12

1K 75 7
                                    

Sebelum acara kampanye dimulai seluruh staff Dhanurendra mendapatkan waktu untuk berlibur. Ada beberapa yang memutuskan untuk pulang ke orang tuanya, ada pula yang masih tetap tinggal untuk menjaga Dhanurendra. Seperti Gama contohnya.
Libur kali ini di gunakan Gama untuk mengatur semua jadwal kampanye yang akan di lakukan Dhanurendra di berbagai tempat, yaitu berbagai kota bahkan provinsi.

Dari mengatur lokasi, mencari event organizer dan lain sebagainya Gama lah yang mengatur dengan baik. Bahkan sampai pidato untuk orasi saja Gama yang membuatkan sementara Dhanurendra tinggal terima beres.

"Rhea kemana? Sehari ini saya tidak melihatnya."
Tanya Dhanurendra ketika dirinya tengah mengobrol bersama Gama di taman belakang.

"Saya juga kurang tahu Pak, sejak beberapa hari yang lalu sampai hari ini saya sibuk mengatur jadwal Bapak. Melengkapi semua keperluan Bapak dan yang lain terkait kampanye yang akan Bapak lakukan."

"Tolong cari Rhea ya, dia ada janji untuk memasakkan sop iga untuk saya."
Utus Dhanurendra, kesibukannya membuat ia jarang bertemu dengan putri kesayangannya meskipun sekarang Rhea sudah kembali ke negaranya tetapi masih saja tidak ada waktu untuk bertemu.

"Baik saya permisi dulu, Pak."
Gama pamit undur diri untuk mencari keberadaan Rhea. Pria itu berkali - kali menelepon Rhea tapi tidak mendapat jawaban, begitu juga pesan obrolannya pun tidak mendapat balasan ketika mendapati Rhea tidak berada di dalam kamarnya.

"Bik Sopi lihat Rhea dimana?"
Gama akhirnya bertanya pada Bik Sopi sebab sudah sempat berkeliling di dalam rumah namun tidak menemukan keberadaan Rhea.

"Oh Nduk Ayu? Tadi bilang mau ngasi makan ikan Pak Letkol. Coba lihat disana."
Ungkap Bik Sopi.

"Oh ya, apa persediaan untuk membuat sop iga masih ada? Nanti malam Bapak ingin Rhea memasakkan sop iga untuk beliau."

"Sop iga ya? Sepertinya tidak ada stok Pak."

"Ya sudah nanti biar saya ajak Rhea berbelanja, supaya dia bisa memilih sendiri apa yang ia butuhkan untuk memasak. Permisi Bik."

Tak butuh waktu lama, Gama berhasil menemukan Rhea yang tengah asyik di tepi kolam untuk memberi makan ikan. Pria itu nampak tersenyum melihat bagaimana Rhea berinteraksi dengan ikan - ikan peliharaan nya. Tidak ada yang tahu bahwa ikan - ikan yang ada di kolam tersebut semua nya adalah Gama yang mengisi.

"Ehhhm, kau disini?"
Gama berdehen untuk membuka obrolan diantara mereka.

"Aku memberi makan ikan - ikan ini, hampir setengah bulan aku di rumah, aku baru tahu ada kolam ikan disini. Sejak kapan ada? Bahkan terakhir kali sebelum aku pergi ke Itali kolam ini belum ada."
Tanya Rhea panjang lebar.

"Kolam ini di bangun saat saya sudah satu tahun ikut Bapak. Dan yang kamu beri makan itu semua ikan - ikan peliharaanku."
Ungkap Gama lantas berjalan mendekati Rhea yang terlihat kembali asyik melemparkan makanan yang berbentuk bulat kecil - kecil ke arah kolam.

"Baik sekali Papa ya memberikan ijin untuk Pak Letkol membangun kolam ikan disini."

"Berhenti memanggil saya dengan sebutan Pak Letkol, Rhea."
Gama begitu gemas sebab wanita yang saat ini tengah berdiri disisinya itu sangat sulit sekali di beritahu.

"Iya, iya. Ada apa Mas mencariku?"
Tanya Rhea tentu saja dengan mata yang menatap Gama, sebab ia tak mau lagi di tegur - tegur seperti anak kecil.

Gama membeku, tatapan mata serta panggilan Rhea padanya bagaikan sebuah oase di tengah padang gurun. Begitu menyejukkan beberapa menit Gama terdiam dan itu tentu saja membuat Rhea jengah.

"Jadi mau diam-diaman disini atau bagaimana Mas?"
Sambung Rhea kemudian.

"Ahh iya, Mas minta maaf. Tapi Bapak menyuruh Mas untuk mencarimu. Beliau bilang bahwa kau ada janji untuk memasakkannya sop iga."
Ungkap Gama, lantas meraih mangkok berisi pakan ikan yang sejak tadi di pegang oleh Rhea.

"Benar, aku lupa. Beberapa hari ini cukup sibuk jadi tidak sempat untuk membuatkan Papa sop iga."

"Ya sudah kalau begitu sekarang bersihkan tangannya, lalu kita belanja. Mas tadi sempat tanya ke Bik Sopi jika bahan - bahan untuk sop iga tidak ada."
Gama menyodorkan satu pack kecil tissue basah yang ia ambil dari dalam saku celananya untuk membersihkan tangan Rhea yang lumayan bau akibat memegang pakan ikan.

"Tunggu - tunggu, Mas Gama mau mengantarku belanja? Apa tidak salah?"
Tanya Rhea seolah tidak percaya.

"Hari ini Mas Libur, Rhea. Semua acara Bapak di berbagai tempat sudah aman. Jadi berhubung rekan - rekan yang lain sedang pergi mengunjungi orang tua mereka. Maka hari ini Saya yang akan menemanimu berbelanja."
Tutur Gama.

"Tapi bisalah ganti baju dulu. Kalau mau nganterin aku jangan pakai baju safari kaya gitu lah, ini Rhea bukan Papa."

"Memang ada masalah ya dengan baju safari saya?"
Gama bertanya sembari menatap penampilannya dari bawah hingga ke atas.

"Oh mungkin Pak Letkol ini sudah mau terang - terangan ya. Jalan sama perempuan supaya penggemarnya semakin histeris."
Sindir Rhea lantas berjalan pelan mendahului Gama.

"Bukan begitu Rhea, oke baiklah saya mengerti maksud mu.  Lima belas menit nanti saya tunggu di parkiran."
Gama tersenyum lantas berlari kecil menuju paviliun di belakang rumah dimana kamarnya terletak disana.

Sementara Rhea terkikik geli melihat tingkah Gama, meskipun terkadang sikap pria itu membuat Rhea kebingungan entah kenapa di balik itu semua ada sesuatu yang membuat Rhea merasa di lengkapi. Dan sampai saat ini pun Rhea tidak tahu itu apa.

Lima belas menit tepat Rhea sudah selesai dengan persiapannya dan kini ia menuju sebuah mobil Fortuner berwarna hitam yang terparkir rapi di halaman. Seperti yang di instruksikan Gama padanya melalui pesan singkat tadi.

"Wih, serius ini Pak Letkol?"
Rhea tergelak ketika Gama keluar dari mobil dengan penampilan yang tidak seperti biasanya.

"Sudah jangan banyak bicara, cepat masuk."
Perintah Gama seraya membukakan pintu mobilnya untuk Rhea.

Berkali - kali Rhea menatap Gama yang tengah fokus menyetir mobilnya, gadis itu seolah tidak percaya dengan apa di lihatnya. Sebab penampilan Gama saat ini sangat berbeda dengan Gama yang biasanya.

"Kamu ini kenapa melihat saya seperti melihat penjahat saja."
Gama bertanya dengan mata yang fokus ke depan.

"Sering - sering berpenampilan seperti ini deh Mas, aku yakin pasti penggemarmu akan bertambah banyak."

"Jangan mulai Rhea."

Gadis itu tertawa terbahak melihat ekspresi Gama yang nampak kesal akibat di ledek olehnya. Bagaimana tidak? Gama memakai celana pendek berwarna khaki, sepatu sneakers berwarna putih, kaos hitam polos dipadu padankan dengan crewneck oversize berwarna abu - abu. Dan tak lupa kalung identitas tentara nampak bergelantung di lehernya.

"Hari ini aku jalan bersama Mas Gamaliel bukan Letkol Gama."
Lagi - lagi Rhea terkikik geli, lantas mendapat usapan di puncak kepalanya oleh Gama.

"Terserah kau saja Rhea, asal kau tidak marah - marah dan bersikap acuh pada saya. Melihat kamu tertawa seperti ini saja sudah membuat Mas senang."
Ucap Gama tersenyum memperlihatkan lesung pipit di pipi kirinya.



_connect immediately_

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang