Selesai deklarasi di convention center, semua rombongan kembali ke kediaman Dhanurendra. Rumah Dhanurendra kembali ramai seperti sebelumnya. Para staff Dhanurendra nampak tengah bernyanyi untuk menghibur para relawan, simpatisan serta pendukung yang masih stand by disana.
Rizky, Aji dan Firman bernyanyi dengan begitu hebohnya.
Gama tengah duduk bersama Zane dan Rhea, ia hanya bisa menggeleng melihat tingkah para rekannya."Apa kamu tidak mau bergabung dengan mereka, Mas?"
Bisik Rhea, pada Gama sembari terkikik geli melihat Aji yang asik bergoyang dengan hebohnya."Kamu yang bernyanyi, Mas yang bermain gitar, bagaimana?"
Usul Gama pada Rhea."Wah benarkah? Ayo aku mau."
Gana menatap Rhea dengan tidak percaya jika gadis itu mau di ajak maju kedepan untuk menyumbangkan suaranya.
"Kenapa menatapku seperti itu?"
Rhea melirik Gama yang menatapnya aneh.
Gama hanya tersenyum sembari menggeleng, ia pun kemudian menarik tangan kekasihnya menuju para rekannya untuk mengajaknya menyumbangkan sebuah lagu."Bu, lihat Bu, Rhea sama Letkol Gama."
Heidy yang melihat Gama menggandeng tangan Rhea menuju ke arah para rekan - rekannya yang bermain musik, membuat Heidy nampak antusias sehingga menarik ujung baju sang Ibu yang terlihat tengah asyik berbicara dengan Dhanurendra.
Menyadari panggilan dari Heidy, sontak membuat Diana dan Dhanurendra saling menoleh ke arah telunjuk Heidy. Diana sumringah lantas bertepuk tangan, begitu juga dengan Dhanurendra."Lagu ini kami persembahkan untuk Bapak Dhanurendra beserta Ibu Diana. Enjoy."
Ucap Rhea di balik micrhophone nya.
Semua orang bersorak girang, apalagi para staff Dhanurendra yang lain nampak bertepuk tangan, bersorak serta memberikan suitan begitu ramai."Anak - anak itu sedikit - sedikit bertengkar, sedikit - sedikit sudah baikan lagi. Bikin pusing orang tua saja."
Cibir Dhanurendra sembari menggelengkan kepalanya pelan."Namanya juga mereka masih sama - sama muda, Mas. Masih sama - sama harus belajar. Tapi semoga saja mereka bisa seterusnya bersama."
Sambung Diana, perasaannya menghangat ketika melihat Gama dan Rhea saling pandang sembari melemparkan senyum. Kedua anak itu sudah baik - baik saja rupanya.
Gama dengan piawai nya memetik senar gitarnya, sementara Rhea dengan senyum cantiknya tengah menunggu alunan musik untuk menyumbangkan suara indahnya.Menatap kepergian dirimu
Menatap menangis sedih tak tertahan
Terbayang saat bersama lewati masa terindah
Saat kau memelukku tuturkan cintaKaulah seluruh cinta bagiku
Yang selalu menentramkan perasaanku
Dirimu kan selalu ada disisiku selamanyaKau bagaikan nafas ditubuhku
Yang sanggup menghidupkan segala gerakku
Ku kan selalu memujamu hingga nanti kita kan bersamaTak sanggup ku memikirnya lagi
Habis separuh nyawaku tangisimu
Tiada lagi bait terindah terdengar merdu terucap
Merayu menyanjungku tenangkan jiwaKaulah seluruh cinta bagiku
Yang selalu menentramkan perasaanku
Dirimu kan selalu ada disisiku selamanyaKau bagaikan nafas ditubuhku
Yang sanggup menghidupkan segala gerakku
Ku kan selalu memujamu hingga nanti kita kan bersamaTiada cinta yang setulus cinta (cintamu)
Tiada yang sanggup gantikan dirimu
Tiada rasa seindah kasihmu
Tiada yang mampu temani diriku oh ho hoKaulah seluruh cinta bagiku
Yang selalu menentramkan perasaanku
Dirimu kan selalu ada disisiku selamanya (ho ho)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not As Beautiful As Love Should Be
Romancesebenarnya sederhana, namun dari kata sederhana itulah sesuatu yang terlihat sederhana tidaklah sesederhana itu. ini bukan tentang kisah yang menye - menye ~inspired by major teddy and the ganks~ Noted : Ini semua hanyalah kisah khayalan untuk memen...