74

871 88 18
                                    

Acara hari ini telah usai, menyisakan beberapa kandidat yang akan lanjut ke babak penentuan esok hari. Zane kembali ke dalam mansion ketika jam sudah hampir larut. Rasa lelah sama sekali tak melunturkan ketampanannya. Ia masuk melalui pintu belakang di ikuti oleh Johan dan David asisten baru nya. Tapi, baru saja beberapa langkah ia harus berhenti sebab adiknya yang sudah menunggu nya sejak tadi dengan tatapan menusuk serta raut wajah yang sama sekali tidak bersahabat.

"Kenapa belum tidur?"
Tegur Zane, ia menatap Rhea yang berkacak pinggang di depannya. Seolah - olah sedang bersiap untuk menyerangnya.

"Aku bukan anak kecil yang bisa kau atur - atur terus, Zane."
Rhea berkata ketus, ia menarik tangan Zane untuk duduk di kursi tinggi yang terletak di mini bar tak jauh dari mereka berdiri.
Johan dan David pun pergi meninggalkan dua atasannya yang sepertinya sedang dalam perang dingin. Mereka tak mau terlibat ataupun ikut campur, jadi memilih mencari aman dan pergi dari sana.

Zane duduk di kursinya dengan tenang, ia meraih botol berleher tinggi dengan berisikan cairan berwarna merah kehitaman. Di luar botol itu bertuliskan Cabernet Sauvignon. Merupakan minuman dari fermentasi anggur dengan nama yang sama. Zane menelan minuman itu hanya dalam sekali teguk saja. Kandungan alkohol didalam minuman itu menimbulkan rasa hangat di tengah - tengah hawa dingin yang menyelimuti di antara dirinya dan juga adik kandungnya saat ini.

"Mas Gama sudah memenangkan pertandingan itu melawan Hernandes, apakah kamu juga masih ingin membuat Mas Gama kembali bertanding?"
Ucap Rhea membuka obrolan diantara dirinya dan juga sang Kakak.

"Peraturannya bukan seperti itu, Na."
Zane menatap tajam adiknya, ia tahu bahwa wanita yang duduk di hadapannya saat ini tengah berusaha untuk membujuknya.

"Mas Gama tidak butuh perusahaan dan juga saham tujuh puluh persen itu, Zane. Dan kurasa pertarungan ini sudah cukup adil, karena lawan Mas Gama itu Hernandes yang aku tahu bahwa dia juga ingin memiliki ku. Bukan hadiah yang kau janjikan itu."
Rhea berkata lirih, meskipun sebenarnya ia sangat ingin berkata kasar dan mengumpati Kakaknya tapi dia tahan sebisa mungkin, sebab ini semua demi Gama supaya tak ada pertandingan lagi.

Zane menghembuskan nafas kasar, ia kembali menuang minuman itu dalam gelas lalu menenggaknya hingga tandas. Adiknya ini benar - benar telah buta oleh rasa cinta terhadap Gamaliel yang sudah begitu jelas sempat menyia - nyiakan dirinya begitu saja.
"Jika aku tidak mau bagaimana?"

"Berarti kau siap kehilangan aku dan King untuk selamanya."
Rhea berkata penuh penekanan, suaranya bergetar akibat menahan air matanya supaya tidak jatuh. Tapi rupanya Zane masih tetap dalam pendiriannya. Rhea beranjak dari tempat duduknya lalu berlari meninggalkan Zane menuju kamarnya.

Zane terdiam sembari mencengkeram kuat gelas yang berada dalam genggamannya. Emosi nya tak tertahankan, di bantingnya gelas itu kuat - kuat hingga berserak menjadi kepingan - kepingan kecil di atas lantai marmer yang mengkilat itu.
Ia bergegas menyusul adiknya sebelum dirinya harus benar - benar kehilangan untuk selamanya.

"Kau terlalu gegabah, Na. Pikirkan dulu semuanya, Zane itu Kakak mu."
Johan mencoba mencegah Rhea yang sedang memasukkan semua barang - barang nya serta barang - barang King ke dalam koper. Air matanya meleleh, karena rasa kecewa nya terhadap Zane yang sedikit saja tidak mau membukakan pintu maaf untuk Gama yang saat ini tengah terbaring lemah di atas ranjang.

"Nala, hentikan!"
Johan kali ini mencekal tangan Rhea supaya wanita itu berhenti melakukan aktifitasnya.

"Diam kau Jo! Kau selalu saja membela Zane. Tanpa tahu bagaimana aku dan King. Aku tak lagi peduli dengan keluarga Marvori ini. Sudah cukup bertahun - tahun aku hidup di antara kalian. Aku ingin pulang ke Indonesia hidup tenang bersama Papa dan Ibu ku."
Rhea berkata dengan setengah berteriak, ia seolah - olah sudah sangat frustasi dengan semua perasaan yang ia rasakan selama ini. Dia sudah sangat lelah menghadapi semua keinginan Zane.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang