25

978 64 13
                                    

Kita yang sedang jauh,
Percayalah, sekeras - keras nya aku, aku adalah jiwa yang ringkih di hadapanmu. Jiwa yang mudah luluh karena rayuanmu, atau mungkin jiwa yang lemah karena terbentang jarak perpisahan.
Tak perlu kamu tanya mengapa, seharusnya kamu tahu kenapa. Tak usah kamu tanya alasan, sewajarnya kamu tahu mengapa demikian.
Perlu kamu tahu bahwa jarak ini bukan alasan untuk memisahkan. Ini sementara saja. Sampai kita temukan bahwa kita mampu bertahan.

Rhea menulis pada sebuah buku catatan kecil yang ia keluarkan dari ranselnya. Pandangan tertuju pada kaca jendela di pesawat. Sudah satu jam ia berpisah dari semua hal yang sempat terjadi di kediaman Dhanurendra. Gadis itu tak mau berlarut - larut dalam kesedihan karena menangisi perpisahannya dengan Gamaliel.
Di usapnya dengan kasar air mata yang muncul di sudut mata nya. Ia harus mempersiapkan diri untuk bertemu dan memberi jawaban pada Zane ketika ia di cecar dengan berbagai pertanyaan nanti nya.

Flashback pertemuan Rhea dan Zane.

Suasana malam di Sisilia terasa begitu menenangkan. Entah mengapa Rhea memilih untuk melanjutkan pendidikan disini. Di Universitas Catania, salah satu Universitas yang didirikan pada tahun 1434, dan merupakan universitas tertua di Sisilia, Universitas ke 13 tertua di Italia, dan ke 29 tertua di dunia. Rhea sangat menyukai ketenangan, ketika semua orang pasti akan memilih Harvard atau Oxford. Maka berbeda dengan Rhea. Ia memilih Sisilia, sebuah pulau terbesar di Mediterania yang mencakup area kurang lebih dua puluh enam ribu kilo meter persegi, dengan titik tertingginya di Gunung Etna. Pulau tersebut juga merupakan wilayah terbesar dari dua puluh wilayah di Italia. Dan juga merupakan sarang para Mafia untuk bersembunyi dari publik.

Malam itu Rhea tengah selesai melakukan pertemuan dengan sebuah perusahaan penerbit yang cukup besar. Rasa lelah dan kantuk membuat Rhea berniat untuk singgah sebentar di sebuah kedai kopi. Gadis itu memesan Americano tanpa gula, sembari menunggu pesanan nya datang Rhea membuka tablet pc nya untuk menyimak berita tentang Ayah nya hari ini. Dimana hari ini sang Ayah telah mengangkat seorang ajudan baru berpangkat Letkol dan masih muda. Rhea menyimak berita tersebut dengan tenang sembari menyesap kopi nya yang baru saja tiba.

"Mungkin hobi baru Papa merekrut staff baru dengan kriteria standar ketampanan."
Gumam Rhea, bagaimana tidak? Ajudan baru tersebut di akui Rhea memanglah tampan. Bahkan lebih tampan dari Staff lama Ayah nya yang selama ini sudah ia kenal.

Suasana tenang dan nyaman malam ini tiba - tiba berubah ketika seorang pria dengan stelan Jas rapi duduk di samping Rhea. Wajahnya begitu rupawan, namun ketika Rhea sadar pria itu adalah sosok iblis yang sedang menjelma.

Zane :

(Sorry diotak author, cowo ganteng spek mafia itu cuma doi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sorry diotak author, cowo ganteng spek mafia itu cuma doi)

"Diam, atau aku bisa mengeluarkan isi perutmu. Saat ini kita sedang di awasi, bersikaplah seolah - olah kita adalah sepasang kekasih."
Bisik Pria itu sembari menodongkan sebuah pisau kecil nan mengkilat tepat di pinggang Rhea.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang