Hari ini adalah jadwal pertemuan Dhanurendra dengan para Influencer untuk menarik minat anak muda dalam berpolitik, tak hanya itu para Influencer terkenal juga bisa menarik suara dalam pemilu nantinya. Gamaliel dan para rekannya sudah terlihat sibuk sejak pagi, begitu pula dengan Rhea yang sejak pagi buta telah membantu Bik Sopi memasak berbagai makanan di dapur.
"Astaga Bik, ini kapan selesainya. Rhea lelah sekali."
"Kan Bibik sudah bilang Nduk, istirahat tidak usah membantu Bibik. Bibik bisa selesaikan ini."
"Memang tamu Papa ada berapa orang sih?"
"Kalau kata Mas Letkol tadi bilangnya ada sekitar tiga puluh orang."
"Rhea ke dalam dulu ya Bik, nanti kalau Bibik kurang tenaga minta bantuin Abang - Abang aja, atau staff Papa yang lain."
Rhea pamit untuk segera melarikan diri menuju kamarnya. Meskipun memasak adalah hobinya, namun kali ini ia tak sanggup lagi jika harus memasak tiga menu lagi untuk menjamu para tamu Sang Ayah.Setiba di kamar, Rhea segera merebahkan diri sebelum memutuskan untuk mandi. Nanti malam adalah jadwal keberangkatannya untuk kembali ke Itali. Maka Rhea berniat untuk mengemas beberapa barang yang hendak ia bawa nanti.
Rhea tak terlalu banyak membawa barang, hanya satu stel baju ganti yang ia masukkan kedalam ransel, sebab masih banyak baju - bajunya yang tertinggal di apartmennya bersama Catharina dan juga di Mansion Zane. Tak lupa beberapa dokumen penting juga ia masukkan didalam sana."Rhea."
Gadis itu menoleh ketika Sang Ayah menyapa nya dari ambang pintu. Pria bertubuh gempal itu berjalan mendekati Sang Putri yang terlihat begitu sibuk dengan kegiatannya.
"Ada perlu apa, Pa? Apa Papa mau di buatkan sesuatu?"
Tanya Rhea sembari menyimpan Ranselnya ke dalam lemari."Papa dengar dari Rizky, keberangkatanmu akan dipercepat. Apa benar?"
Dhanurendra bertanya begitu serius."Nanti malam Rhea akan berangkat, Pa. Rhea minta maaf, sebab Rhea tidak ingin Cathy terlibat masalah dengan Zane."
Ucap Rhea dengan kepala yang tertunduk. Gadis itu tahu benar bahwa Ayahnya begitu sedih jika ia harus meninggalkan nya lagi, terlebih sebentar lagi kampanye akan segera di langsungkan. Tentu saja Dhanurendra sangat butuh dukungan moril dari putri kesayangan tersebut."Iya, Papa mengerti. Jaga diri baik - baik ya, Papa tahu kamu anak yang hebat dan pemberani. Papa akan selalu mendoakan mu."
Ujar Dhanurendra lantas mendapat pelukan penuh haru dari Rhea. Tak terasa pipi gadis itu mulai basah, selain harus meninggalkan Sang Ayah, Rhea juga harus meninggalkan Gama yang entah sejak kapan telah membawa separuh jiwanya.
"Nanti kamu ikut menemui tamu - tamu Papa, ya."
Ajak Dhanurendra usai berpelukan dengan putrinya."Tidak Pa, Rhea tidak kenal siapa mereka. Dan tentu saja nanti banyak wartawan serta media yang meliput. Rhea tidak mau merusak acara Papa. Rhea di kamar saja ya."
Tolak Rhea secara halus."Tapi nanti Ibu dan Kak Heidy juga datang kemari."
Bujuk Dhanurendra lagi."Bilang saja ke Ibu dan Kak Heidy, Rhea harus beristirahat sebab nanti malam mau berangkat ke Itali. Sudah ya Pa, Rhea mau mandi dulu. Sudah lengket sekali sejak pagi bantu Bik Sopi di dapur."
Rhea tak tahu lagi harus menolak ajakan Sang Ayah kecuali beralasan ingin mandi dan istirahat. Sedangkan Dhanurendra hanya bisa pasrah sebab mau sampai kapanpun Rhea tidak akan pernah mau jika harus di publikasikan ke media soal dirinya yang telah di adopsi oleh Dhanurendra sejak bayi. Hanya karena Rhea selalu memikirkan nama baik Sang Ayah.
Dhanurendra keluar dari kamar Rhea dan mendapati aula rumah nya sudah sangat ramai dengan para Influencer yang menjadi tamu undangannya. Dhanurendra melihat Diana bersama dengan Heidy baru saja tiba di kediamannya lantas berjalan mendekati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not As Beautiful As Love Should Be
Romansasebenarnya sederhana, namun dari kata sederhana itulah sesuatu yang terlihat sederhana tidaklah sesederhana itu. ini bukan tentang kisah yang menye - menye ~inspired by major teddy and the ganks~ Noted : Ini semua hanyalah kisah khayalan untuk memen...