik Sopi yang datang dengan tergopoh - gopoh menghampiri mereka.

"Oh mobil hitam bagus di depan ya Mas Letkol? Itu punya Mas Bule, baru tiba disini kemarin lusa."
Ungkap Bik Sopi sembari meraih barang bawaan yang sejak tadi di bawa oleh Firman.

"Mas Bule? Siapa Bik?"
Tanya Rizky begitu tidak sabar.

"Mas lihat saja sendiri, sekarang Mas Bule nya ada di kandang kuda untuk melihat Hercules. Ya sudah ya Bibik ke belakang dulu."
Bik Sopi pamit meninggalkan sebuah tanda tanya tanpa jawaban yang berarti.

"Daripada penasaran, sebaiknya kalian lihat siapa yang berada di kandangnya Hercules. Bapak istirahat dulu."
Dhanurendra pamit kepada para staffnya untuk beristirahat ke dalam kamarnya.

"Kalau begitu biar aku dan Firman saja yang mengecek ke belakang, Bang Gama dan Bang Rizky istirahat saja."
Titah Aji sembari menarik tangan Firman, kedua pria itu sangat penasaran dengan pemilik mobil hitam yang sejak mereka tiba telah menarik perhatian.

..

"Aku tidak yakin kau bisa menunggangi kuda, Zane. Berhati - hatilah, jika sesuatu terjadi pada Hercules, Papa bisa murka."
Omel Rhea ketika Zane begitu keras kepala ingin mencoba untuk menunggangi Hercules.

"Kau meremehkan kemampuanku, hhmm? Jangankan hanya seekor kuda, aku pun juga bisa menunggangi yang lain."
Sahut Zane yang sejak tadi nampak melakukan pendekatan dengan kuda Hercules.

"Ucapanmu sangat ambigu, Zane."
Dengus Rhea begitu kesal. Bagaimana bisa Zane mengucapkan kata yang mengundang begitu banyak spekulasi seperti ini.

"Untung kau masih kuanggap menjadi adikku, jika tidak mungkin akan ada banyak Zane junior disini."

"Dasar gila."
Umpat Rhea.

Aji dan Firman telah tiba di kandang Hercules, kedua nya saling melempar pandang ketika mendapati Rhea tengah bersama Zane disana.
"Rhea dan Zane, Kapan mereka sampai?"
Kedua asisten Dhanurendra itu saling beradu pandang, keduanya cukup terkejut sebab kepulangan Rhea kali ini tidak ada yang di beri tahu apalagi di tengah - tengah santernya kabar yang menerpa Gamaliel.
"Bagaimana jika kita mengabari Bang Gama terlebih dahulu, Ji."
Usul Firman sebelum keduanya tiba di seputaran lokasi kandang.

"Sebaiknya jangan ikut campur urusan mereka, ayo kita kesana."
Ajak Aji.
"Rhea, kapan datang?"
Aji menyapa Rhea yang tak kalah terkejut ketika Aji dan Firman datang menghampirinya.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang