26

70 11 0
                                    

Mobil Van itu memasuki perbatasan kota. Keadaan sekitar cukup lengan. Benar, penjagaan di sana tidak begitu ketat. Bahkan hanya ada satu pos jaga di pintu masuknya. Tapi karena hari masih cukup pagi, belum ada penjaga yang berjaga di pos tersebut.

Ateez memperhatikan keadaan sekitar dari balik jendela mobil. Keadaan yang lengan sedikit membuat tidak nyaman. Rumah-rumah dan gedung-gedung banyak yang kosong. Bahkan beberapa bangunan sudah ada yang runtuh. Keadaan terlalu sunyi untuk sebuah perbatasan. Jika tidak ada satu atau dua orang yang melintas, kota itu bisa saja di sebut kota mati.

"Oh..."

Semua atensi beralih ke arah Yeosang, selain Yunho yang fokus menyetir.

"......kita dapat balasan dari Hala."

Jongho yang berada di sampingnya langsung merapatkan diri, melihat ke layar komputer setelah ucapan Ye9sang.

"Ini denah lokasi tempat aman untuk kita istirahat sementara." sambung Yeosang.

"Kemana arahnya?" tanya Yunho tanpa mengalihkan fokusnya.

"Terus saja. Lalu belok ke kiri di persimpangan depan. Nanti bakal ada bangunan terbengkalai di ujung jalan. Titiknya ada di situ."

Mobil melaju sesuai dengan intruksi Yeosang. Belok kiri, dan beberapa kilometer setelahnya menemukan sebuah bangunan berlantai 5 di ujung jalan.

"Mingi, Jongho, Wooyoung, ikut aku masuk lebih dulu untuk memeriksa keadaan di dalam. Sisanya tunggu di mobil." intruksi Hongjoong setelah Yunho berhasil memarkirkan mobil itu tepat di depan sebuah gerbang usang.

Hongjoong, Mingi, Jongho dan Wooyoung langsung menyiapkan persenjataan mereka. Setelahnya, satu persatu mulai turun dari mobil dengan senjata yang sudah siaga. Mereka berempat mendekati gerbang dan melihat ke dalam area gedung, waspada.

Hongjoong mendorong pelan gerbang yang tidak terkunci itu saat yakin tidak ada yang berbahaya. Lalu memberi kode tiga lainnya untuk masuk.

Mingi yang paling handal menembak di antara yang lain, mengambil tempat di paling depan. Melihat sekitar melalui scope senjata laras panjang miliknya.

Mereka berempat mulai mendekati bangunan gedung yang terlihat sudah sangat usang. Lalu, Mingi mencoba membuka pintu itu, tapi gagal karena pintu tertutup sangat rapat.

"Tidak bisa di buka." ujarnya pelan.

"Minggir sebentar." Hongjoong mengambil alih dan berdiri di depan pintu. Mengambil sesuatu di saku celananya, sebuah kartu. Kartu akses.

Yang lain melihat ke arah Hongjoong dengan tataoan bingung dan curiga.

"Kak...?"

"Nanti kakak jelasin." potong Hongjoong saat Wooyoung hendak bertanya. "Yang penting kita pastiin dulu tempat ini benar-benar aman atau enggak."

Hongjoong memperhatikan pintu di hadapannya. Tidak ada apapun -sesuatu- untuk menggunakan kartu akses itu. "Mungkin sama seperti gedung di misi sebelumnya." gumamnya dan mulai memindai permukaan pintu dengan kartu akses.

Klik.

Ketemu.

"Wahhhh. Pemindai kartunya tersembunyi. Itu artinya gedung ini bukan gedung yang bener-bener terbengkalai. Hala pasti sengaja membuatnya seperti itu untuk kamuplase." ujar Jongho yang kagum akan keamanan gedung itu.

"Ayo masuk." Mingi, Jongho dan Wooyoung langsung menyiagakan kembali senjata mereka setelah perintah dari Hongjoong.

Mereka berempat mulai memasuki bagian dalam gedung. Melihat sekeliling yang cukup gelap karena pencahayaan hanya berasal dari celah-celah pentilasi.

DEJA VU - ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang