23

950 79 20
                                    

Hari sudah mulai gelap, entah sudah berapa jam Rhea tidur namun ketika ia membuka mata, gadis itu mendapati sesosok pria dengan lengan kekar yang melilit perutnya, siapa lagi kalau bukan Gama. Berjam - jam pria itu memandangi wajah Rhea hingga tanpa sadar ia juga ikut terlelap disisi gadis itu. Tangan lembut Rhea menjulur perlahan, membelai setiap inci wajah tampan yang entah apakah bisa ia tatap lagi nanti nya, Rhea tidak tahu.

"Kau sudah bangun?"
Terdengar suara Gama yang serak khas orang bangun tidur, lantas meraih tangan Rhea yang masih bertengger di pipi nya, dan dikecupnya berkali - kali punggung tangan tersebut.

"Sejak kapan disini, Mas?"
Tanya Rhea lantas bangun dari peraduannya. Gadis itu masih berpikir bagaimana Gama bisa tertidur di sampingnya seperti ini.

"Sejak beberapa jam lalu, sebenarnya Mas kemari ingin megantarkan tiket yang di belikan Rizky untukmu. Tapi sampainya Mas disini, Mas melihatmu tertidur. Dan Mas juga tidak sengaja ikut ketiduran disini."
Ungkap Gama sembari menunjuk sebuah lembaran kertas yang ia tarus di atas laci.

"Ini jam berapa?"
Rhea bertanya lagi, raut wajahnya masih terlihat bingung. Dan itu membuat Gama begitu gemas dan ingin sekali memasukkan gadis itu kedalam saku kemeja nya, supaya tidak jadi pergi ke Italia.

"Sudah hampir setengah tujuh."
Ucap Gama sembari menengok jam tangan pemberian Rhea yang bertengger di pergelangan tangan kananya.
"Sebaiknya kamu siap - siap ya. Nanti Mas yang antar ke bandara."

"Bukan Bang Rizky?"
Tanya Rhea ketika beranjak dari atas ranjangnya.

"Bukan, Rizky keluar dengan pacar baru nya. Jangan membantah Rhea. Mas yang akan mengantarmu ke Bandara. Lagi pula Mas sudah meminta ijin ke Bapak untuk mengantarmu pergi."

Gadis itu mendengus lantas melarikan diri menuju kamar mandi, sebenarnya ia tak ingin di antar oleh Gama, sebab jika itu terjadi perasaan Rhea akan semakin kacau balau. Berpisah dari seseorang yang telah membawa separuh dari hati kita sangatlah tidak enak. Dan Rhea tidak mau itu terjadi. Tapi apa mau di kata? Gama sudah terlebih dahulu antisipasi dengan meminta ijin pada Dhanurendra untuk mengantarkan Rhea ke Bandara. Sebab Rizky sudah terlanjur ada janji dengan pacar baru nya (atas perintah Gama tentunya).

Gama keluar dari kamar Rhea menuju ruang kerja Dhanurendra. Pria itu mendapati atasannya tengah duduk santai, namun raut wajahnya begitu jelas terlihat sebuah kekhawatiran.

"Apa Rhea sudah siap untuk berangkat?"
Tanya Dhanurendra, lantas menyeruput secangkir kopi yang berada di hadapannya.

"Rhea masih mandi, Pak. Saya minta maaf karena meninggalkan acara lebih awal."
Ucap Gama sembari membungkukkan badan kekarnya.

"Bapak mengerti, Bapak juga minta maaf sebab Rhea masih enggan memberikan kepastian padamu. Kamu lebih sabar lagi, ya. Semoga urusan Rhea di Italia sana cepat selesai dan dia bisa segera menetap disini."
Ungkap Dhanurendra.

Gama hanya terdiam, rupanya selama ini atasannya tahu semua tentang kedekatannya dengan putri kesayangannya. Perasaan nya cukup kacau, sebab ia sudah sangat lancang karena ingin menjalin hubungan dengan anak atasannya.

"Bapak sangat senang ketika tahu bahwa kamu menyukai Rhea. Sebab jika suatu saat Bapak pergi, Rhea sudah berada di tangan yang tepat. Tapi perasaan tidak bisa di paksa. Meskipun Bapak yakin seratus persen tentang perasaan Rhea ke kamu itu sama. Mungkin Rhea masih takut karena banyak urusan yang harus ia selesaikan."
Sambung Dhanurendra lagi.

"Minta maaf atas kelancangan saya, Pak. Saya juga tidak menyangkal bahwa semua yang Bapak ucapkan itu benar adanya. Saya ingin menjalin hubungan yang serius dengan Rhea, meskipun sampai saat ini Rhea belum bersedia memberikan kepastian, tapi saya yakin jika sebenarnya Rhea memiliki perasaan yang sama seperti saya."
Ungkap Gama dengan jantannya, sikap pemberani Gamaliel membuat Dhanurendra ingin sekali memberinya apresiasi.

"Bapak mengerti, kamu ajudan terbaik Bapak. Dan Bapak tidak pernah keberatan jika sampai itu terjadi. Sekarang berbereslah, Rhea pasti akan berkomentar jika kamu akan mengantarnya dengan baju yang kusut seperti itu."
Dhanurendra menepuk bahu Gamaliel diiringi tawa renyah seperti biasanya.

Gamaliel tersipu malu mendengar ucapan Dhanurendra, pasti Dhanurendra tahu jika Gama sempat tertidur di kamar putrinya. Akhirnya Gamaliel pun pergi ke paviliun untuk membersihkan diri dan berganti pakaian yang lebih rapi.

Sementara itu Rhea sudah siap untuk pergi, gadis itu menuju ruang kerja Ayahnya terlebih dahulu sembari menunggu Gama yang belum terlihat batang hidungnya.

"Pa."
Sapa Rhea ketika gadis itu memasuki ruang kerja Dhanurendra yang begitu artistik itu.

"Kamu sudah siap?"
Tanya Dhanurendra lantas berdiri menghampiri putri kesayangannya.

"Rhea minta maaf ya Pa, kali ini Rhea tidak bisa mendampingi Papa lagi. Rhea anak yang sangat buruk untuk Papa. Maafkan Rhea ya Pa."
Kali ini Rhea tak mampu lagi menahan air matanya. Gadis itu menumpahkan semua nya di pelukan sang Ayah. Mau sekuat dan seberani apapun Rhea adalah gadis biasa yang perasaan nya begitu halus.

"Sudah, sudah. Papa tidak apa, sudah konsekuensi menjadi orang tua. Jika anaknya dewasa nanti pasti akan di tinggalkan untuk mengejar masa depannya. Anak Papa sudah dewasa, Papa tidak pernah menyangka bisa membesarkan kamu dari lahir hingga secantik ini. Ayo duduk sini."
Dhanurendra mengajak Rhea duduk di sofa panjang uang disediakan didalam ruang kerja nya untuk menerima tamu.

"Dulu saat Bunda mu melahirkan kamu, Papa yang mendampingi, karena Papa telah bersumpah di depan jasad Ayahmu untuk selalu melindungi Bundamu dan juga dirimu yang saat itu masih di dalam kandungan. Ketika kamu lahir Papa orang yang pertama kali menggendong mu sudah jatuh cinta, Rhea kecil sangatlah cantik dengan tangis yang begitu nyaring. Papa yang mengadzani Rhea, Papa juga sempat berpikir jika seandainya Papa bisa memiliki anak perempuan secantik kamu. Tapi itu semua tidak mungkin terjadi karena kala itu Papa sudah berpisah dari Ibu mu. Papa sempat bertanya pada Ibu dan juga Kakakmu, ketika kabar buruk tentang Bunda mu di sampaikan oleh Dokter. Mengenai keinginan Papa untuk mengadopsi mu. Dan pada detik itu pula Ibu dan Kakak mu setuju, bisa kamu lihat kan bagaimana sayang nya Ibu dan juga Kakak mu? Dan pada saat itu pula Papa bersumpah untuk memperjuangkan apapun untuk kebahagiaan mu, Sayang."

Rhea terdiam di pelukan sang Ayah, isakan itu masih jelas terdengar dan Dhanurendra mengerti. Rhea takut jika ia tak akan bisa kembali lagi ke pelukan sang Ayah seperti ini. Segala kemungkinan buruk sudah menghantui Rhea sejak Cathy mengabarinya perihal Zane.

"Pa, Papa harus janji untuk selalu sehat dan berumur panjang. Banyak rakyat yang harus Papa sejahterakan, dan Papa harus yakin jika Rhea pasti kembali. Meskipun nanti ada kemungkinan terburuk, Rhea sangat bangga memiliki orang tua seperti Papa. Rhea sayang Papa."
Tangis gadis itu kembali menjadi, entah mengapa kepergian nya kali ini begitu berat. Selain harus meninggalkan Dhanurendra, Rhea juga memikirkan Gama. Beberapa hari setelah Gama mengungkapkan perasaannya, membuat Rhea harus berperang hebat dengan isi hati dan pikirannya.
Hati nya ingin segera memberi Gama jawaban, namun logika nya selalu menolak, sebab Rhea tidak mungkin bisa menjelaskan ke Gamaliel, jika suatu saat ia harus kembali ke Negara nya bersama Zane.






_connect immediately_




Note : notif kalian membuat author ketagihan 🤤


Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang