48

973 72 58
                                    

Gama membuka matanya perlahan lalu menoleh di sisi kirinya ada sebuah pemandangan yang begitu indah, dimana Rhea masih tertidur pulas begitu damai sembari memegangi lengannya. Gama seolah tak percaya jika saat ini hidupnya sudah tidak lagi sepi sebab hadirnya Rhea membuat kehidupan Gama kembali berwarna. Pria itu sama sekali tidak pernah menduga jika ia akan menjalin hubungan dengan anak atasannya sendiri. Dan beruntungnya Gama, atasannya tidak pernah mempermasalahkan jika salah satu staff nya menjalin kasih dengan putri kesayangannya.

"Terimakasih atas segala nya, Sayang."
Gama mengecup pelan kening Rhea, ia perlahan beringsut dari atas ranjang supaya tak mengganggu Rhea yang tengah hanyut dalam mimpi indahnya.

Gama berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, jam di dinding kamar Rhea menunjukkan pukul empat lebih tiga puluh tujuh pagi. Dimana hari ini adalah hari tenang menjelang pemilu tiga hari lagi. Jadi, di hari tenang ini Gama membuat jadwal kunjungan di beberapa tempat yang akan di lakukan oleh Dhanurendra.

Gama telah selesai mandi dan kini ia sudah rapi mengenakan seragam kebanggaannya, lantas kembali mengecek segala keperluan yang harus ia bawa ketika mendampingi Dhanurendra. Sebelum pergi Gama kembali menyempatkan diri untuk melihat Rhea yang masih tertidur sama seperti saat ia meninggalkan ranjang. Gama terlebih dulu menyiapkan coklat hangat di dalam Tumblr tahan panas serta sebutir obat nyeri. Tak lupa sebuah kalimat penuh cinta ia sematkan di atas nakas di samping ranjang.

Kedatanganmu sangat sederhana dan tanpa pernah Mas sangka. Menyebut nama saya dengan lembut, lalu memberikan seribu kenyamanan yang tidak pernah nampak pada sosok lain.
Suaramu begitu menenangkan, dipeluk mu Mas jatuh dan luluh. Mas selalu ingin mencintaimu dengan tenang, perlahan dan mendalam.
Selamat pagi, Cantikku.
Hari ini banyak kegiatan yang harus Mas ikuti bersama Bapak. Mungkin pulang malam, atau bahkan tidak pulang.
Mas minta maaf.
Jaga dirimu ya, jangan lupa obatnya di minum. Sebab pertama kali itu rasanya pasti sangat tidak nyaman.
Always love you, Dear.
Mr.G

Usai menyelipkan kertas itu Gama berangsur untuk meninggalkan sebuah kecupan hangat di kening gadis itu, lantas pergi meninggalkan kamar Rhea menuju ruangan Dhanurendra.
Gama mendapati Dhanurendra baru selesai mandi dan sedang mengenakan stelan jas yang telah di siapkan Gama kemarin.

"Semalam tiba - tiba menghilang kau, Gam? Di usilin Rhea pasti?"
Tanya Dhanurendra ketika mendapati Gama sudah berada di kamarnya sembari membereskan beberapa berkas yang akan di bawa untuk kegiatan nanti.

"Mohon maaf, Pak. Semalam Rhea minta di temani, dia bilang energinya habis setelah bertemu orang banyak. Jadi, saya menemaninya dan membantu nya untuk mengganti perban di bahu nya."
Tutur Gama, ia sudah menduga jika Dhanurendra akan menanyakan keberadaannya semalam yang tiba - tiba saja menghilang ketika Rizky, Aji dan yang lain tengah asyik bernyanyi untuk menghibur para tim sukses relawan pendukung atasannya.

"Apakah luka tembakan itu masih belum membaik?"
Dhanurendra bertanya kembali, mengingat luka yang didapat Rhea sudah cukup lama. Namun sepertinya sampai saat ini kondisinya masih belum pulih betul.

"Luka jahitannya sudah cukup membaik, Pak. Tapi tidak tahu dengan tulangnya yang sempat retak. Rencana nya malam ini jika waktunya cukup, saya mau membawa Rhea ke Dokter Orthopedi kenalan saya untuk memeriksa tulang Rhea yang retak."
Ungkap Gama, mengingat jadwal hari ini lumayan padat. Mungkin untuk mengantar Rhea ke dokter sepertinya cukup mustahil.

"Jika hari ini kita tidak sempat pulang, lebih baik kamu suruh Marcell untuk membawa Rhea cek tulangnya ke dokter kenalan mu itu."
Usul Dhanurendra jika hari ini mereka tak sempat pulang.

"Iya nanti jika Rhea mau, biar Marcell yang mengantarnya pergi."
Jawab Gama sembari membantu Dhanurendra memasangkan dasi. Meskipun Gama sangat yakin jika nanti Rhea tidak akan pergi kemana - mana.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang