Chapter 5

2.6K 254 9
                                    


This is bad, really bad.

 Aku tidak bisa menatap mata Lisa lagi dan hal ini mulai mengganggu ku. Sebagian dari diri ku seharusnya tidak peduli padanya karena ini hanyalah cara hidup dan mencintai, tapi aku merasa bisa mengubah pikirannya. Dia pikir apa yang dia lakukan itu benar tetapi kenyataannya, itu sangat salah. Ketika Elijah memberi tahu Chaeyoung bahwa dia perlu berbicara dengan ku, aku tahu bahwa ini akan membahas tentang Lisa.

Ini selalu tentang dia.

Saat kami meninggalkan dapur, aku melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan kami. Aku berjalan ke ruang tamu dan membalikkan tubuh ku untuk menghadap Elijah. Dia menatapku, mulutnya cemberut tapi matanya lembut. Dia tidak mungkin marah padaku karena tidak menerima Lisa karena dia tahu bahwa aku tidak begitu menghargai LGBT.

"Kau harus bicara dengannya Jennie..." katanya dengan lembut.

Aku menyilangkan tangan ku dan jatuh ke sofa yang nyaman, menyebabkan aku menghela napas sedikit jengkel. Aku jengkel ketika orang-orang memberi tahu aku apa yang harus aku lakukan seolah-olah aku masih kecil.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan," aku mengangkat bahu dan menyisir rambutku ke belakang telinga.

"Kau melakukan hal itu ketika kau gugup," katanya.

"Apa?"

"Kau menyentuh rambutmu saat kau gugup atau stres," jawabnya sambil menggaruk bagian belakang leherku.

Sial, dia sangat mengenalku. Aku meringis sementara dia tertawa kecil. Suasana menjadi lebih tenang dan aku merasa lega.

Dia mencubit bibirnya, meletakkan tangannya di belakang punggung dan melirik sepatunya. Aku tidak bisa tidak memperhatikan bagaimana dia tampak tegang dan malu. "Berjanjilah padaku, kau akan berbicara dengannya."

Aku tidak ingin merusak persahabatan kami karena hal ini.

"Baiklah," desahku yang membuatnya menatapku heran.

Dia tidak mengharapkan aku untuk menyerah dengan mudah karena aku adalah tipe orang yang bertahan di satu sisi dan tidak pernah meninggalkan apa yang aku percaya. Senyumnya melembut menjadi sesuatu pancaran yang tulus. "Terima kasih banyak."

Aku bangkit dari sofa dan menyentuh bahunya.

"Aku lapar, jadi tolong gerakkan pantatmu dan sajikan aku pasta buatanmu," aku tersenyum dan membuatnya tertawa.

Ketika kami kembali, semua orang sudah ada di sana dan menunggu kami. Mereka menyiapkan segala sesuatunya, mulai dari pasta yang sudah dimasak hingga makanan di atas meja. Kami menghabiskan sisa hari itu dengan mengobrol tentang setiap anekdot kecil yang kami alami selama beberapa bulan terakhir. Sungguh menyegarkan dan menyenangkan bisa menikmati saat-saat bersama mereka. Kecuali Lisa, aku jarang bertemu dengan mereka karena aku sering bepergian untuk bekerja dan manajer ku tidak memberikanku banyak hari libur. Perjalanan ini akan menjadi waktu libur pertama ku dalam beberapa tahun. Aku bersyukur bahwa ini dimulai dengan baik. Chaeyoung menceritakan bagaimana dia terjebak di lemari penyimpanan saat bekerja dan kemudian, Irene mengalami hal yang sama tapi didalam lift.

***

Kelopak mataku semakin berat seiring berjalannya waktu dan rasa lelah sudah berdampak pada seluruh tubuhku. Sofanya sangat nyaman dan hangat. Aku sedang berpikir untuk tidur di sini malam ini. Derak perapian menenangkan dan warna nyala api yang cerah cukup menawan untuk dilihat.

Pemandangan yang indah. Inilah yang paling saya butuhkan, dan akhirnya aku memilikinya.

Setelah bertahun-tahun hidup dalam tekanan yang terus-menerus, aku punya waktu sejenak untuk beristirahat dan merenungkan diri didepan perapian.

Stra8Circle (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang