Hernandes seperti sudah kehabisan akal, sejak tadi ia mondar - mandir di depan Rhea tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Beberapa saat ia berhenti untuk menatap gadis itu, namun kemudian kembali mondar - mandir lagi. Rhea dengan santainya duduk bersandar pada kepala ranjang Hernandes sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Pemandangan di depannya saat ini sangatlah aneh dan sulit di mengerti.
"Apa kau tidak lelah, huh? Ya Tuhan dosa apa diriku? Biasanya setiap hari aku menyaksikan hamparan air laut yang bergelombang, dan sekarang aku harus menyaksikan mu mondar - mandir seperti kendaraan umun di depanku."
Rhea mengomel dalam posisinya, sungguh pria di hadapannya ini sangat aneh dia bilang."Diam di tempatmu, aku tidak sedang mengajakmu bicara."
Tukas Hernandes sembari menunjuk pada gadis yang tengah menatapnya dengan tajam."Diam kau bilang? Hei Tuan, aku lapar, aku haus, kau mau membunuhku dalam keadaan lapar dan haus? Manusia macam apa kau ini?"
Cibir Rhea sembari memutar bola matanya malas."Berhenti memutar matamu seperti itu, Nona. Apa kau mau aku bertindak lebih dari ini?"
Hernandes berkata dengan geramnya, gadis di hadapannya ini sangat jauh dari ekpektasinya. Baru beberapa jam bersama saja kepala seperti ingin pecah akibat gadis itu selalu menyanggah semua ucapannya."Astaga, aku lapar dan haus."
Teriak Rhea, ia benar - benar kelaparan dan
kata - katanya saat ini adalah sebuah fakta yang ia rasakan.Hernandes nampak memejamkan matanya, ia menghela nafas lantas mendial sebuah nomor dari balik telepon yang terletak di atas laci. Pria itu bergumam supaya di bawakan makanan dan minuman untuk tamu cerewetnya itu.
"Bawakan aku buah - buahan potong, dan jus jeruk. Aku tida bisa makan - makanan yang berat."
Sahut Rhea sebelum Hernandes mengakhiri telepon dengan salah satu staff nya.
"Jangan menatapku seperti itu, Tuan Hernandes. Kau harus menjamu tamu dengan baik.""Selama ini aku tidak pernah menerima tamu seberisik dirimu."
Dengus Hernandes, pria itu pergi meninggalkan Rhea keluar dari kamarnya bersamaan dengan salah satu staffnya yang datang membawakan pesanan Rhea.Gadis itu bersorak dengan gembira nya ketika rasa lapar dan dahaganya segera mendapat asupan. Ia memakan buah - buahan itu dengan lahap, tak lupa ia juga meneguk satu gelas jus jeruk yang begitu menyegarkan. Rhea mendesah lega, sebab sejak berada di Roxanne ia belum mendapat nutrisi apapun.
Namun di detik berikutnya suasana di Mansion Hernandes terdengar begitu gaduh diiringi dengan serentetan suara ledakan dan desing peluru.
"Astaga, apa yang terjadi?"
Gumam Rhea ketika melihat dari balik jendela, banyak pasukan berpakaian serba tertutup tengah menerobos masuk ke mansion ini.
Rhea mencoba menenangkan diri sembari berganti pakaian, untung saja ia sempat memakai hotpants di dalam gaunnya, jadi ia cukup mencari kemeja serta sepatu sneakers milik Hernandes supaya dirinya nyaman. Tanpa sengaja ia menemukan sebuah senjata api milik Hernandes, dan ia pun segera mengambil dan menyembunyikannya di balik punggung.
Tepat usai dengan kegiatannya, tepat saat itu pula Hernandes masuk dengan wajah yang terlihat pucat dan panik."Kita di serang, persiapkan dirimu untuk pergi dari sini."
Ucap Hernandes sembari memegangi kedua bahu Rhea."Klan Marvori?"
Cetus Rhea, ia mencoba menebak siapa pihak yang menyerang mansion Hernandes dengan tiba - tiba."Anggota Damian Nayfield. Mereka klan dari Rusia, kita harus cepat pergi darisini sebelum mereka berhasil meruntuhkan mansion ini."
Rhea mengangguk paham lantas segera mengikuti langkah Hernandes keluar dari kamar nya. Ia mendapati beberapa ruangan mansion tersebut hancur, rumah kacau balau, debu dan kepulan asap
dimana - mana. Ini adalah pertempuran yang sesungguhnya, ucap dalam batin Rhea. Ia terus mengikuti Hernandes sembari menutup hidung dan mulutnya menggunakan sapu tangan untuk menghindari debu yang masuk ke tenggorokannya. Rhea berkali - kali mengumpat dengan kasar, rupanya pria itu tidak hanya berseteru dengan keluarganya, melainkan dengan orang - orang Rusia juga.
"Sial!"
Rhea mengumpat ketika ledakan kedua terdengar, dan mampu menghempaskan tubuhnya dan juga tubuh Hernandes, gadis itu mengerang ketika rasa sakit itu terasa menyengat di area punggung nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not As Beautiful As Love Should Be
عاطفيةsebenarnya sederhana, namun dari kata sederhana itulah sesuatu yang terlihat sederhana tidaklah sesederhana itu. ini bukan tentang kisah yang menye - menye ~inspired by major teddy and the ganks~ Noted : Ini semua hanyalah kisah khayalan untuk memen...