46

874 69 62
                                    

Rhea yang kesal karena melihat Gama yang menggendong seorang gadis yang pura - pura pingsan. Akhirnya memutuskan untuk keluar stadion. Namun, belum sampai di luar rupanya tangan Rhea sudah di cekal oleh Davin lalu menggiringnya naik ke atas panggung untuk bergabung dengan Diana dan para keluarga yang lain. Sebenarnya Rhea kesal sebab itu pasti ulah Gamaliel yang memerintahkan Davin mencekal serta menuntunnya untuk bergabung dengan yang lain. Davin menggenggam tangan Rhea begitu erat, sebab pria itu sangat takut jika sampai Rhea melarikan diri dan menolak untuk bergabung dengan yang lain. Bisa - bisa Gama akan memarahinya habis - habisan.

"Ini dia anak gadis Ibu yang sejak tadi membuat Ibu khawatir."
Diana menyambut Rhea yang di tuntun oleh Davin di hadapannya. Meskipun wajah cantiknya tertutup masker dan kacamata, namun terlihat begitu jelas jika mood Rhea sedang tidak baik.

"Rhea mau pulang, Bu. Tapi Bang Davin malah menyeret ku kemari."
Rhea mengadukan perlakuan Davin pada sang Ibu, namun Diana hanya menggeleng sebab wanita itu tahu jika Davin hanya melaksanakan perintah Gama. Usai mengantar Rhea pada Diana, Davin kembali menjalankan tugasnya tanpa sepatah kata yang keluar, sebab ia tahu jika sampai ia buka suara maka Rhea akan semakin kesal padanya.

"Sudah disini saja, nanti kita pulang sama - sama ya."
Diana mengajak Rhea duduk di sampingnya, penampilan Rhea masih sama, tidak mau membuka masker, ataupun topinya. Meskipun posisinya saat ini cukup aman untuk tidak tersorot kamera media, namun Rhea tetap bersikeras untuk tetap berpenampilan seperti itu.

Rhea mulai bosan, meskipun kampanye kali ini di iringi oleh band - band ternama nasional. Namun Rhea tetap saja tidak bisa menikmati acara tersebut sebab melihat keakraban Alesha dan juga Mama Gama. Pikirannya mulai kemana - mana. Kali ini ia sama sekali tidak bisa berpikir jernih dan jiwa mafianya ingin sekali melenyapkan Alesha saat itu juga.

"Bu, itu perempuan sama Mama Mas Gama siapa?"
Bisik Rhea pada Diana yang terlihat asyik ikut mendendangkan lagu yang di nyanyikan oleh salah satu vokalis ternama.

"Itu Alesha, anaknya Jenderal Tio. Sahabat Papamu."
Ungkap Diana begitu santai, wanita itu tidak menyadari jika saat ini anak gadisnya merasa kacau melihat keakraban Alesha dengan Mama kekasihnya itu.

"Akrab sekali kelihatannya."
Sambung Rhea lagi, ia benar - benar tidak nyaman dengan posisi ini. Namun mau bagaimana lagi? Berkali - kali ia mencoba menghubungi Marcell namun sama sekali tidak mendapat jawaban. Akhirnya Rhea mencoba menghubungi Gama, sebab posisi pria itu saat ini berada di ujung paling depan. Jadi sangat sulit untuk berinteraksi langsung.

Rhea : aku ingin pulang.

Gama : Bisa tunggu sampai acara selesai?

Rhea menghembuskan nafas lega sebab Gama cukup sigap membalas pesan darinya. Meskipun jawaban Gama sama sekali tidak seperti kemauannya.

Rhea : aku tidak bisa menyaksikan ini.

Gama : Memang apa yang kamu lihat?

Rhea : Ibu mu, dengan gadis itu.

Gama nampak berjalan mendekati Rhea dan Diana untuk melihat siapa gadis yang di bicarakan Rhea melalui pesan singkat yang di kirim padanya. Rupanya Gama mendapati sang Ibu nampak asyik mengobrol dengan gadis yang selama ini santer di kabarkan dengan dengannya. Pantas saja Rhea tidak nyaman dan ingin pulang sejak tadi.

"Acaranya masih lama ya?"
Tanya Rhea ketika Gama mendekatinya.

"Mungkin satu jam lagi, sabar ya."
Gama nampak menenangkan Rhea sembari mengusap pelan lengan gadis itu, Diana baru sadar jika putrinya nampak sudah tidak nyaman berada disana. Sejak tadi wanita itu begitu asyik menikmati acara serta alunan musik dan lagu kesukaannya, jadi tidak tahu jika Rhea sudah mulai bosan dan ingin pulang.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang