41.

57 8 0
                                    


Hari ini, di dimensi Ateez berada saat ini, seluruh warga dari seluruh negara -kalaupun itu masih ada mengingat dimensi ini pernah hancur dan di ciptakan kembali oleh maksman-, wilayah, daerah sampai ke pelosok, berkumpul di tempat-tempat yang sudah di sediakan. Mereka sedang mengantari dengan sangat rapi dan sabar meski antrian sangat panjang.

Mau tidak mau, mereka harus mengikuti perintah langsung dari ketua maksman. Jika tidak, alat pengendali emosi yang tertanam di telinga mereka akan bereaksi. Dan itu cukup menyakitkan dan menyiksa.

Dan hari ini mereka juga akan mendapatkan alat yang sama tapi memiliki kegunaan dan fungsi yang lebih mengerikan dari sebelumnya, sebagai pengganti alat yang di gunakan di telinga.

Kali ini, alat pengendali emosi akan langsung di tanam di tubuh pengguna. Berupa microchip yang akan di tanam di balik kulit melalui suntikan. Jika sudah berhasil di tanam, alat yang sebelumnya di pakai di telinga akan di lepas.

HalaJoong melihat semua kegiatan itu dari atas sebuah gedung di pusat kota. Dia mengamati seluruhnya. Dari salah satu maksman yang mengawasi langsung. Sampai pada satu orang yang berusaha keluar dari antrian dan berusaha kabur. Tapi berakhir dengan kesakitan sampai berguling di jalanan dengan darah yang keluar dari hidung dan mulutnya.

"Bagaimana selanjutnya? Ateez juga akan di pasangkan alat itu."

HalaJoong menoleh pada HalaSan yang baru berbicara. Sebelumnya HalaJoong tidak merasakan kehadirannya, mungkin dia baru saja berteleportasi ke tempat itu menggunakam kalung miliknya.

"Mereka masih di tahanan?" bukannya menjawab pertanyaan dari HalaSan, HalaJoong justru balik bertanya.

"Ya."

"Yunho, bagaimana?"

"Dia masih ada di markas. Kondisinya sudah lebih baik."

"Bisa kau keluarkan mereka?"

"Bisa saja. Tapi butuh waktu lebih lama karena seperti yang kita ketahui, kita hanya bisa berteleportasi dengan membawa satu orang saja. Tidak lebih. Dan untuk melakukan itu juga butuh energi, apalagi harus mengeluarkan tujuh orang secara bergantian." jelas HalaSan.

"Dimana yang lain?" tanya HalaJoong lagi tanpa mengalihkan perhatian dari kumpulan orang-orang yang masih mengantri.

"Mereka sedang berpencar untuk mengawasi tempat lain."

"Panggil mereka dan lakukan apa yang ku perintahkan."

"Baik ketua." lalu HalaSan menghilang.

Keadaan di atas gedung itu kembali hening. HalaJoong masih dengan kegiatannya memperhatikan kumpulan orang-orang di bawah sana.

Namun, saat melihat ke arah salah satu maksman, HalaJoong terpaku. Ternyata maksman itu juga melihat ke arahnya. HalaaJoong tidak terkejut sama sekali karena hal ini sudah dia nantikan sejak awal ada di atas gedung.

Sekian detik mereka hanya saling melihat satu sama lain. Sampai maksman itu mengangguk ke arah HalaJoong yang di balas dengan anggukan pula. Seringaian tipis tercipta di balik masker hitam HalaJoong.

"Aku berharap ini akan berjalan dengan baik."

*

"Sudah lebih baik?"

Yunho menoleh ke arah pintu ruang istirahat yang ada di markas Hala. Di ambang pintu, HalaYunho sedang berdiri.

"Ya. Lebih baik. Luka di kepala sudah tidak terlalu sakit. Bagian tubuh lain juga."

"Bagus kalau begitu."

"Ngomong-ngomong............. Bagaimana dengan teman-temanku? Mereka....."

DEJA VU - ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang