Pagi ini, Aldebaran dan Andin memutuskan untuk menikmati keindahan Swiss dengan panoramic train. Sebuah pengalaman naik kereta yang mengesankan bagi keduanya.
Sepanjang perjalanan, mata mereka dimanjakan dengan pemandangan pegunungan yang megah serta hamparan rumput hijau. Udara pegunungan Swiss yang sejuk, mampu membuat siapapun yang melihatnya merasa kagum dan tenang.
Hari itu kereta cukup penuh dengan penumpang lain, namun bagi Aldebaran dan Andin, dunia terasa seperti hanya milik mereka berdua.
"MasyaAllah indah banget ya mas.."
"Iya, kayak kamu." gumam Aldebaran."Hah, apa? Aku gak denger mas." ledek Andin.
"Hah?"
"Itu tadi, kamu ngomong apaaa?""Gak ngomong apa-apa kok saya."
"Jangan boong!"Ekspresi Andin seketika berubah, seolah sedang mengancam suaminya untuk berkata jujur. Tentu Aldebaran langsung menuruti permintaan istrinya, lagian tidak ada salahnya untuk berbicara jujur bahwa Andin memang indah sekali.
"I-iya, kamu indah banget kayak pemandangan itu, lebih malah."
"Aaahh, sayangggggg.." ucapnya seraya memeluk Aldebaran.
"Sayang banget ya sama istrinya?" goda Andin.
"Menurut kamu?"Andin mengangguk gemas.
"Ya itu udah tau."
Masih dalam posisi memeluk Aldebaran, Andin mendongakkan kepalanya dengan mata yang berbinar.
"Makasih ya mas, kamu udah buat perjalanan kali ini jadi lebih spesial."
"Spesial pake telor atau kornet?" ledek Aldebaran.
"Ishh serius mas.." ucapnya sambil mencubit kecil perut suaminya.
Aldebaran tersenyum gemas, kemudian merangkul Andin dengan lebih erat.
"Kamu juga udah buat ini jadi lebih spesial ndin. Terimakasih ya."
Keduanya saling tersenyum dan kembali menikmati momen di atas kereta itu. Andin menyandarkan kepalanya di bahu sang suami, juga Aldebaran yang tidak bosan untuk mengusap lembut lengan istrinya sambil sesekali mencium kepalanya.
"Mas, setiap detik sama kamu itu adalah anugerah buat aku. Terimakasih karena sudah hadir dan bersedia selalu menemaniku." batin Andin.
...
Sekitar dua puluh menit setelah itu, mereka telah tiba di tempat tujuan. Sebuah area pegunungan yang sejuk dan dipenuhi oleh tumbuhan hijau. Tempat yang jauh dari hiruk pikuk itu, rupanya mampu membuat mereka sangat nyaman berada disana.
Aldebaran dan Andin menjelajahi keindahan alam disana dengan berjalan kaki. Mereka berjalan di jalur berbatu yang terhampar di antara puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi, sambil menikmati udara segar dan pemandangan yang menakjubkan di sekeliling mereka. Langit biru dan tumbuhan hijau disana menjadi saksi bagi petualangan romantis pasangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Hadirnya kamu buat aku sadar, kalau luka itu bisa pulih ketika menemukan 'rumah' yang tepat." - Andini Zafira Pratama *** Aldebaran Rahardja, seorang pria bertubuh tinggi yang namanya tidak asing, terlebih bagi kalangan pengusaha kelas atas. Berbed...