Pagi ini Aldebaran masih menemani adiknya di rumah sakit. Tentu, ia tidak berangkat ke kantor dan melimpahkan semua pekerjaannya pada asisten pribadinya, Rendy.
Sejujurnya, banyak pertanyaan yang memenuhi isi kepala Farhan terhadap Aldebaran kala itu. Tentang sikapnya yang tiba-tiba 'romantis' karena mau menemaninya seharian di rumah sakit sampai ikut menginap, bahkan tanpa diminta.
Sebab dulu, ketika Farhan pernah opname juga, Aldebaran hanya datang sesekali setelah pulang kantor, itupun sekedar untuk membawakan makanan titipan adiknya. Selebihnya, ia menitipkan Farhan pada anak buahnya.
Mulut Farhan sebetulnya sudah gatal sekali ingin bertanya pada Aldebaran, tapi apalah daya, dirinya terlalu takut membuka pembicaraan sebab tahu pasti akan kena semburan maut kakaknya itu.
Bahkan, Aldebaran juga tidak segan untuk menghentikan uang jajan Farhan selama dua minggu.
"Ngapain ngeliatin gue terus?" ucap Aldebaran tiba-tiba.
"Dih, geer!"
Aldebaran mendengus, seolah sedang mengumpulkan tenaga untuk memaki adiknya itu. Sementara Farhan yang menyadari hal itu hanya bisa mempersiapkan telinganya untuk mendengar semua umpatan Aldebaran.
"Duh salah jawab nih gue!" batin Farhan sambil memalingkan wajahnya.
"Gak usah di melas-melasin gitu mukanya.." ucap Al yang menyadari perubahan ekspresi adiknya.
"Hah?"
"Hah heh hoh!"
"Lo tuh sadar gak sih, kelakuan lo tiap hari buat gue sakit kepala terus!"
"Iya maaf Al..""Maaf tapi diulangin lagi, gitu aja terus hidup lo."
"Gue tau gue salah Al..""Ya emang salah! Orang kok kayak gak tenang kalo gak buat gue repot.."
"Iya maaf ya abang gue terganteng seduniaaaa, yang paling baik hatiii, ku mohon terimalah permintaan maafku dari hati yang paling dalam."
"Najis!"
"Ih marah-marah mulu deh, kayak banteng liat kain merah.."
"Berisik!"Farhan tertegun, seolah tak ada daya lagi untuk melawan Aldebaran. Ia tahu betul bahwa dirinya memang salah dan sudah terlalu merepotkan sang kakak.
"Tapi gue heran sama lo sih Al, lagi kesambet hantu mana sih lo? Tumben-tumbenan mau nemenin gue di rumah sakit, nginep lagi.. Baru pernah ini kayaknya."
"Udah ditemenin tuh harusnya bilang makasih, bukan malah ngatain gue kesambet.."
"Ya bukan gitu maksud gue, lo aneh aja, gak kayak biasanya."
"Atau jangan-jangan.."
"Ada yang lo incer ya? Lo punya cem-ceman disini? Kok gak cerita sama gue sih!"
"GILA!" ucap Aldebaran penuh penekanan.
"Ya siapa tau kan, karena lo beda banget, aneh.."
"Apaan sih, gak jelas!"Aldebaran beranjak dari sofa yang terletak di sebelah kanan ranjang Farhan menuju ke arah pintu. Sepertinya ia sudah tidak tahan dengan jawaban Farhan yang hanya membuatnya semakin emosi.
Saat hendak membuka pintu, tiba-tiba ada seorang dokter beserta perawat yang akan masuk ke dalam kamar inap Farhan untuk melakukan kunjungan seperti biasa. Hampir saja Aldebaran menabraknya.
Ya siapa lagi kalau bukan... dokter Andin!
Kali ini dokter Andin tidak mengenakan masker. Membuat wajah cantiknya itu terlihat dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Hadirnya kamu buat aku sadar, kalau luka itu bisa pulih ketika menemukan 'rumah' yang tepat." - Andini Zafira Pratama *** Aldebaran Rahardja, seorang pria bertubuh tinggi yang namanya tidak asing, terlebih bagi kalangan pengusaha kelas atas. Berbed...