14. Demam

1K 182 16
                                    

Setelah selesai mengantar Andin ke rumah sakit untuk bekerja, Aldebaran kembali ke rumahnya dengan perasaan campur aduk.

Pria itu berjalan melewati Farhan begitu saja tanpa meliriknya sedikitpun.

"Dih lo kenapa Al, tumben ditekuk gitu mukanya."

"Marahan sama mba Andin yaaa?" ledeknya.

"..."

"Allll, ada orang woi disini."
"Buset dikacangin mulu gue."

Tidak ada tanggapan apapun dari Aldebaran. Ia malah beranjak menuju kamarnya dan meninggalkan adiknya sendiri disana.

Pikirannya begitu kalut saat ini. Dirinya terus kepikiran soal Andin dan mamanya. Bahkan, beberapa kali ia memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Arghhh, kenapa dulu lo bodoh banget sih Alll.."

Air mata yang sedari tadi sudah ia tahan akhirnya tumpah juga, meski kedua tangannya telah mengepal kuat hingga wajahnya tampak sedikit memerah.

***

Malamnya, tubuh Aldebaran panas tinggi. Tidak ada seorangpun yang mengetahuinya karena pria itu memang memilih untuk tidak menceritakan hal itu pada siapapun.

Pernah sekali Farhan mengetuk pintu kamarnya untuk mengajaknya makan malam, tapi Aldebaran selalu menjawab dari dalam kamar bahwa dirinya sudah makan dan masing kenyang.

Tentu Aldebaran berbohong, sebab ketika tadi siang sedang makan bersama Andin pun, ia hanya makan beberapa suap dengan alasan sudah kenyang.

Disisi lain, Andin juga terus kepikiran akan kekasihnya. Entah kenapa perasaannya sangat gelisah, bahkan sejak masih berada di rumah sakit.

Perempuan itu tidak bisa tidur, ditambah dengan chat nya yang tak kunjung dibalas oleh Aldebaran dari tadi sore.

Daripada semakin hanyut dalam pikirannya sendiri, akhirnya Andin berinisiatif untuk menghubungi Farhan.

"Halo."
"Halo mba, tumben malem-malem telpon gue."

"Maaf ya aku ganggu."

"Santai aja mba, kebetulan gue juga belum tidur, ada apa nih?"

"Ehm, aku mau tanya, mas Al ada di rumah gak ya? Soalnya daritadi aku chat gak dibales."

"Al di rumah sih mba, cuma daritadi emang gak keluar kamar, gue ajak makan malem juga bilangnya udah kenyang."

"Kenyang? Padahal tadi waktu makan siang sama aku, dia cuma makan beberapa sendok aja loh."

"Ehm, tapi emang tadi pas pulang juga mukanya ditekuk gitu, gue pikir malah abis berantem sama lo."

"..."

"Pasti mas Al kepikiran soal mama tadi." batin Andin.

"Coba deh gue ke kamar Al bentar, meluncurrrrr.."
"Oke makasih ya, han."

Farhan berlari sekencang mungkin menuju kamar Aldebaran. Dirinya mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada jawaban dari pemilik kamar. Ia mencoba membuka pintu kamar itu dan ternyata tidak dikunci.

"Eh gak dikunci nih." gumamnya.

Farhan mendekati Aldebaran yang tampak sudah meringkuk dibalik selimutnya. Seperti orang kedinginan, padahal suhu AC nya biasa saja untuk seorang Aldebaran yang suka dingin.

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang