13. Terhalang Restu?

915 189 16
                                    

Beberapa hari setelahnya, Andin yang baru bangun tidur itu turun ke lantai bawah untuk sekedar mengambil minum.

Di dapur, ada mama Sarah yang terlihat sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"Kamu gak kerja ndin?"

"Hari ini aku kebagian shift sore ma."

"Mama tumben gak terbang?"

"Nanti sore baru jalan."

"Oh.."

"Ya udah sarapan dulu yuk, tadi mama udah masakin beberapa makanan kesukaan kamu."

Andin sarapan bersama mama Sarah. Sesuatu yang langka terjadi, lantaran mamanya jarang berada di rumah.

"Enak gak?"

"Masakan mama selalu enak daridulu, gak ada yang ngalahin."

Mama Sarah tersenyum, suasana hangat begitu terasa diantara mereka.

"Habisin ya."
"Iya maa.."

Selesai sarapan, Andin hendak kembali ke kamarnya. Tapi baru saja ia bangkit dari kursinya, tangannya langsung ditahan oleh sang mama.

"Sebentar ndin."

"Kenapa ma?"

"Mama mau ngomong sebentar sama kamu, boleh?"

"Soal apa?"

Andin kembali duduk di kursi berwarna abu tua itu. Entah mengapa situasi berubah jadi sedikit tegang, ditambah raut wajah mama Sarah yang juga nampak berubah.

"Aldebaran."

DEG!

Itulah yang dirasakan Andin ketika mendengar mamanya menyebut nama sang kekasih. Darahnya seperti berhenti mengalir dan trauma di masa lalunya seketika kembali muncul dalam pikirannya.

"Ke-kenapa ma?" ucapnya terbata-bata.

Sarah menghela napasnya.

"Mama gak setuju kamu punya hubungan sama dia."

"..."

"Tapi kenapa? Mas Al orang yang baik, mama juga baru sekali ketemu dia, mama gak bisa langsung nyimpulin gitu aja dong ma. Tiap aku mau jelasin juga mama gak pernah mau denger"

"Pokoknya mama gak setuju Andin! Kalo papa tau juga pasti dia gak setuju."

"Ya harus ada alesannya ma, kenapa mama gak setuju?"

Andin terus mendesak mama Sarah, karena tidak mungkin mamanya melarang tanpa sebab.

"Dari dulu loh ma, tiap Andin punya pasangan pilihan Andin sendiri, apa pernah mama pernah setuju?"

"Tapi kalo pilihan mama, Andin harus setuju meski gak cinta sama dia."

Tak terasa air matanya menetes. Andin tidak bisa lagi menahan semua emosinya. Sebuah trauma yang mungkin tidak pernah mamanya sadari itu nampaknya kembali terulang.

"Andin.."

"Jawab ma, jawabbb.."

Hati kecil Sarah sebenarnya tidak tega melihat putrinya menangis. Namun apalah daya, ego nya tetap lebih besar dari rasa itu.

"Oke. Mama udah tau semuanya."

"Tau apa?"

"Mama tau kalo Aldebaran dulu pernah dipenjara karena kasus pemukulan, iya kan?"

Andin tertegun. Bagaimana bisa mamanya itu mengetahui masa lalu Aldebaran?

"Mama tau darimana?"

"Kemarin mama ketemu sama tante Lisa, kamu tau kan dia istri polisi?"

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang