36. Bandung dan Ceritanya

758 139 25
                                    

Weekend ini, saat Aldebaran dan Andin sedang menikmati sarapan pagi bersama, tiba-tiba Aldebaran mengajak Andin untuk pergi ke suatu tempat.

"Ndin, habis ini kamu packing ya. Saya mau ajak kamu ke suatu tempat."

Andin yang sedang memakan rotinya seketika menatap suaminya dengan bingung.

"Mau kemana mas, kok mendadak banget?"
"Udah ikut aja, nanti juga tau."

Melihat wajah Andin yang masih tampak kebingungan, Aldebaran pun kembali bertanya pada istrinya.

"Kamu nggak mau pergi sama saya?"
"Bukan gitu mas. Cuma bingung aja, tumben kamu ngajak pergi sampai nyuruh packing segala."

Aldebaran mendekat dan memegang tangan Andin dengan lembut.

"Jadi mau nggak?" tanyanya dengan suara beratnya.
"Mau laaahh." kata Andin manja.

"Ya udah habis ini kita packing ya."
"Iya sayang."

Setelah selesai sarapan, Andin mulai mengemasi semua barang yang diperlukan. Aldebaran dengan cekatan membantu mengambil pakaian, perlengkapan pribadi, dan beberapa keperluan lainnya. Andin yang perutnya sudah mulai membesar karena kehamilannya, merasa sangat terbantu dengan perhatian suaminya.

"Kurang apa lagi sayang?"
"Kayaknya udah sih mas."

Setelah semuanya siap, mereka meninggalkan rumah dengan penuh antusias, terutama Andin. Aldebaran menyetir mobil dengan tenang, sementara Andin masih mencoba menebak-nebak ke mana tujuan mereka.

"Kamu masih nggak mau mas?"
"Masa dikasih tau dulu, nggak jadi suprise dong namanya."

Perjalanan mereka dipenuhi dengan canda tawa serta obrolan ringan. Aldebaran berusaha membuat Andin merasa nyaman dan bahagia sepanjang perjalanan dengan mengajaknya terus bercerita.

Suara Aldebaran yang lembut dan menenangkan seolah mampu menghipnotis Andin dalam sekejab, hingga membuat dirinya tertidur saat mendengar suaminya bercerita. Aldebaran tersenyum melihat istrinya tertidur pulas. Ia sampai memperlambat laju mobilnya agar Andin bisa tidur dengan nyaman.

...

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka pun telah sampai ke tempat tujuannya. Aldebaran perlahan membangunkan Andin dengan lembut.

"Sayang, bangun yuk, kita udah sampai."

Andin mulai mengusap matanya dan mengumpulkan nyawanya.

"Capek banget ya?" tanya Aldebaran sambil tersenyum.
"Nggak mas, capekan kamu nyetir. Maaf ya aku ketiduran."

"Gapapa kok, turun yuk!"

Aldebaran mengajak Andin turun dari mobil. Dengan perhatian, dia membukakan pintu untuk Andin, kemudian menggenggam tangannya saat Andin keluar dari mobil.

"Selamat datang di Bandung, dokter Andin!" kata Aldebaran sambil tersenyum lebar.

Andin menatap sekitarnya dan terpukau melihat pemandangan di depan matanya.

Sebuah villa bernuansa kayu yang dikelilingi oleh pepohonan hijau disekitarnya, membuatnya tampak seperti surga kecil yang tersembunyi. Ditambah dengan udara sejuk Bandung yang menambah kesan romantis dan menenangkan.

 Ditambah dengan udara sejuk Bandung yang menambah kesan romantis dan menenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang