29

71 9 0
                                    

Seonghwa dan San sudah kembali berkumpul dengan yang lain. Hongjoong langsung mengarahkan mereka ke arah barat bengunan besar itu. Lorong putih dengan banyak belokan mereka lalui dengan Hongjoong berada di paling depan dan Mingi di paling belakang barisan.

Beberapa penjaga memergoki mereka tapi mereka berhasil membereskannya tanpa menimbulkan suara yang berarti. Hanya saja mereka tidak bisa menyingkirkan mayat-mayat para penjaga karena itu akan mengulur waktu. Yang terpenting mereka harus cepat. Seandainya ada yang menemukan mayat-mayat itu, mereka sudah berhasil menjalankan misi.

"Ini titiknya."

Hongjoong mengintrupsi mereka untuk berhenti. Dia hadapan mereka sudah ada pintu besar yang terbuat dsri kaca tebal. Di dalamnya terlihat orang-orang yang menggunakan pakaian serba putih -mirip pakaian para ilmuwan- berlalu lalang seperti sedang mengerjakan sesuatu. Pintu ruang laboratorium.

Hongjoong menunjuk Wooyoung dan Yunho dan mengarahkan mereka ke samping kanan kiri pintu laboratorium untuk berjaga. Lalau menunjuk San dan Mingi untuk mengawasi sekitar. Sedangkan dia dan Seonghwa berdiri tepat diepan pintu. Setelah yakin semua sudah di posisi, Hongjoong mengetuk pintu itu. Dia harus membuat orang yang ada di dalam membuka pintu itu karena dia dan yang lain tidak punya kartu akses.

Bbzzz.

Pintu mulai bergerak, bergeser ke samping kiri dan kanan. Belum sempat orang yang membuka pintu mencerna keadaan, Hongjoong langsung menembak orang itu. Seonghwa, Wooyoung dan Yunho juga langsung masuk dan menembak siapapun yang ada di dalamnya. Sedangkan Mingi dan San beralih di dekat pintu, mengawasi siapapun yang mendekat.

Dor.

Hongjoong langsung berlindung saat ada yang membalas trmbakannya. Ternyata para ilmuwan itu di bekali senjata api juga. Tapi karena keahlian Ateez yang semakin meningkat mereka berhasil melumpuhkan sekitar 10 orang ilmuwan yang sedang bekerja di dalam laboratorium. Menyisakan satu ilmuwan yang terluka di bagian kaki.

Hongjoong mendekati ilmuwan yang sedang kesakitan itu. Sedikit heran karena ilmuwan itu menunjukkan ekspresi kesakitan. Bukankah orang-orang di dimensi ini tidak punya emosi?

"Ternyata begitu." gumam Hongjoong.

Dia melihat ke arah telinga si ilmuwan. Tidak ada alat pengendali emosi di sana.

"Kalau ingin selamat, ikuti semua perkataanku." Hongjoong menodongkan senjata laras panjangnya tepat ke arah kepala si ilmuwan.

Ilmuwan itu hanya mengangguk sembari mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kepala.

"Tunjukkan dimana pengendali semua mesin-mesin yang ada di sini." ilmuwan itu langsung berdiri mulai mengarah ke sebuah tempat yang di penuhi dengan komputer canggih. "Seonghwa."

Seolah mengerti, Seonghwa mendekati tempat itu. Lalu meletakkan sebuah benda kecil ke tempat untuk menginstal semua data yang ada di komputer-komputer itu.

"Instal semua data yang ada di komputer ke benda kecil itu." perintah Hongjoong.

Sang ilmuwan pun melaksanakan perintah dari Hongjoong. Ilmuwan itu menekan beberapa tombol di beberapa komputer, lalu di layarnya menunjukkan tulisan selesai.

"S-sudah."

Dor.

Sang ilmuwan langsung terjatuh tak sadarkan diri dengan lubang penuh darah di kepalanya.

Seonghwa langsung mengambil benda kecil itu dari tempatnya, lalu mengeluarkan sebauh laptop kecil dari dalam tas sejak awal dia bawa. Menekan beberapa tombol, dan berhasil mengirimkan file ke komputer di mobil mereka.

"Yeo, filenya sudah terkirim. Tunggu aba-aba dari captain untuk mengancurkan semuanya." Seonghwa mengintrupsi Yeosang di sebrang alat komunikasi.

"Sekarang, waktunya ke bagian selatan. Merebut kembali jam pasir yang seharusnya menjadi milik kita."

DEJA VU - ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang