10. Trauma yang Terulang Lagi

998 195 16
                                    

Hari demi hari telah dilewati oleh pasangan ini. Tidak semulus yang dibayangkan, tapi mereka berdua sangat menikmati setiap prosesnya.

Seperti beberapa minggu lalu, Aldebaran telah membawa Andin ke rumahnya. Mempertemukan wanita cantik itu pada Farhan, meski sebelumnya mereka telah saling mengenal.

"Ehh, ada tamu penting nihh." sapa Farhan yang baru saja turun ke bawah.

"Awas gak usah digangguin!" sahut Aldebaran.
"Ya elah panik bener, tenang aja kaga bakal gue sentuh sedikitpun."

"Kamu apa kabar?" ucap Andin.
"Baik dok. Eh enaknya manggil apa ya, masa di rumah tetep dok."

"Bebas panggil apa aja, asal jangan 'sayang' ya nanti ada yang marah." ledek Andin.

"Waduhh gue juga gak berani kalo itu, ngeri digigit macan tutul."

"Mbak aja gimana?" sambungnya.
"Boleh, senyamannya kamu aja."

"Ngomong-ngomong gue mau tanya dong mbak."
"Tanya apa?"

"Gimana rasanya pacaran sama beruang madu?"
"Maksud lo?!"

"Gue nanya sama mba Andin, bukan lo."
"Terus aja terussss.."

Andin hanya terkekeh melihat adik kakak yang tidak pernah akur itu.

"Biasa aja sih, karena kalo sama aku dia berubah jadi kucing anggora."
"Halah dasar buaya!" kata Farhan.

"Tapi gue salut sih sama Al, gak punya pengalaman apapun soal cinta tapi sekalinya pacaran langsung dapet spek bidadari."

"Iri ya?"
"Berisik lo tuyul bongsor!"

Kehangatan begitu terasa diantara ketiganya. Meski baru bertemu beberapa kali, tapi kedekatan mereka bisa dibilang sudah seperti keluarga.

Namun, berbeda dengan Andin yang nampak sudah dekat dengan keluarga Aldebaran, ia sendiri justru belum pernah memperkenalkan Al pada kedua orang tuanya.

Beberapa kali Aldebaran ingin berkunjung ke rumah Andin, tapi ia selalu berkata bahwa tidak ada orang di rumah sebab kedua orang tuanya sedang sibuk bekerja.

Bukan semata-mata karena terhalang waktu, Andin juga sebenarnya memiliki ketakutan dan trauma yang cukup besar terhadap situasi ini.

***

Dari semalam wanita berambut pendek itu sudah merasa sulit tidur lantaran overthinking terhadap apa yang akan terjadi.

Sarah Anita, ibu dari Andin ini adalah seorang yang memiliki prinsip sangat kuat. Tidak ada yang dapat mempengaruhi hal itu, sekalipun suaminya sendiri.

Andin sudah tau akan apa reaksi mamanya nanti. Bahkan baginya, itu adalah hal yang wajar terjadi tiap kali Andin membawa pasangannya. Lebih tepatnya, pasangan pilihannya sendiri.

Dari dulu, jika Andin membawa pasangan yang kini sudah jadi mantannya, mamanya akan selalu bersikap judes atau kadang sampai tidak mau menemuinya sama sekali.

Entah apa penyebab mama Sarah melakukan itu. Tiap Andin bertanya, mamanya hanya berkata bahwa pria itu bukan laki-laki baik. Padahal, mengenalnya saja belum.

Terkecuali pria itu adalah anak dari temannya atau seorang yang akan ia dijodohkan dengan Andin, baru sikapnya akan berbanding terbalik. Mungkin, inilah yang disebut egois.

Meski begitu, Andin tidak pernah sekalipun membantah sang mama. Andin memilih untuk diam dan selalu mengalah. Hingga tanpa sadar, itu menjadi satu trauma dan luka yang besar dalam dirinya.

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang