27

68 10 0
                                    

Hongjoong melajukan mobil itu dalam kecepatan sedang. Menyusuri jalanan perbatasan yang cukup lengang menuju pusat kota. Hanya ada beberapa kendaraan yang melewati jalanan itu. Pejalan kaki juga hanya sesekali melintas di trotoar. Entah karena hari sudah menjelang petang atau memang neginilah suasananya setiap hari.

Mereka memperhatikan sekitar dari dalam mobil. Ada beberapa hal ganjil yang mereka temui.

"Apa kalian juga melihat benda yang ada di telinga setiap orang?" Wooyoung yang duduk di dekat jendela pertama kali angkat suara.

"Aku tidak tau itu apa tapi firasatku mengatakan kalau itulah benda yang selama ini di teliti oleh para Maskman." ujar Hongjoong dengan nada dan pengucapan yang serius.

Akkhh.

Semua atensi beralih ke arah Seonghwa, yang duduk di kursi samping kemudi, menyentuh kepalanya, kecuali Hongjoong yang fokus pada kemudi.

"Kenapa kak Hwa?" tanya Yunho yang duduk tepat di belakang kursi kemudi.

Seonghwa tidak menjawab. Dia terdiam sembari masih menyentuh kepalanya yang terasa sakit.

"Dapat gambaran?" tebak Hongjoong tanpa mengalihkan fokusnya.

"Hmm." Seonghwa bergumam pelan.

Yang lain tidak mengatakan apapun lagi, menunggu Seonghwa selesai dengan rasa sakit di kepalanya.

"Kota ini......." semua ini masih diam, menunggu kelanjutan dari ucapan Seonghwa. "........dulunya sama dengan kota yang kita tinggali di dimensi asli kita."

Semua tentu terkejut dengan ucapan Seonghwa. Mereka tidak menyangka akan datang ke tempat yang sama dengan kota di dimensi asal mereka.

"Tapi keadaan dan tatanannya tentu sudah berubah karena dimensi ini yang aslinya sudah di hancurkan dan ganti dengan dimensi buatan." timpal Yeosang.

"Apa ada kemungkinan kita akan menemui diri kita yang lain di sini?" tanya San entah pada siapa.

"Kalau para Maskman berhasil mengahncurkan dimensi ini dan membuat yang baru, itu artinya penghuni sebelumnya dimensi ini sudah lenyap. Kecuali para Hala yang berhasil kabur. Jadi kemungkinan yang kak San tanyakan tadi sangat kecil terjadi. Kecuali para Maskman membawa diri kita dari dimensi lain ke dimensi ini." jelas Jongho.

"Masuk akal." Mingi mengangguk, setuju dengan penjelasan Jongho. "Orang-orang yang ada di sini berasal dari dimensi lain. Dan yang bisa membawa mereka ke tempat ini hanyalah Maskman. Mereka tidak akan bisa kabur dari dimensi ini. Tapi kenapa mereka harus memakai alat pengendali emosi itu?"

"Pertanyaan bagus Mingi." ujar Hongjoong. "Sesuai dengan penjelasan para Hala. Jam pasir hanya bisa di gunakan oleh orang yang berasal dari dimensi yang sama dengan jam pasir tersebut. Itu artinya mereka tidak bisa pergi dari dimensi ini selama Maskman memiliki jam pasir dimensi asal mereka. Alat pengendali emosi di gunakan supaya orang-orang itu tidak memberontak dan merebut jam pasir tersebut."

"Aku penasaran cara kerja alat pengendali emosi itu." gumam Yunho.

"Cara kerjanya memberikan efek rasa sakit kalau sang pengguna menunjukkan emosi berlebih. Entah itu bahagia, sedih, marah dan lainnya." timpal Seonghwa.

"Kalian berdua.........." San menunjukkan raut penasaran. "......tau banyak."

"Ketua Hala memberitau kami." ujar Hongjoong.

"Benarkah?"

"San, ada apa dengan pertanyaanmu itu? Kau tidak percaya dengan kak Joong dan kak Hwa?" tanya Mingi yang melihat gelagat aneh dari San. "Bukannya selama ini kau yang paling percaya dengan keduanya?"

DEJA VU - ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang