24

59 8 1
                                    


Perjalanan itu memakan waktu yang cukup lama. Ateez memulai perjalanan di pukul 10 malam. Dan di pukul 02 dini hari mereka baru memasuki separuh perjalanan. Itupun di bantu oleh Yeosang yang menemukan jalan alternatif lain yang lebih cepat. Artinya ada 4 jam lagi sampai di perbatasan kota.

Hongjoong masih berada di balik kemudi. Dia ingin berganti dengan Seonghwa, tapi di urungkan karena melihat yang lebih tua beberapa bulan sedang tertidur di kursinya, di samping kursi kemudi.

"Kak, gak perlu gantian?" Yunho bertanya dari kursinya. Posisinya tepat di belakang Hongjoong.

Mobil yang mereka bawa adalah mobil jenis Van. Dengan dua baris kursi di bagian depan -kursi bagian kemudi dan kursi penumpang-. Dan satu kursi di bagian belakang yang menghadap ke samping dengan sebuah meja di jadapannya. Seperangkat mini komputer canggih ada di atas meja. Sedangkan di bawahnya, terdapat lemari untuk menyimpan persenjataan mereka.

Yeosang yang menguasai kursi paling belakang sambil terus memantau layar komputer yang menampilkan peta perjalan mereka sampai ke perbatasan kota. Sebenarnya di sampingnya ada Jongho, tapi yang termuda itu sedang tidur. Jadilah Yeosang seolah hanya sendirian.

"Gak Yun. Kakak masih kuat kok. Kasian Seonghwa, tidurnya nyenyak banget kayanya."

"Tapi kakak juga butuh istirahat." Yunho melirik ke samping, ke arah Mingi, San yang sedang terlelap. Sedangkan Wooyoung sedang melihat keluar melalui kaca jendela. Sebenarnya dia tidak bisa melihat apa-apa karena mobil mereka sedang melewati hutan belantara yang sangat gelap. "Aku bisa gantiin kakak, loh."

"Loh, bisa nyetir juga? Kok gak bilang dari awal?" tanya Hongjoong yang terkejut. Pasalnya, sebelum berangkat Yunho tidak mengatakan apapun prihal mengemudi.

"Bisa kak. Sebelum kejadian dua tahun lalu sebenernya aku sama Mingi kadang berangkat ke kampus pake mobilnya ayah. Tapi setelah kejadian itu, Mingi ngelarang banget aku bawa mobil. Alasannya sih takut kecelakaam itu keulang lagi. Padahal waktu kecelakaan itu justru kita lagi naik bus, bukan mobil pribadi. Mingi emang kadang-kadang aneh."

"Gitu-gitu juga sahabatmu, Yun."

"Ya emang kak. Tapi kadang kelakuannya bikin pusing. Pernah satu hari dia ngelarang aku buat makan di kantin sama temen-temen yang lain cuma karena dia pengen di temenin makan, cuma berdua aja."

"Itu artinya dia takut kehilangan sahabatnya. Dia takut kau lupa sama dia waktu lagi deket sama temen yang lain."

"Tau deh kak. Jadi, gimana, mau di gantiin?"

"Entar aja deh Yun. Kalo udah capek banget." ujar Hongjoong yang masih fokus ke jalanan. Sekilas dia melirik Wooyoung dari spion tengah. "Young, kok gak tidur?"

"Gak bisa tidur kak." Wooyoung mengalihkan atensi dari jendela ke arah Hongjoong.

"Mikirin sesuatu?" ini Yunho yang bertanya.

Wooyoung menggeleng. Wajahnya terkihat sedikit murung. "Cuma terkintas aja tiba-tiba. Gimana kalo berhenti aja dan balik ke dimensi yang dua tahun ini kita tempati? Aku cuma takut misi ini bikin salah satu dari kita gak bisa balik."

Yeosang, dari arah belakang melirik ke arah Wooyoung. Bagaimanapun juga dia tau perasaan cemas yang di rasakan sang sahabat.

"Kok pesimis gitu? Kita kan udah sepakat buat saling jaga di misi nanti." ujar Hongjoong berusaha menghibur Wooyoung.

"Udah, mending tidur daripada meikirin yang aneh-aneh begitu." ucapa Yunho, lalu beralih kembali ke Hongjoong. "Perjalanan kita masih berapa lama lagi kak?"

"Kita masih separuh jalan. Kurang lebih 4 jam lagi kita sampai di perbatasan kota."

"Masih ada waktu sebanyak itu untuk istirahat. Yeo......" Yunho beralih ke Yeosang.

DEJA VU - ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang