22. Menjadi Satu

1.2K 185 16
                                    

Tak lama setelah itu, acara akad pun dimulai. Aldebaran sudah duduk berhadapan dengan Bram, yang bersebelahan dengan seorang penghulu sebagai pemandu acara akad mereka. Tentunya, sudah ada dua orang saksi yang merupakan perwakilan dari kedua keluarga itu.

Papa Hadi pun turut hadir disana. Ia duduk di barisan paling depan, bersebelahan dengan Farhan. Sungguh sesuatu yang tidak pernah Aldebaran bayangkan sebelumnya.

Sang pembawa acara mulai membuka acara akad itu. Dilanjut pembacaan ayat suci Al-Quran dan diteruskan oleh sang penghulu yang akan memberikan khutbah nikah.

Suasana kembali khikmat saat sang penghulu mulai membacakan doa-doa pengantar ijab. Aldebaran yang tadi masih bisa tersenyum kini sudah terlihat sangat tegang.

Bram menyodorkan tangannya dan kemudian berjabat tangan dengan calon mantunya.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Aldebaran Rahardja bin Hadi Rahardja, dengan anak saya Andini Zafira Pratama binti Bram Pratama dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan 200 gram logam mulia dibayar tunai."

Kini giliran Aldebaran menjawab dengan suara tegasnya dan dalam satu tarikan napas.

"Saya terima nikah dan kawinnya Andini Zafira Pratama binti Bram Pratama dengan seperangkat alat shalat dan 200 gram logam mulia dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi? SAH?" tanya penghulu itu.

Sontak semua tamu undangan dan saksi langsung berkata, "SAH!"

Aldebaran menghembuskan nafas sambil tersenyum lega.

"Alhamdulillah hirabbil 'alamin. Al-Fatihah.." ucap sang penghulu.

Setelah proses ijab kabul selesai, Andin pun datang, ditemani dua kerabatnya. Ia nampak sangat anggun dengan kebaya berwarna putih yang senada dengan Aldebaran.

Rasanya air matanya ingin jatuh saat ini juga. Aldebaran sangat terpesona dengan kecantikan Andin hari ini. Wanitanya itu sangat sempurna.

"MasyaAllah, cantik sekali kamu ndin." ucap Al dalam hati dengan mata yang sudah berkaca-kaca melihat istrinya itu.

Mereka saling bertukar cincin dan memasangkan satu sama lain. Setelah itu, Andin mencium tangan Aldebaran. Tak tinggal diam, pria itu juga langsung mencium kening wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu.

Keduanya menandatangani dokumen nikah, sebagai bukti bahwa mereka juga sudah sah dimata negara. Tak lupa, setiap momen itu diabadikan oleh fotografer serta videografer ternama yang telah disewa Aldebaran.

Hati papa Hadi menghangat melihat anak laki-laki yang dulu ia tinggalkan kini sudah menjadi seorang imam bagi istrinya. Farhan yang biasanya tampak cuek pun ikut terharu.

Acara selanjutnya adalah sungkeman. Aldebaran dan Andin menghampiri kedua orang tuanya, dimulai dari orang tua Andin.

"Al minta maaf kalau ada salah ya pa." bisik Aldebaran pada Bram.
"Iya Al, maafin papa juga ya."

"Papa cuma bisa bilang, jangan lupain pesen papa hari itu ya Al."

Aldebaran mengangguk.

"Al pasti akan selalu inget pa, doain Al semoga bisa jadi imam yang baik buat Andin dan keluarga kecil Al nanti ya pa.."
"Pasti nak.."

Hari itu, Bram datang ke kantor Aldebaran tanpa sepengetahuan Andin. Mereka membicarakan banyak hal seputar kesiapannya menikah.

Bram juga bercerita tentang kebiasaan-kebiasaan putrinya yang tidak banyak orang tahu. Tujuannya tentu agar Aldebaran dalam mengenal Andin lebih dalam atau mungkin saja bisa menghiburnya kelak saat sedang badmood.

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang