10

72 8 0
                                    





"Kau sudah menjelaskan semua yang kami alami selama dua tahun. Sekarang boleh aku tau tentang kalian?"

Hongjoong saat sedang berada di ruangan pribadi sang ketua orang-orang berpakaian hitam itu. Di saat yang lain memilih untuk kembalu ke rumah masing, dengan di antar oleh masin-masing dari mereka yang lain -tentu tidak untuk Mingi dan Wooyoung yang memang tidak ada di sana sebelumnya-. Hongjoong memilih tetap tinggal. Ada banyak hal yang ingin dia ketahui.

"Apa yang kau ketahui?"

"Semuanya. Dimensi asal kalian. Tugas pertama kalian. Cara kalian berpindah-pibdah dimensi."

"Akan memakan waktu yang cukup lama untuk menceritakan semuanya. Tapi akan aku usahakan untuk bisa menjelaskan secara singkat tapi dapat di mengerti."

"Aku akan dengarkan."

"Sebenarnya kami juga tidak tau dari dimensi mana kami berasal katena ada banyak sekali dimensi di semesta ini. Jumlahnya tak terhingga. Tapi sejak lama kami sepakat untuk menyebut dimensi kami denga dimensi Z, untuk mempermudah hal-hal seperti terjadi. Pertanyaan dari dimensi mana kami berasal."

"Itu artinya kalian juga tidak tau dimensi asal kami?"

"Benar. Tapi sejak mengetahui perpindahan yang kalian alami kami sepakat untuk menyebut dimensi kalian denga dimensi A, untuk memudahkan membedakan dimensi ini."

"Lalu kalian sebut apa dimensi ini?"

"Tidak ada. Kami hanya menyebutnya dengan 'dimensi ini'."

"Kau bilang kalu kalian sudah sering melakukan tugas seperti ini. Itu artinya sudah bertahun-tahun....."

"Puluhan tahun lebih tepatnya. Sejak usia 'kita' masih di bawah sepuluh tahun."

"Di bawah sepuluh tahun? Gila. Di usia srmuda itu kalian sudah menrima tugas berat ini."

"Benar. Tapi saat itu kami masih punya pendamping, yang menyatukan dan membimbing kami yang kami sebut dengan master. Tapi sejak umur 15 tahun tidak lagi."

"Kenapa?"

"Beliau tewas. Di bunuh para Maksman."

"Aku turut berduka cita. Lalu bagaimana kalian bisa tau dan percaya kalau ini adalah tugas kalian?"

"Sebelum di temukan dan di satukan oleh master, entah bagaimana caranya kami memiliki kalung dengan vandul jam pasir." Hongjoong menunjukkan kalung yang dia kenakan. "kalung ini ternyata bukan kalung biasa. Kalung uni bisa membawa kami kemana pun yang kami mau. Lalu Master menemukan kami dan menjelaskan bahwa kalau itulah yang sudah memilih kami untuk melakasanaka tugas mwnjaga keseimbangan antar dimensi. Awalnya kami tidak percaya, tqpi Master membuktikannya dengan membawa kami berpindah dimensi dengan jam pasir miliknya. Mempertemukan kami dengan diri kita di dimensi lain. Tidak secara langsung, hanya memperlihatkan."

"Sejak saat itu kalian sudah melakukan tugas ini?"

"Tidak. Tepatnya di usia ke 9 tahun, setahun setelah jam pasir itu di rampas oleh para Maksman dan terbunuhnya Master. Sebelum Master kehilangan nyawanya, dia berpesan pada kami untuk memburu para Maskman itu dan merebut kembali jam pasir miliknya. Dan saat itulah Master menamai kami dengan nama Hala. Dan menunjukku sebagai ketua."

"Hala. HalaJong."

"Hemm?"

"Tidak. Memang rasanya lebih mudah memanggil kalian dengan nama itu. Sebelumnya agak membingungkan memanggil kalian dengan nama yang sama. Lalu selanjutnya bagaimana?"

"Awalnya kami kira tugas kami hanya merebut jam pasir itu. Tapi ternyata tidak semudah itu. Jam pasir yang di gunakan oleh orang yang tidak tepat berdampak buruk dengan keseimbangan antar dimensi. Ada banyak perpindahan di beberapa dimensi, termasuk kalian. Tapi entah memang sudah takdir atau ada niat tertentu, selalu saja orang yang sama yang berpindah dimensi."

"Maksudmu diri kita di dimensi lain?"

"Benar. Selalu 'kita' dari dimensi lain. Tapi beberapa kali kami gagal mengembalikan 'mereka' ke dimensi awal karena sudah ada di bawah pengaruh Maskman. Maka dari itu untuk kali ini kami tidak mau gagal lagi. Jadi mohon kerjasamanya Hongjoong."

"Meskipun rasanya sangat aneh beebincang dengan diri kita yang lain, dengan kesamaan 100%, tapi aku senang bisa mendengar tentangmu. Seolah aku bisa merasakan apa yang kau rasakan selama ini, HalaJoong."

"Hahaha. Lucu sekali mendengarmu memanggilku seperti itu. Tapi sepertinya kita juga punya kepribadian yang sangat mirip. Entahlah itu hanya perasannku. Saja."

"Aku rasa juga begitu. Sepertinya cukup berbincangnya. Aku akan pulang sekarang. Lain kali ceritakan tentang dunia kalian. Aku penasaran, apa sama persis dengan dunia ini atau dunia asliku?"

"Baiklah. Akan ku temui kau saat ada hal yang penting. Dan juga, berhati-hatilah dengan para Maskman itu. Beeitau juga yang lain. Mingi akan mengatarmu. Dia ada di luar."

"Baiklah. Selamat malam HalaJoong."

"Selamat malam captain Hongjoong."

"Eh?"

HalaJoong hanya memberi gestur untuk segera keluar tanpa meghiraukan kebingungan Hongjoong.

"Ketua bilang kau akan pulang bersamaku." Mingi atau HalaMingi menghampiri Hongjoong sesaat setelah dari ruangan pribadi HalaJoong. "HalaMingi. Kedengarannya bagus juga. Selama ini tudak ada yang memanggil kami dengan sebutan itu."

"Kau dengar percakapan kami?"

"Tentu. Aku sejak tadi ada di sini. Jaga-jaga kalau ketua butuh sesuatu."

"Kau sangat patuh dengan ketuamu itu ya."

"Tentu. Tidak sperti Mingi mu."

Hongjoong hanya terkekeh mengingat tingkah Mingi aebelumnya.

"Jadi, pulang sekarang." Hongjoong mengangguk. Lalu membalas uluran tangan HalaMingi. "Pejamkan matamu, captain"

Hongjoong tentu bingung dengan sebutan itu. Tapi dia tetap menurut dan memejamkan matanya. Sejenak angin sejuk menerpa wajahnya.

"Buka matamu. Kita sudah sampai."

Benar saja. Saat membuka mata, mereka sudah ada di depan rumah Hongjoong.

"kalau begitu aku pamit. Selamat malam." HalaMingi menyentuh bandul kalungnya, dan seketika menghilang dari hadapan Hongjoong.

Hongjoong menghela nafas berat. Setelah tau semuanya dia merasa asing dengan rumahnya sekarang. Dia sudah tau kalau ibu dan ayahnya bukanlah ibundan ayahnya.

"Kaya nya, kedepanya bakal berat banget." gumam Hongjoong.



*



Mingi berbaring di kasur sebari memandangi langit-langit kamarnya. Otak sedang berpikir keras.

"Apa aku harus percaya ya sama kak Hongjoong? Aku sama Wooyoung kan belum denger penjelasan kak Hongjoong. Tapi siapa yang gak marah kalau di permainkan kaya gitu? Segala bilang pindah dimensi lagi?"

Mingi memiringkan tubuhnya saat lelah berbaring.

"Tapi orang aneh tadi kayanya tau tentang kak Hongjoong deh. Apa besok aku temui kak Hongjoong aja ya? Wooyoung di ajak enggak ya? Tapi nanti Wooyoung pasti bakal marah-marah lagi. Ah, gak tau lah."

"Hai, Mingi."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

DEJA VU - ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang