28

779 53 22
                                    

Rhea berjalan menyusuri tepian pantai berpasir, membiarkan ombak berkejaran menyapa kaki telanjangnya. Surai kecoklatan nya  nampak berkibar oleh sapuan angin. Matahari muncul menyapa hangat sosok gadis yang tengah bergelut dengan segala isi pikirannya.

"Jika aku tidak pernah kembali lagi, bagaimana? Mas Gama pasti akan sangat terluka, dan membenci ku."
Ucap Rhea dalam hati, gadis itu menatap hamparan air laut yang tidak jelas dimana ujungnya, sama seperti perasaannya terhadap Gama. Meskipun awal mula kisah mereka sangatlah rumit, namun Rhea menyadari bahwa Gama adalah seseorang yang tepat dijadikan untuk tempat pulang.
"Aku merindukan mu Mas."
Ucap Rhea lirih nyaris tak terdengar.

Zane menatap Rhea dari kejauhan, pria itu bertelanjang dada serta mengenakan celana pendek. Ia sama sekali tak menduga bahwa pertemuannya dengan Rhea secara tak sengaja telah membuatnya jatuh dalam jurang perasaan cinta sepihak. Ketika semua gadis mengidolakan dia, bahkan akan dengan senang hati memberikan kesenangan padanya. Tapi berbanding terbalik dengan Rhea yang justru dengan keras menolak pesonanya.
Zane sempat heran, apa yang salah dengan dirinya sehingga sampai saat ini Rhea masih belum juga luluh pada nya.

"Apa aku masih kurang tampan dan kaya untuk mendapatkan hati Nala, Jo?"
Zane bertanya ketika Johan datang mendekatinya.

"Ini sudah ke tiga ratus delapan puluh tujuh kali anda menanyakan hal yang sama Tuan, sementara saya masih belum bisa mendapatkan jawabannya."
Ungkap Johan, pria itu selalu berpakaian rapi. Mengenakan stelan jas dan tidak pernah terlihat berantakan.

"Kali ini apa yang harus aku lakukan untuk bisa mendapatkan nya?"

"Bukan kah lebih baik anda melepaskan Nona Nala saja, Tuan?"

"Katakan sekali lagi maka akan ku ledakkan kepala mu!"
Zane mengancam Johan, sebab itu bukanlah jawaban yang ia inginkan.

"Saya hanya kasihan terhadap Nona Nala, Tuan. Dia tidak bersalah, karena sebuah ketidak sengajaan membuat hidupnya berantakan. Disini saya tidak menyalahkan Anda, tapi imbas dari semua nya Nona Nala harus berurusan dengan pemerintah."
Ujar Johan memberikan opininya.

Sementara itu Zane terdiam, pria itu terkenal menjadi manusia paling bengis dan berdarah dingin. Demi menyelamatkan usaha keluarga nya, ia mampu membunuh para lawan yang menurutnya bisa menjadi penghalang.
Namun semua berubah ketika ia pulang ke rumah dan mendapati sosok Rhea. Zane yang kejam akan berubah menjadi Zane yang lembut dan penurut pada semua yang Rhea katakan. Entah bagaimana itu bisa terjadi? Zane sendiri tidak mengerti.

"Saya harap anda tidak marah, sebab selama ini yang saya perhatikan Nona Nala begitu tertekan tinggal bersama Anda."
Sambung Johan kemudian berpamitan untuk mengurus kembali kontrak ekspor persenjataan dengan pemerintah. Kali ini Zane tidak ikut sebab ia ingin menghabiskan waktu bersama Rhea, jika bisa.

Zane berjalan mendekati Rhea yang duduk di sebuah bebatuan, menikmati hembusan angin yang menyapa. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Namun ia terlihat begitu kacau usai melihat berita di ponselnya menunjukkan foto Gama yang berpelukan dengan seorang gadis.

"Nala."
Sapa Zane yang kala itu tengah berdiri tepat di belakang Rhea.
"Apa aku terlalu jahat dan egois untuk mu?"

Mendengar pertanyaan Zane membuat Nala terkejut. Gadis itu segera beranjak lantas menatap Zane dengan raut wajah kebingungan.

"Zane, bahkan dari awal kau tahu. Aku tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu. Jadi ku mohon lepaskan aku, aku hanya mau hidup ku kembali normal. Aku cape, aku tidak bisa bergerak bebas. Setiap langkah ku selalu di intai oleh para musuhmu."
Oceh Rhea kesal, berdekatan dengan Zane selalu membuat emosi Rhea bergejolak.

"Aku minta maaf, maafkan aku Nala. Aku berjanji akan melepaskan mu. Tapi tidak dalam waktu dekat, sebab ada beberapa acara yang harus ku datangi dan aku butuh kamu untuk mendampingi."
Ungkap Zane tanpa menatap Rhea yang sejak tadi menatapnya.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang