49

961 80 49
                                    

Hari menjelang petang dan belum ada kabar lagi dari Gamaliel, dan Rhea mulai bosan. Seharian ini ia habiskan untuk rebahan, makan, menonton film membuka beberapa pesan elektronik dari kantornya di Italia serta membuka - buka aplikasi video pendek untuk melihat fenomena kepopuleran kekasihnya.

"Hari ini begitu membosankan."
Rhea bergumam sembari membuka laptopnya untuk melakukan panggilan video dengan Zane.
Dan ternyata tak butuh waktu lama, Zane pun menjawab panggilan tersebut.

"Hai, Nona manis. Bagaimana kabarmu?"
Sapa Zane dari seberang sana, pria tampan berjambang dan berkumis itu terlihat tengah duduk di teras sembari menyesap rokoknya.

"Jauh dariku kau jadi bebas menghisap rokokmu, Zane."
Rhea mengomel sebab selama ini yang ia tahu, Zane hanya akan merokok jika kondisi hati dan pikiran nya sedang kacau saja. Selebihnya tidak pernah, sebab Rhea akan selalu melarangnya.

"Baru satu batang, Nala."
Jawab Zane dengan santainya, pagi di Sicilia sangatlah indah dan Rhea akui ia cukup rindu suasana disana.

"Aku sangat bosan disini, aku ingin segera kembali ke sana dan membangun perusahan penerbit seperti yang aku mau sejak dulu."
Ungkap Rhea, bertahun - tahun tinggal di Italia membuat Rhea merasa asing di negaranya sendiri. Mengingat bagaimana sibuknya seluruh keluarga dan kekasihnya, membuat Rhea bingung harus mengerjakan apa. Sebab semua pekerjaan Rhea saat ini berada di Italia.

"Memang dimana Gama? Paman, dan semua orang - orang yang berada disana? Bukankah setiap hari di rumah itu selalu di kunjungi orang banyak?"
Tanya Zane lagi, kali ini ia beralih pada satu cangkir kopi dan nampak tengah menyesapnya perlahan.

"Mereka semua pergi untuk menjalankan tugas kenegaraan seperti biasa. Aku tidak ada teman disini, Zane."
Rhea mengeluh sebab tidak biasanya ia seharian berdiam diri seperti ini di kamar.
"Usai pemilu aku akb kembali kesana, Zane."
Imbuh Rhea, ia nampak begitu murung dan gelisah. Tidak mungkin hari - harinya akan seperti ini terus jika ia tidak segera kembali Italia.

"Apa sudah kau pikirkan dengan matang? Memangnya kau bisa tinggal berjauhan dari Gama? Aku tidak mau adegan banting - banting ponsel itu terulang lagi."
Cibir Zane, raut wajahnya seperti sedang menahan tawa sebab menyaksikan bagaimana frustasi nya Rhea dalam situasi seperti ini.

"Kalau begitu kirim Cathy pulang ke Indonesia untuk menemaniku. Aku tahu jika kau masih menahan paspor dan visa nya kan?"
Cecar Rhea, sehingga Zane yang mendengarnya sempat terbatuk - batuk akibat tersedak kopi yang ia minum.

"Cathy tidak bisa pulang sampai beberapa bulan kedepan. Disini dia bekerja dan memiliki jabatan yang cukup penting, dan soal paspor serta visa itu memang aku masih menahannya. Jadi kau tidak perlu khawatir jika Cathy tidak akan baik - baik saja disini."

"Sejak kapan Cathy bekerja? Dia bekerja dimana? Apa jabatannya? Kenapa aku seperti orang bodoh yang tidak tahu apa - apa?"
Lagi - lagi Rhea mengomel dan marah pada Zane yang hanya bisa menghela nafas pasrah.
Sehingga tidak sadar jika Gama sudah kembali dan kini tengah berjalan mendekati dirinya yang sibuk memarahi Zane via panggilan video.

"Kenapa marah - marah?"

Rhea berjingkat ketika mendengar suara bariton Gama menginterupsinya dari belakang. Sementara Zane ia nampak mengelus dada sebab kedatangan Gama telah menyelamatkan nyawa nya.

"Kau benar - benar saudaraku, sebab sudah datang di waktu yang tepat."
Ungkapan Zane untuk Gama dari seberang sana.

Gama yang mendengar suara Zane segera ikut duduk di samping Rhea lantas merangkul gadis itu, sebab rindu telah meninggalkannya dalam waktu berjam - jam lamanya.

"Bagaimana kabar mu, Zane?"
Sapa Gama yang masih mengenakan seragam tugas dengan lengkap.

"Kabar ku sebenarnya baik, tapi sepagi ini kekasihmu sudah memarahiku."
Zane mengadu pada Gama sebab beberapa menit yang lalu Rhea sempat memarahinya.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang