Chapter 21

1.8K 186 4
                                    

JENNIE

Aku tidak pernah menyukai gadis bernama Somi itu.

Dia memberi ku perasaan tidak enak sejak dia datang ke agensi belum lama ini. Kami tidak pernah berbicara, tetapi aku tahu satu hal yang pasti bahwa kami tidak akan akur. Dia tampaknya adalah gadis munafik yang menggunakan wajah malaikatnya untuk mendapatkan segalanya. Setiap kali aku melihatnya di lokasi syuting, dia selalu memarahi staf dan aku tidak mentolerir perilaku seperti ini. Orang yang bekerja untuk para model harus dihormati karena jumlah pekerjaan yang diberikan pada mereka.

Aku membencinya karena dia pikir dia bisa memiliki keberanian untuk membentak penata rambut yang malang. Astaga, aku benci orang seperti ini. Aku tidak ingin bertemu dengannya, tapi sayangnya aku harus bertemu dengannya.

Ketika aku pergi ke klub malam dan melihatnya tertawa dengan model lain, aku kecewa. Ketika dia memutuskan untuk menggoda Lisa, aku bahkan lebih kecewa lagi.

"Kau baik-baik saja?" manajer ku bertanya dengan ekspresi khawatir.

Aku menyesap minuman ku lagi dan mengangguk. Klub malam ini tampaknya menyenangkan karena semua orang bersenang-senang - kecuali aku. Aku bukan penggemar berat menari dengan tubuh berkeringat di sekeliling ku dan orang asing yang melihat ku seolah-olah aku adalah permen yang ingin mereka gigit.

"Aku tahu kau ingin berdansa, jadi silakan saja. Aku tidak keberatan tinggal sendirian," kata ku kepadanya dan memberinya senyuman kecil.

Aku tidak ingin merusak malamnya dengan memaksanya untuk terus ada disamping ku. Meskipun dia sudah memasuki usia 30-an, Jonghyun tetaplah seorang pria yang ingin bersenang-senang sesekali.

Kami bertemu sepuluh tahun yang lalu melalui orang tua ku dan aku menganggapnya sebagai saudara ku. Dia baik dan selalu ada untuk melindungi ku.

"Kamu yakin?" dia mengerutkan kening.

Aku tertawa kecil dan mendorongnya pelan dari sofa, "Pergilah atau aku akan berubah pikiran."

Dia tertawa dan berbaur dengan kerumunan orang dalam waktu kurang dari satu menit. Aku meneguk minuman ku lagi sebelum seseorang duduk di samping ku. Aku melihatnya beberapa kali di studio dan dia selalu bergaul dengan Somi.

"Aku Hendery," katanya sambil tersenyum nakal.
"Aku menyukaimu. Jadi, apakah kau punya pacar?"

Dia tampaknya tidak sabar dalam merayu seseorang. Dari ketampanan dan suaranya yang serak, aku yakin banyak wanita yang meliriknya. Aku tersenyum padanya dan melihat sekeliling.

"Kau langsung ke intinya, huh?" Aku menggodanya dan dia mulai bersantai di sofa.

"Aku tidak melihat ada gunanya menyembunyikannya. Kau adalah wanita yang cantik dan aku ingin mengenal mu lebih baik."

Sejak aku diganggu oleh orang asing di klub malam, aku menghindari tempat-tempat ini seperti wabah. Kebanyakan pria melihat wanita sebagai mangsa dan itu membuat ku takut. Aroma alkohol murahan yang kuat yang berasal dari pria ini membuat ku tidak bisa bersenang-senang dengannya.

Hal ini mengingatkan ku pada Jaden -terlalu bodoh untuk menyadari kemabukannya.

"Apa yang membuat mu berpikir bahwa aku ingin mengenal mu lebih jauh?" Aku bertanya kepadanya dan meletakkan gelas ku di atas meja.

"Aku tampan," jawabnya singkat.

Aku tertawa mendengar ucapannya dan mengusap-usap rambut cokelat panjang ku. Dia menghibur ku dengan berbicara kepada ku karena seringkali, orang-orang terlalu takut untuk mendekati ku. Namun, semakin banyak dia berbicara, semakin sedikit aku ingin mengenalnya. Nafasnya berbau alkohol dan matanya yang merah memberi kesan bahwa dia telah menghisap sebungkus rokok sebelum mendatangi ku. Dia akan merasa hangover besok dan direktur kami tidak akan bersikap lunak terhadapnya.

Stra8Circle (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang