19

1K 69 6
                                    

Pertandingan polo kuda sore ini telah usai, dan di menangkan oleh regu Aji. Dhanurendra begitu bangga begitu pula para staff yang lain nampak segera memberi ucapan selamat untuk Aji dan teman - temannya.
Sementara orang - orang tengah sibuk memberi ucapan pada Aji, Rhea gunakan kesempatan tersebut untuk keluar lapangan lantas masuk kedalam mobil Gama yang terparkir.

Karena cuaca begitu panas Rhea memutuskan untuk membuka hoodienya.
Suasana yang sangat ramai sehingga Rhea sempat berdesakan dengan para penonton dan tanpa sadar ada yang sempat mencubit, mencakar bahkan ada yang menarik baju Rhea. Sehingga setiba di mobil Rhea baru merasakan perih di sepanjang lengannya.

"Ahh sial."
Maki Rhea ketika melihat bekas lebam keunguan yang terlihat jelas di tangannya yang seputih kapas itu.

Gadis itu mencoba mencari - cari obat di laci mobil Gama, tapi tidak menemukan dimana pun.
Akhirnya jalan satu - satu nya hanyalah menelepon Gama, sebab pesan yang ia kirim sama sekali tidak mendapat balasan.

"Ada obat merah, Mas?"

"Obat merah? Kamu kenapa? Apa yang terjadi? Tunggu Mas ke mobil sekarang."
Gama terkejut mendengar ungkapan Rhea dan segera menutup ponselnya.

"Astaga, orang ini."
Rhea menepuk dahi nya sebab mengabari Gama bukanlah hal yang tepat.

Gama terlihat panik usai menerima telepon dari Rhea, penjagaan Dhanurendra, Rizky ambil alih. Sementara Gama segera berlari menuju parkiran untuk melihat keadaan Rhea.

"Apa yang terjadi?"
Tanya Gama ketika membuka pintu penumpang dimana Rhea terlihat tengah mengusap - usap lengannya.
"Astaga, ini kenapa?"

"Tidak tahu, mungkin pas berdesak - desakan di pintu keluar tadi."

"Pindah kebelakang ya, Mas obati lukanya."

Rhea mengangguk kemudian pindah di bangku belakang, sementara Gama menuju bagasi untuk mengambil persediaan kotak obat.

"Memarnya Mas olesi salep ya, terus luka cakaran ini mas kasi obat merah. Tahan sedikit mungkin sedikit perih."
Rhea mengangguk patuh ketika Gama mengoleskan salep
serta obat merah di lengan gadis itu.
"Jadi kerumah Ibu?"
Gama bertanya ketika selesai melakukan pekerjaannya.

"Sepertinya tidak jadi, Mas. Besok saja lah."

"Mas mau mampir ke rumah Mama, kamu mau ikut?"
Ajak Gama spontan. Pria itu membantu Rhea pindah ke jok depan lalu memasangkan sabuk pengaman pada gadis itu.

"Boleh, kalau Mas tidak keberatan. Tapi izin dulu ke Papa ya. Nanti Papa khawatir."

"Tenang saja kalau soal Bapak, Mas bisa kondisikan. Ya sudah kalau begitu ayo berangkat."
Gama tersenyum lantas menuju kursi kemudi untuk kemudian mengemudikan mobilnya menuju rumah orang tua nya.

Masih di posisi yang sama ketika keduanya menuju tempat pertandingan Polo, kini Gama kembali menggenggam tangan Rhea dan mengemudikan mobil itu dengan satu tangan saja.

"Mas jadi mengunggah foto Rhea tadi?"
Tanya Rhea tiba - tiba, sebab ia begitu penasaran seperti apa unggahan Gama di media sosial.

"Jadi, kan Mas sudah minta izin padamu. Mau lihat?"
Gadis itu mengangguk lantas Gama memberikan ponselnya untuk Rhea, sebab Gama tahu bahwa kedua nya tidak saling mengikuti di dunia maya.
Gama menunjukkan layar ponselnya yang menyala, menunjukkan unggahan dimana foto Rhea terpampang dengan deskripsi singkat disana.

Gama menunjukkan layar ponselnya yang menyala, menunjukkan unggahan dimana foto Rhea terpampang dengan deskripsi singkat disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang