71

747 77 27
                                    

Taksi yang mengantarkan Gama telah pergi usai menurunkan penumpangnya di depan sebuah bangunan tua dengan pagar terbuat dari baja yang menjulang tinggi menutup seluruh bangunan di dalamnya. Gama terdiam berdiri di depan pintu dengan sebuah tas yang tersampir di pundaknya. Raut wajahnya terlihat cukup lelah, penampilannya juga terlihat lusuh dan berantakan. Kemeja warna putih yang ia pakai sudah kusut bahkan lengan panjang itu tergulung asal sampai siku. Kantung mata nya terlihat jelas, namun meski begitu semangat nya untuk bertemu dengan kedua orang yang berharga dalam hidupnya telah berhasil membawa nya sampai sini.
Mansion Lux Haven yang berada di jalur Chiazette tepian pantai Santa Maria la Scala kota Acireale, akhirnya berada di hadapan Gama saat ini.
Ia telah siap menghadapi apapun asalkan dirinya bisa membawa Rhea dan putra nya pulang ke Indonesia.

Pintu gerbang yang beratnya di perkirakan ratusan kilogram itu terbuka, Gama tahu jika banyak kamera pengintai yang di letakkan disana sehingga tanpa harus mengetuk pintu pun, orang - orang yang berada di dalam sana sudah bisa mengetahui siapa yang datang.

Gama berdiri dengan tegap tatkala para penjaga dengan senjata laras panjang lengkap seolah menodongnya dan siap menarik pelatuknya. Mereka semua berpakaian serba hitam, dengan sorot mata tajam mengintimidasi.

"Gamaliel?"
Seru salah seorang penjaga yang berada di deretan paling ujung.
Pria bule berkebangsaan Amerika itu seperti tak asing ketika melihat sosok berkemeja putih yang berdiri di antara rekan - rekannya tersebut.
Dia ingat, jika pria itu adalah kawan seperjuangan ketika menempuh pendidikan militer di Amerika beberapa tahun yang lalu.
Pria bermata hijau itu berjalan mendekati Gamaliel lantas menepuk bahu kawan lamanya itu kemudian memeluk dengan erat. Ia sama sekali tak menyangka setelah kehilangan kontak sekian tahun, ia bisa di pertemukan kembali dalam keadaan tak terduga seperti ini.

"Aaron!"
Sapa Gama, kedua nya terlihat saling peluk untuk melepaskan rindu.
Dulu keduanya adalah dua anak muda dengan cita - cita yang sama dalam menempuh pendidikan militer di Amerika hingga keduanya bisa meraih gelar Ranger terbaik disana.

"Jangan terlalu ramah pada orang asing, Aaron!"
Tegur salah satu rekan Aaron yang memiliki perawakan tinggi sekitar dua ratus sentimeter dengan postur tubuh tegap dan kekar berotot. Ia adalah Jimmy, ketua para ajudan dan penjaga yang ditugaskan oleh Zane untuk menjaga mansion ini.

"Maafkan saya ketua Jimmy, dia adalah kawan lama saya ketika menempuh pendidikan militer di Amerika dulu."
Ungkap Aaron, ia menundukkan kepalanya lantas menjaga jarak antara dirinya dan juga Gamaliel. Ia tak mau keakrabannya dengan Gama akan menimbulkan masalah nantinya.

Tak lama Zane tiba bersama dengan beberapa ajudannya, wajahnya terlihat tidak bersahabat, muram dan tatapannya tajam.
"Bagaimana bisa kau tahu alamat mansion ini? Ahhh, tak perlu di jawab, aku tahu pasti itu ulah Johan."

"Saya yang mendesaknya untuk memberitahuku tentang keberadaan kalian."
Gama menjawab dengan lantang tanpa rasa takut sedikit pun.

"Dengan keberanianmu yang seperti ini, kau pantas di sebut sebagai Letnan Kolonel, tapi pangkatmu tidak membuktikan bahwa dirimu adalah pria yang baik. Melainkan seorang pengecut yang membuang gadis sebaik dan setulus Nala begitu saja."

Gama terdiam, sebab semua ucapan Zane memang ada benarnya. Pangkat Letkol yang selama ini ia sandang seolah tidak pantas sebab sikap dan perilakunya pada Rhea sangatlah keterlaluan. Jika saja ia menyadari dari awal, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.

"Kedatanganmu kemari sama seja dengan menyerahkan nyawamu secara cuma - cuma Gamaliel. Dan sepertinya aku akan menikmati setiap ceceran darahmu yang akan tumpah disini."

"Nyawa pun akan saya pertaruhkan jika dengan ini bisa menebus semua kesalahan saya kepada Rhea dan anak laki - laki saya."

Zane tersenyum sinis mendengar ucapan Gama, menurutnya pria yang saat ini berdiri di hadapannya itu sangat tidak pantas jika harus mendapatkan cinta luar biasa dari adiknya. Entah apa istimewa nya pria ini, hingga adiknya bisa begitu menggilai dia. Hingga terlihat seperti manusia yang sangat bodoh bisa memaafkan kesalahan pria itu begitu saja.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang