Zane murka kepada Johan ketika asistennya itu tiba membawa mayat Roberto ke ruang bawah tanah di Mansionnya.
"Bagaimana bisa Rhea terluka seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi, hah?"
Bentak Zane pada Johan, pria itu sangat marah sebab menurutnya Johan tidak becus menjaga Rhea sehibgga terluka parah seperti ini."Apa anda tidak ingin berbahagia atas kematian Roberto Camarri, Tuan?"
Ucap Johan sembari meletakkan mayat Roberto di hadapan Zane.Zane mengusap wajahnya dengan kasar, ia tidak tahu apa - apa perihal yang terjadi saat ini. Tentang tertembaknya Rhea, serta Johan yang tiba - tiba datang dengan membawa mayat Roberto di hadapannya.
Zane benar - benar frustasi, ia seperi orang bodoh yang dengan mudah di bohongi oleh anggota keluarga nya."Sebenarnya apa yang terjadi, Jo? Kalian semua bertindak tanpa sepengetahuanku?"
Sungut Zane pada Johan, meskipun ada perasaan gembira yang membuncah sebab kematian Roberto Camarri, namun satu hal yang tidak ia tahu membuatnya begitu marah."Bagaimana keadaan Nona Nala, Tuan?"
"Jawab pertanyaan saya, Johan. Sepertinya sekarang sejak bergaul dengan Nala kau jadi punya banyak nyawa."
Cibir Zane sebab tak mendapatkan jawaban apa yang ia mau.
Sementara Johan hanya bisa tertawa melihat wajah kesal Zane, padanya."Semenjak ada Nona Nala, tempramen Tuan Zane menjadi lebih teratur. Tapi tempramen Nona Nala jadi tidak terkontrol."
Ungkap Johan, keduanya kini tengah berjalan menuju kamar Gwen untuk melihat kondisi Rhea saat ini.Terlihat bahu Rhea sudah di balut perban, dan gadis itu nampak duduk bersandar di kepala ranjang di kamar Gwen. Tapi raut wajah Rhea terlihat tidak bersahabat, gadis itu nampak memegangi telepon genggam nya, entah informasi apa yang ia dapat sehingga dengan spontan gadis itu melempar ponselnya ke udara.
"Astaga, Nala!"
Seru Zane, melihat ponsel Rhea yang hancur berkeping - keping.
"Kau ini kenapa?"
Omel Zane, namun di acuhkan oleh Rhea."Jo, atur kepulanganku ke Indonesia secepatnya."
Titah Rhea tanpa mangindahkan semua ucapan Zane yang terlihat bingung sebab ulahnya."Hei, siapa yang mengizinkan mu pulang dalam kondisi seperti ini?"
Amuk Zane sembari memunguti puing - puing serpihan ponselnya yang tercecer di atas lantai kamar Gwen."Aku tidak meminta persetujuanmu, Zane. Aku mau pulang secepatnya."
Rhea berteriak, sebab emosi yang Zane dan Johan tidak tahu apa pemicunya.
"Aku harus pulang untuk memastikan berita yang aku lihat."
Sambung Rhea lagi, nada suaranya mulai melirih diiringi air mata yang meleleh disudut matanya."Hei, ada masalah apa?"
Zane pun melunak kemudian mendekati Rhea dan merengkuh gadis itu kedalam pelukannya. Sementara Johan, Gwen dan Dokter Steve perlahan pergi meninggalkan kedua atasan mereka."Aku tidak tahu apa yang terjadi disana, tapi aku harus memastikan apa yang aku lihat apakah benar atau hanya sebuah kabar angin semata."
Rhea terisak, nafas nya naik turun dan gadis itu nampak benar - benar kacau."Apa, siapa? Bisa jelaskan padaku? Kau lebih menyeramkan ketika menangis seperti ini Nala. Dan tolong jangan membuatku bingung seperti ini."
Zane mengusap punggung Rhea yang bergetar akibat tangisnya."Kau tahu aku menjalin kasih dengan siapa kan?"
Rhea melepaskan pelukan Zane, gadis itu menatap Zane lantas pria itu segera mengusap wajah Rhea yang basah dengan kedua tangannya."Ajudan Papa mu, bukan? Lalu apa masalahnya sekarang?"
Tanya Zane, berharap Rhea berkenan untuk mengungkapkan apa yang membuatnya kebingungan seperti ini."Baru saja aku mendapat informasi jika ternyata Mas Gama tengah menjalin kasih dengan seorang anak Jenderal."
"Ayahmu Jenderal, dan kau anak Jenderal. Jadi apa yang salah? Kau membuatku bingung."
Ungkap Zane sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.Ctaaakkkkkk....
Rhea menjitak dahi Zane dengan keras, akibat begitu geram dengan tingkah Zane yang sangat sulit mencerna semua kata - kata yang ia sampaikan padanya.
"Aww, ini sakit Nala."
Eluh Zane sembari memegangi dahinya."Yang jadi Jenderal di negaraku bukan Ayahku saja, Zane."
Omel Rhea begitu kesalnya."Lalu apa maksud mu. Tadi kau nampak bengis usai membunuh orang, sekarang kau menangis gara - gara kisah cinta. Hidupmu ternyata lebih rumit dari hidupku, Nala. Coba saja kau mau menerima cintaku, kau tidak akan menangis seperti ini."
Cibir Zane sembari menjewer pelan telinga Rhea."Aku harus pulang Zane, urusanku disini sudah selesai. Tinggal bagaimana kamu menarik kembali semua asset Papa mu dari klan Camarri itu."
"Oke baik, aku akan mengatur kepulanganmu secepatnya, tapi ceritakan dulu apa yang kau lakukan sehingga kau bisa membunuh Roberto semudah itu?"
Zane memotong ucapan Rhea lantas bertanya dengan rasa penasaran yang sejak tadi merong - rong meminta penjelasan."Kau pikir Roberto secerdas dan seberbahaya itu? Dia tak lebih bodoh dari kedua saudaranya, lihat! Menembakku saja dia tidak becus."
Ungkap Rhea sembari menunjuk luka di bahunya."Lalu?"
"Aku marah karena Diego Camarri membuat keributan di acara Kakak ku, apa kau tahu? Kakak ku mempersiapkan pameran ini spesial untuk Ayahku yang akan maju untuk menjadi Perdana Menteri kembali, tapi lihat apa yang Diego perbuat? Otomatis kejadian waktu itu tentu di sorot oleh media luar ataupun media dalam negeri. Yang kedua adalah bagaimana seorang Gonzalo Camarri tega mengkhianati Paman Rafe Marvori yang telah membesarkan serta memberikan fasilitas padanya. Aku membenci nya."
Ungkap Rhea sembari memicingkan matanya, sementara itu Zane hanya tertawa sebab ini seperti bukan Nala yang ia kenal hampir lima tahun yang lalu.
"Apakah ada yang lucu?"
Sambung Rhea sebab melihat ekspresi Zane yang menertawakannya."Aku bangga padamu, ternyata tidak sia - sia mengadopsimu menjadi adik. Rupanya melatihmu menggunakan senjata api ada manfaatnya juga."
Ucap Zane sembari mengacak gemas puncak kepala Rhea, sehingga membuat si empunya cemberut kesal seketika."Semua urusanku dengan pemerintah, dengan klan Camarri sudah selesai kan? Jadi aku mau pulang Zane. Aku mau memperjuangkan apa yang harus aku perjuangkan."
Ungkap Rhea berniat untuk beranjak dari atas ranjang Gwen, terlihat jelas bahunya di balut perban dan di pakaian Arm Sling oleh Dokter Steve untuk menyangga lengannya."Bukannya disana ada asisten Papa mu yang lain? Mengapa kau tidak coba bertanya tentang informasi yang kau dapat itu?"
Usul Zane sembari mengikuti langkah Rhea menuju kamar gadis itu."Kau pikir semudah itu percaya? Mereka berteman mungkin sudah sangat lama bisa jadi mereka saling menutupi. Aku tidak bisa semudah itu percaya dengan orang kecuali keluargaku sendiri, Zane."
"Berarti kau percaya padaku!"
Sahut Zane lantas mendapatkan tatapan tajam oleh Rhea yang nampak sedang mencari sesuatu di dalam lemari kamarnya."Tidak termasuk dirimu Tuan Zane Marvori."
Sungut Rhea kesal."Hei Nona, aku juga keluargamu."
"Kau adalah manusia yang memaksaku untuk masuk menjadi keluargamu, apa mungkin kau sudah pikun?"
Cibir Rhea sembari membawa sebuah kotak berwarna putih di dalam genggamannya.
"Aktivasikan ponselku."
Perintah Rhea lagi."Bisa - bisa nya ada ponsel baru di dalam lemari mu."
Zane menggeleng lantas membuka kotak ponsel yang Rhea berikan padanya."Semenjak berdekatan denganmu tempramenku menjadi sangat buruk, Zane."
Ungkap Rhea penuh penekanan.Zane terkikik melihat Rhea yang selalu emosional jika berada di dekatnya, meski begitu Zane sudah menganggap Rhea benar - benar seperti adiknya sendiri. Ia kubur dalam - dalam perasaan jatuh cinta itu, sebab bagaimana kisah antara Ayahnya dan Ayah Rhea membuat Zane ingin selalu ada untuk melindungi serta menjaga Rhea bagaimanapun keadaannya.
"Aku akan mengantarmu pulang, bersiaplah nanti malam kita terbang ke Indonesia."
Ungkap Zane lantas disambut sorak gembira oleh Rhea, walaupun sempat berdebat sebab Zane ingin ikut dengannya, namun akhirnya Rhea menyerah sebab Zane tidak mungkin tega membiarkan Rhea pulang seorang diri dengan kondisi terluka seperti ini. Yang ada Dhanurendra bisa sangat marah padanya._connect immediately_
KAMU SEDANG MEMBACA
Not As Beautiful As Love Should Be
Romancesebenarnya sederhana, namun dari kata sederhana itulah sesuatu yang terlihat sederhana tidaklah sesederhana itu. ini bukan tentang kisah yang menye - menye ~inspired by major teddy and the ganks~ Noted : Ini semua hanyalah kisah khayalan untuk memen...