23. Switzerland

1.1K 182 21
                                    

Aldebaran dan Andin kini tengah menikmati hari-harinya sebagai pasangan suami istri. Seperti malam ini, mereka sedang bersiap untuk keberangkatannya besok malam menuju Swiss. Negara itu dipilih mereka sebagai tempat bulan madunya, karena Swiss adalah negara impian mereka sejak dulu.

"Masih belum selesai packingnya?" tanya Aldebaran saat baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Belum mas, ini aku lagi tata per-harinya, jadi nanti gak ribet tinggal ambil aja."

"Harus di plastikin satu-satu gitu emang? Dulu kayaknya kalo saya packing yang penting masuk semua."

"Ya itu kan kamu mas, ini tuh biar rapi dan gampang nanti. Udah aku namain juga per-harinya tuh.."

Aldebaran menggeleng pelan melihat tingkah gemas istrinya itu.

"Saya bantuin ya."

Baru saja menyentuh tumpukan pakaian dihadapannya, Aldebaran langsung mendapat teguran dari sang istri.

"Ehhh gak usah mas!"

"Kenapa?"
"Biar aku ajaaa, kamu gak bisa, gak matching nanti. Tadi aja bilang kalo packing asal masuk."

"Saya bisa kok."
"Ahhh jangan mas, gak sesuai nanti, udah kamu duduk aja ya pleaseee?" ucap Andin gemas.

"Hfttt perempuan perempuan.." gumamnya.

Aldebaran pun memperhatikan istrinya yang mengoceh sepanjang packing. Wanita itu terlihat sangat excited untuk menjalani trip kali ini. Selain karena ini adalah kali pertamanya ke Swiss, perjalanan kali ini juga ditemani oleh pria kesayangannya.

"Masss.."
"Apa?"

"Boleh tolongin aku tutup koper gak? Ini full banget, hehehe.."

Aldebaran mengerjab. Sebenarnya, dirinya tentu mau membantu Andin bahkan tanpa diminta, namun ia sengaja meledeknya kali ini.

"Hmm, tadi gak mau dibantuin."
"Hehe kan tadi, sekarang beda lagi.."

"..."

"Ya udah kalo gak mau, aku minta tolong Farhan aja!" ucapnya kemudian berdiri dengan muka kesal.

"Ehh ehh, saya cuma bercanda Andin, pasti saya bantuin lah sini."

"Ya Allah, niatnya cuma bercanda malah salah lagi, lupa punya istri ngambekan." batin Aldebaran.

"Nah udah nih! Kurang apalagi?"

Andin rupanya masih kesal dengan respon Aldebaran tadi. Ia tidak menjawab pertanyaan sang suami, malah fokus dengan handphonenya.

"Suaminya ngomong gak dijawab. Kamu ngambek?"
"Ga tau!"

"Haduhh, panjang nih urusannya kalo udah gini." batin Aldebaran.

Aldebaran duduk disebelah Andin yang daritadi sudah menyandarkan badannya ke headboard ranjangnya.

"Iya saya salah, saya minta maaf ya.." ucap Al dengan suara beratnya.

Pria itu mengambil satu tangan Andin kemudian mengusapnya lembut.

"Jangan diulangin lagi."
"Iya maaf ya, saya salah bercandanya pas kamu lagi capek habis packing."

Andin mengangguk kemudian menoleh ke arah Aldebaran. Wanita itu menatap suaminya dengan mata teduhnya.

"Kamu capek ya? Mau saya pijitin?"
"Gak usah mas, kamu kan capek juga habis kerja seharian."

"Lebih capek kamu ngurusin rumah dan ini semua. Saya pijitin ya, mana yang pegel?"

Wanita mana yang tidak luluh dengan perlakuan manis seperti itu. Andin hanya bisa tersenyum sambil terus menatap suaminya.

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang