Kehamilan Andin kini sudah memasuki akhir trimester pertama. Dirinya sangat bersyukur bahwa selama melewati trimester pertama ini, ia tidak mengalami morning sickness yang begitu parah sampai mengganggu aktivitasnya.
Siang ini, Andin tiba-tiba teringat akan makanan favoritnya dulu semasa koas di rumah sakit. Andin pun menghubungi Aldebaran yang masih berada di kantor untuk membelikannya ceker.
Namun rupanya, ceker yang Andin mau hanyalah ceker dari tempat favoritnya di Depok serta menginginkan Aldebaran sendiri yang membelinya, bukan orang lain.
"Assalamualaikum mas.."
"Waalaikumsalam, kenapa ndin?""Mas, kamu lagi sibuk gak?"
"Enggak sih, ini bentar lagi juga selesai..""Aku lagi pengen ceker mas." ucapnya tanpa basa-basi.
"Ceker?""Iyaaa, tapi maunya yang ada di Depok. Yang biasa aku beli waktu koas dulu, namanya ceker ranjau. Tolong beliin dong mas.."
"Di Depok? Kamu yakin? Itu jauh loh ndin."
"Tapi aku cuma mau yang itu mas.. Kalo kamu gak mau, ya udah gapapa." ucapnya sedih.Mendengar nada sedih dalam suara Andin, Aldebaran langsung mengiyakan permintaan istrinya tanpa berpikir panjang lagi.
"Iya, iyaa. Saya beliin sekarang ya. Nanti saya foto deh biar kamu percaya kalo saya beli sendiri."
"Beneran?"
"Iya, tapi gak boleh yang terlalu pedes ya, level setengah aja.""Mana berasa mas, aku biasanya level lima."
"Andini Zafira, nurut gak sama suaminya?"
"Iya.." ucapnya gemas."Ya udah kamu tunggu aja ya di rumah."
"Makasih ya sayang."Saat itu juga, Aldebaran memutuskan untuk berangkat ke Depok, meninggalkan semua pekerjaannya yang kebetulan tidak terlalu banyak juga di hari itu.
Perjalanan dari kantor Aldebaran ke Depok bisa memakan waktu satu jam, apalagi kalau macet. Selama perjalanan pun, Aldebaran beberapa kali mengirim foto (pap) kepada Andin.
"Ini saya udah di jalan, sabar ya." pesannya sambil mengirim foto di dalam mobil.
"Hati-hati yaa, makasih banyak sayang." balas Andin.
Ketika sudah sampai di rumah makan itu pun, Aldebaran masih terus mengirim foto pada istrinya.
"Lagi beli cekernya nih, sebentar lagi jadi."
"Iya mas, aku tunggu di rumah ya sayang."...
Sekitar pukul 5 sore, Aldebaran akhirnya sampai di rumah. Andin yang sudah menunggu di ruang tamu sejak tadi, langsung berlari dan memeluk Aldebaran saat tahu dirinya sudah pulang.
"Sayangggg, udah pulang?"
Aldebaran tersenyum sambil mengusap kepala Andin kemudian menciumnya.
"Nih cekernya, spesial buat istri saya."
"Makasih banyak sayanggg, makin cinta deh aku."
"Iya sama-sama."Aldebaran menemani Andin makan di meja makan. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari kegiatan Aldebaran seharian ini hingga perkembangan kehamilan Andin.
Namun ditengah itu, Andin tiba-tiba terdiam dan wajahnya juga terlihat sedih. Aldebaran yang menyadari itu seketika bertanya pada Andin.
"Ndin? Hey kamu kenapa, kok sedih? Nggak suka sama cekernya? Ya udah nggak usah dimakan lagi, biar saya kasih Bibi aja ya." ucapnya panik.
Andin menggeleng, menatap Aldebaran dengan mata berkaca-kaca.
"Aku udah ngerepotin kamu ya? Aku udah keterlaluan ya jadi istri, sampe nyuruh kamu ke Depok padahal lagi kerja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Hadirnya kamu buat aku sadar, kalau luka itu bisa pulih ketika menemukan 'rumah' yang tepat." - Andini Zafira Pratama *** Aldebaran Rahardja, seorang pria bertubuh tinggi yang namanya tidak asing, terlebih bagi kalangan pengusaha kelas atas. Berbed...