"Kakak ngerasa gak sih kalo sebagian dari kita banyak berubah?"
Yeosang tidak menanggapi pertanyaan Jongho yang duduk di bagian belakang mobil. Pria tampan sekaligus cantik itu sedang fokus menatap layar kompiter. Memnatau pergerakan yang lain melalui GPS yang mereka gunakan. Pintu belakang mobil sengaja di buka dan Jongho duduk di bagian itu.
Sesekali Jongho memeriksa senjata laras panjang di tangannya. Entah kenapa dia sangat ingin mengobrol saat ini. Sejak datang ke dimensi ini, dia tidak punya kesempatan itu dengan yang lain. Mereka memang hanya berdua, tapi yang lain bisa mendengar suara keduanya melalui alat komunikasi yang terpasang di telinga. Meski begitu Jongho tidak peduli.
"Apalagi kak Hongjoong. Dia terlihat...... Menakutkan. Tatapan penuh dengan intimidasi."
"Heh, kak Hongjoong bisa dengar."
"Gak peduli. Biarkan saja dia dengar. Biar dia tau, aku gak nyaman dengan dirinya yang sekarang." Jongho mengehela nafas berat. "Aku menghormati dia karena punya sikap yang tenang juga selalu bisa memberi contoh yanh baik selama ini. Dia juga selalu berpikir dengan kepala dingin setiap kali ada masalah. Tapi sekarang.......... Bahkan aku gak kenal sama tatapannya yang sekarang."
"Mungkin keadaannya memaksa kak Hongjoong dan yang lain berubah. Kau tau sendiri kalau misi ini gak mudah. Salah prediksi sedikit, nyawa kita melayang."
"Kak Yeo juga sama. Kakak selalu sibuk semenjak datang ke dimensi ini. Gak pernah ada waktu buat kita ngobrol."
"Maaf....."
"Gak perlu minta maaf. Aku paham bagaimana keadaannya sekarang." Jongho memotonh ucapan Yeosang. "Sebenarnya aku enggak mengeluh kaya gini, kan? Tapi, entah kenapa rasanya aku perlu nyampein semuanya. Tentang kebersaam kita berdelapan yang hilang. Tentang perubahan sikap masing-masing. Meskipun kak Wooyoung dan kak Mingi gak terlalu terlihat, tapi tetap ada perubahan kecil sama mereka berdua. Yang sebelumnya berisik, sekarang lebih banyak diam. Dan...... Tentang kecurigaanku pada salah satu dari kalian."
"Ho....."
"Gak papa kak. Kak aku udah bilanh, biar dia dengar, biar mereka dengar." Sela Jongho. Kini fokus Yeosang beralih ke Jongho yang duduk memunggunginya.
*
Enam orang yang menjadi tim yang turun langsung ke markas musuh, diam mendengarkan ocehan Jongho tentang mereka. Mereka sebenarnya sadar, semua keadaan ini mengubah segalanya. Tidak ada yang menyela. Mereka hanya ingin mendengar keluhan yang termuda.
Seonghwa sempat mengusap ujung matanya. Rasanya sakit saat tau anggota termuda mereka menyimpan tekanan yang cukup berat.
"Yeo, kamana selanjutnya?" terdengar suara Hongjoong yang menanyakan kemana mereka harus bergerak sekarang.
Mereka sekarang berada di jalanan sepi dengan pencahayaan remang-remang. Kota ini terlalu sunyi untuk di sebut sebagai kota. Hanya ada satu dua orang yang melewati jalanan di jam yang masih menunjukkan pukul 9 malam. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang. Ini cukup aman untuk mereka.
"Baiklah." Hongjoong membalas ucapan Yeosang di alat komunikasi. "Terus bergerak. Di depan sana ada lapangan luas yang mengitari markas musuh."
Mereka terus bergerak tanpa suara. Sampak mendapati lapangan luas dengan bangunan besar dan tinggi di tengah-tengahnya.
"Itu......."
"Markas para Maskman." Hongjoong memotong ucapan Yunho.
"Baiklah. Aku siap menghabisi siapapun yang menghalangi jalan kita." Mingi meregangkan otot-otot tubuhnya.
Hongjoong memberi kode pada yang lain untuk mulai mendekati bangunan besar itu dengan cara merangkak di dalam kegelapan. Mereka melakukan itu untuk menghindari lampu sorot yang terpasang di beberapa bagian bangunan. Pakaian mereka yang serba hitam membantu untuk berkamuflase.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA VU - ATEEZ
FantezieSebuah tragedi yang menyebabkan mereka berpindah dimensi tanpa mereka sadari.....