Pagi ini Andin bangun lebih dulu daripada Aldebaran. Membuatnya bingung sebab istrinya tidak menjadi pemandangan pertamanya saat bangun tidur.
"Ndinn.."
"Andinnnn"Mungkin dia lupa, sekencang apapun ia berteriak suaranya tak akan terdengar dari luar. Sebab kamarnya itu memang senjaga dibuat kedap suara.
"Ck, lupa lagi ini kamar kan kedap suara.. Andin mana denger" gerutunya.
Setelah beberapa detik mengumpulkan nyawanya, Aldebaran beranjak menuju kamar mandi sebelum akhirnya turun dan mencari Andin.
...
"Mas Al suka gak ya aku masakin ini?" ucapnya lirih.
Belum ada lima detik, tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang melingkar di perutnya dari arah belakang. Kepalanya juga diletakkan di bahunya.
Ya siapa lagi kalau bukan Aldebaran, pria yang suka sekali membuat Andin sedikit tersentak.
"Pasti suka, apalagi yang masak bu dokter satu ini."
"Masssss.. Kaget loh aku, kirain siapa..""Emang siapa lagi yang boleh begini selain saya?"
"Iya sihh..""Suami bangun tidur gak ada di kamar, dicariin ternyata disini."
"Maaf ya mas, tadi abis subuh aku gak bisa tidur lagi, jadi ya daripada bosen mending aku masak aja buat bekel kamu.""Lain kali gak usah repot-repot gini ya, kan ada bibi, biar bibi aja yang masak. Saya gak mau kamu capek, Andin."
"Capek apa sih mas?" ucap Andin lembut.Andin memutar badannya. Kini posisi mereka saling berhadapan dengan tubuh Andin yang bersandar pada meja dapur, sedangkan tangan Aldebaran terus melingkar di pinggangnya.
Perut mereka bersatu. Perut Andin yang semakin membesar dengan perut buncit Aldebaran yang juga ikut membesar, apalagi sejak Andin hamil.
"Aku gak pernah ngerasa direpotin sama kamu mas, malah aku seneng bisa masakin suami aku. Lagian kan aku juga suka masak, jadi gak berasa capek.."
Aldebaran menyibakkan rambut Andin yang sedikit berantakan ke belakang telinganya. Pandangan mata mereka tidak pernah lepas, sepasang bola mata itu terus menatap lekat satu sama lain.
"Makasih ya..."
Di tengah keromantisan itu, tiba-tiba ada gangguan tidak mengenakan dari seorang penghuni rumah lain. Siapa lagi kalau bukan Farhan.
"Aduh pagi-pagi mata gue udah disambut adegan dewasa aja." goda Farhan dengan sedikit nada geli dalam suaranya.
Mereka berdua seketika gelagapan dan malu. Tubuhnya seketika mematung seperti anak kecil yang kena setrap. Aldebaran dengan cepat melepaskan pelukannya, sementara Andin buru-buru merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Ngapain lo disini?!" tanya Aldebaran dengan wajah yang memerah.
"Ya mau sarapan lah! Masa ke dapur mau renang?!"
"Ck, ditanya baik-baik malah ngegas!"Aldebaran mencoba mengalihkan pembicaraan dengan mengajak mereka semua sarapan dan menuju meja makan.
"Sarapan yuk ndin, saya laper."
"Ayo!""Lo laper juga kan? Buruan sarapan!"
"Pengalihan isu terosssss.." gerutu Farhan sambil berjalan mengekor di belakang kakaknya.Mereka pun beranjak ke meja makan. Andin menyiapkan selembar roti untuk Aldebaran, diam-diam ia membuat bentuk hati dari selai cokelat di atasnya.
Aldebaran yang menyadari itu seketika salah tingkah dan tersenyum sendiri. Mereka saling menatap, seolah mata mereka sedang berbicara.
Farhan yang tidak sengaja melirik ke arah mereka pun merasa iri. Membuatnya merasa seperti orang ketiga yang tidak diinginkan dalam momen romantis mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Hadirnya kamu buat aku sadar, kalau luka itu bisa pulih ketika menemukan 'rumah' yang tepat." - Andini Zafira Pratama *** Aldebaran Rahardja, seorang pria bertubuh tinggi yang namanya tidak asing, terlebih bagi kalangan pengusaha kelas atas. Berbed...