Jongho keluar dari kamarnya setelah bersiap untuk pergi ke kampus. Setelah pembicaraan kemarin, mereka memilih untuk pulang ke rumah masing-masing, meninggalkan Jongho yang semakin membaik. Meski saat bangun pagi tadi tubuhnya masih terasa lemas.
Seperti hari-hari sebelumnya, Jongho hanya akan sarapan seorang diri. Orangtuanya sudah tidak ada di rumah sepagi ini. Semua kebutuhan Jongho di siapkan oleh pelayan. Bahkan saat dia demam kemarin, sang palayanlah yang pertama kali tahu.
"Bibi Shin, nanti malam eggak usah siapin makan ya. Jongho makan di luar bareng yang lain."
"Baik nak Jongho."
"Kalo gitu Jongho berangkat dulu bi."
Jongho berjalan keluar rumah, menuju ke mobil yang sudah terparkir di halaman depan.
"Paman Shin, nanti gak usah jemput ya. Jongho mau ngumpul bareng temen-temen kaya' biasa."
"Nak Jongho mau menginap lagi?"
"Iya." Jongho menjawab sebari masuk ke dalam mobil.
Jongho termasuk anak yang baik dan sopan pada orang yang lebih tua. Itu sebabnya dia terlihat cukup akrab dengan pekerja di rumahnya. Para pekerja di rumahnya menjadi bagian yang tidak ada perubahan sejak kejadian itu.
"Nanti kalo Papa sama Mama tanya bilang aja mau belajar bareng yang lain."
"Baik nak Jongho."
"Tapi, emangnya mereka peduli ada atau enggaknya aku?" gumam Jongho pelan.
Perjalanan dari rumahnya ke kampus sebenarnya tidak terlalu jauh. Itu sebabnya, dulu sebelum kejadian dua tahun lalu dia sering berjalan kaki untuk pulang ke rumah. Tapi setelah kajadian itu dia lebih memilih untuk di antar jemput. Sebenarnya dia bisa saja membawa mobil sendiri. "Ribet parkirnya." Begitulah jawabannya saat yang lain bertanya.
Ahkk.
Jongho memegang kepalanya yang kembali terasa pusing saat tiba-tiba sebuah gambaran masa lalu -kecelakaan dua tahun lalu- dan gambaran masa depan melintas di pikirannya. Masih di tempat yang sama tapi dalam waktu yang berbeda. Jongho melihat akan ada kecelakaan lain di persimpangan jalan utama kota.
"Anda baik-baik saja nak Jongho?" tanya paman Shin yang melihat Jongho dari sepion tengah."Aku enggak papa paman. Cuma pusingnya masih terasa sedikit. Paman kita cari jalan lain aja ya. Jangan lewat jalan utama."
"Baik."
Tanpa bertanya lebih jauh, sang sopir langsung mencari jalan alternatif lain untuk menju ke kampus. Jongho hanya tidak mau menjadi saksi mata sebuah kecelakaan lagi. Atau mungkin malah menjadi korban itu sendiri.
*
"Masih suka mukulin?"
"Ya begitulah. Aku sebenernya capek tiap hari harus lihat ayah mukilin ibu tanpa sebab. Udah kalo pulang selalu mabok. Tapi aku juga sebenernya sayang sama ayah. Apalgi selama dua tahun ini sikapnya sedikit melunak."
Sore itu, di basecamp, Seonghwa sedang membantu Yunho, Yeosang, San, Woyoung dan Mingi untuk merevisi skripsi mereka. Meskipun jurusan mereka berbeda -kecuali Yunho, Yeosang dan Woyoung- tapi Seonghwa berusaha untuk setidaknya sedikit membantu. Tapi, saat inu mereka sedang istirahat dan membicarakan hal-hal acak karena sudah sangat pusing dengan semua tugas-tugas itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA VU - ATEEZ
FantasíaSebuah tragedi yang menyebabkan mereka berpindah dimensi tanpa mereka sadari.....