Chapter 13

1.6K 187 9
                                    


Aku seharusnya tidak berada di sini.

Namun di sini lah aku duduk di depan seorang pria yang tidak aku sukai, berdoa dalam hati agar dia pergi untuk selamanya. Tiga puluh menit telah berlalu namun setiap detiknya terasa seperti berjam-jam. Aku bermimpi berbaring di tempat tidur dan menonton banyak film romantis, namun aku masih terjebak di restoran mewah ini bersama mantan pacar ku.

Jaden tidak menyembunyikan kegembiraannya berada di sana, ia terus bercerita tentang kehidupannya yang menyenangkan sambil makan dengan suara keras. Dia mungkin tidak menyadari bahwa aku sudah lama tidak mendengarkannya karena menurutnya dia adalah spesimen yang menarik. Jangan tanya aku mengapa aku berkencan dengannya. Sejujurnya, aku pun tidak tahu mengapa. Dia tidak semanis itu. Apa yang aku pikirkan?

Aku hampir lupa bahwa ia memiliki kecenderungan untuk berbicara banyak tentang dirinya sendiri. Dulu, aku pikir itu lucu dan menggemaskan. Sekarang, hal itu tampak tak tertahankan bagi ku. Aku merasa muak.

Bagaimana aku bisa jatuh cinta pada pria yang sombong dan angkuh seperti dia?

Aku menghela napas panjang dan menusukkan garpu ke dalam salad ku. Melihat warna hijau pada hidangan ku, aku teringat saat dia memesannya untuk ku. Dia tersenyum kepada ku dengan tatapan yang mengatakan 'aku tahu apa yang kamu suka'.

Aku suka salad tapi aku lebih suka daging.

"Dia mengatakan tidak kepada ku, tapi aku tahu itu bohong," lanjutnya.

Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan, tetapi aku tidak ingin memintanya untuk mengulanginya.

Akibatnya, aku menahan diri untuk tidak mengomentari petualangan kecilnya. Aku terus memakan salad ku yang memiliki rasa pahit dan hambar sampai keheningan terjadi di antara kami. Aku mengangkat kepala dan mengerutkan kening ketika aku melihat dia menatap ku.

Aku bertanya, "Apa?"

"Apakah kau mendengarkan ku?" tanyanya, wajahnya sedikit kesal.

Aku mengambil serbet dan menyeka mulut ku.
Aku berkata, "Ya, aku tidak tahu harus berkata apa," aku berbohong.

"Kau tidak pernah mendengarkan ku," desahnya, membuat aku mengerutkan dahi.

Aku meletakkan garpu ku dan terus menatapnya dengan tajam. Selama hubungan kami, jika aku perhatikan dengan seksama bagaimana kami memperlakukan satu sama lain, aku merasa kami tidak pernah berada dalam gelombang yang sama.

Selalu saja ada sesuatu yang salah. Itu bukan hanya satu alasan. Kami saling mencintai, tetapi aku rasa kami tidak cukup saling mencintai untuk membangun sesuatu.

Dia terlalu kecanduan terhadap narkoba, dan aku terlalu kecanduan dengan pekerjaan ku.

"Apakah kau mengundang ku ke sini untuk membuat ku merasa bersalah?"

Dia menyeka bibirnya yang penuh dengan saus tomat dengan handuk putih sebelum menatap ku.

"Aku selalu merasa kau tidak peduli dengan ku ketika aku sedang jatuh cinta dengan mu."

Aku memutar mata dan menyilangkan tangan.

"Jadi karena itu kau berselingkuh?"

Dia menatap aku dengan tatapan tidak setuju sebelum menggelengkan kepalanya.

"Aku mencintaimu. Aku masih mencintaimu. Itu adalah sebuah kesalahan."

Aku tahu dia menyesali perbuatannya, tapi aku tidak ingin memberi kesempatan padanya untuk mematahkan hati ku sekali lagi. Aku bukan gadis rapuh yang sama yang dulu peduli padanya dan obat-obatan terlarangnya. Aku sudah dewasa dan aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, yaitu... jatuh cinta secara sembarangan.

Aku mengertakkan gigi dan melihat ponsel ku. Kapan Chaeyoung datang? Aku mengirim pesan dua puluh menit yang lalu untuk menyuruhnya menjemputku karena aku tahu aku akan bertengkar dengan Jaden.

"Aku tidak mencintaimu. Aku bahkan tidak tahu mengapa aku di sini. Aku harus pergi," kataku dan bangkit sementara dia mengerutkan kening.

"Tidak, tidak, kau tidak mengerti. kau akan tetap di sini, kita belum selesai bicara."

" Tolong lah , Jaden . aku tidak - " Aku berkata sebelum ia meraih pergelangan tanganku .

"Kau mencintaiku, jangan berbohong. Kau selalu mencintaiku. You are mine," geramnya.

Ini bukan pertama kalinya dia mengklaim ku sebagai miliknya. Saat kami berpacaran, dia cemburu dan sangat posesif. Setiap kali ada pria yang mencoba berbicara dengan ku, dia mengancam dan kasar. Pada saat itu, aku tidak mempermasalahkannya karena dia adalah pria yang tidak percaya diri karena kurangnya kasih sayang dari ayah dan ibunya. Sekarang, hal itu membuat ku jengkel. Aku bukanlah sesuatu yang bisa dia kendalikan kapanpun dia mau. Sebelum aku bisa menjawabnya, seseorang di belakang ku berbicara,

"No! she fucking not!"

.

.

.

huh? siapa tuh?

siapa yang akhirnya jemput Jennie?

ayo komen dan votenya dong. hihihi

thank you!

.

.

.

.

Stra8Circle (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang