Chapter 33

1.4K 166 15
                                    

LISA

Aku mengetahui bahwa Taehyung dan Kai adalah teman sekelas selama lima tahun berturut-turut. Pada hari pertama mereka di sekolah seni rupa, mereka kebetulan bersebelahan di sebuah amfiteater dan saat itulah persahabatan mereka dimulai. Mereka berdua adalah pelajar asal Korea yang memiliki kecintaan yang sama terhadap fotografi dan budaya Perancis. Mengetahui kepribadian taehyung yang ceria, cukup mudah baginya untuk mendapatkan teman.

"Apakah kamu mengalami kemajuan dalam bahasa Prancis?" Taehyung bertanya dengan mata berbinar membuatku tersenyum.

"Je peux parler courammernt, mais j'ai beaucoup de mal avec la conjugaison des temps comme le plus-que-parfait et le participe passé. (trans: Aku dapat berbicara dengan lancar, tetapi aku kesulitan dengan konjugasi seperti past perfect dan past participle.)" Aku menyatakan sambil mencoba yang terbaik untuk mengartikulasikan setiap kata.

Kai mengangkat alisnya sambil menatapku tercengang, "wow, bahasa Prancismu bagus."

"Itu karena dia belajar dari guru terbaik," mantan teman sekelasku menambahkan sambil tersenyum bangga dan menunjuk dirinya sendiri.

Aku memutar mataku meskipun itu benar. Dia memberi aku ribuan gambar dari buku catatannya tempat dia menulis semua yang aku perlukan untuk belajar bahasa Prancis. Cara menyusun kalimat, cara mengucapkan kata, dan lain-lain.

Aku harus mengakui bahwa itu banyak membantu ku.

"Google Translate adalah guru yang lebih baik darimu," aku menggodanya dan mereka semua tertawa.

"Tu me brises le cæur (trans: kamu menghancurkan hatiku)," ucap Taehyung secara dramatis dan meletakkan tangannya di dada dekat jantungnya.

Aku menghabiskan tetes terakhir birku dan menghela nafas panjang. Aku tidak tahu berapa banyak minuman yang aku minum, tapi itu terlalu banyak untuk kesehatan ku. Aku berhenti menghitung pada minuman kelima ku. Jisoo dan Kai tidak minum banyak karena mereka memastikan tidak ada kecelakaan dalam perjalanan pulang.

"Sebaiknya aku pergi sekarang. Aku harus bangun pagi untuk bekerja," kata Jisoo sambil meringis kecil.

Dia tidak ingin pergi begitu saja dan begitu pula kami yang tidak akan membiarkan Jisoo pergi begitu saja.

Kami bersenang-senang berbicara dengan orang yang mempunyai banyak anekdot menyenangkan untuk didengarkan.

"Tetaplah bersamaku," Taehyung menggandeng tanganku untuk mencegahku pergi.

Aku menghela nafas dan menatap temanku yang tersenyum padaku, "Kai bisa mengantarmu pulang, tapi berjanjilah padaku untuk mengirimiku SMS saat kamu sampai di rumah."

"Aku akan melakukannya," aku mencium pipinya menyebabkan Jisoo memutar matanya.

Dia benci kalau aku menciumnya, tapi itu tidak menghentikanku untuk melakukannya. Dia memberi kedua pria itu tos ramah sebelum meninggalkan bar.

"Temanmu baik sekali," tambah saudara Jennie berbicara tentang Jisoo.

"She's the best."

Aku meminum sisa gelas anggurnya dan itu membuatnya tertawa. Aku kira Taehyung terlalu mabuk untuk serius atau memarahi ku. Sudah setengah jam sejak dia menertawakan hal-hal yang tidak berguna.

"Seseorang menelponmu," komentar Kai sambil menunjuk ke ponsel Taehyung.

Dia memutar matanya dan mengambil smart phone-nya, tetapi ponsel itu tergelincir di atas meja. Tawa kecil keluar dari bibirnya saat dia menatap ponsel yang bergetar. Aku ragu dia akan menjawab panggilan itu, jadi aku mengambil ponsel itu dan meletakkannya di dekat telingaku tanpa membaca nama yang tertulis di sana.

Stra8Circle (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang