33. Akhir Perjalanan Malik

676 176 15
                                    

Hari ini ada sebuah misi besar yang harus Aldebaran, Farhan, dan Rendy lakukan yaitu menangkap Malik. Berbekal informasi dari preman yang mereka tangkap kemarin, Aldebaran berhasil mendapatkan informasi mengenai markas Malik.

Sebelumnya, Aldebaran telah menginstruksikan beberapa anak buahnya untuk memantau tempat yang disebut sebagai markas Malik. Mereka bekerja dengan penuh kehati-hatian, memastikan setiap pergerakan di tempat itu tercatat dengan baik.

Dari laporan yang mereka terima, Malik sempat datang kesana semalam untuk sekedar memberikan uang kepada anak buahnya, kemungkinan sebagai upah karena mereka telah berhasil menghadang mobil Aldebaran kemarin.

Andin yang sedang membantu Aldebaran bersiap-siap nampak tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Mas, emang harus banget kamu ikut? Gak bisa suruh orang lain atau polisi aja? Aku takut kamu kenapa-kenapa." katanya dengan nada cemas.

Aldebaran menggenggam tangan Andin, kemudian menatap matanya dalam-dalam.

"Ndin, yang diincer sama Malik itu saya, bukan orang lain. Jadi harus saya sendiri yang hadapin biar semuanya selesai."

Andin menghela napas panjang, matanya masih penuh kekhawatiran.

"Tapi kamu janji ya mas. Kamu harus hati-hati dan pulang dengan selamat."
"Iyaa, saya janji semua akan baik-baik aja." ucapnya kemudian mencium kening Andin.

Setelah mendapat izin dari Andin, Aldebaran pun berangkat bersama Farhan dan Rendy. Di dalam mobil, suasana semakin terasa tegang. Mereka tahu bahwa ini bukan sekadar misi biasa, ini adalah kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang telah membayangi mereka selama ini.

Di tengah itu, Aldebaran menerima kabar dari anak buahnya yang berjaga disana bahwa Malik baru saja tiba.

"Bos, Malik baru aja dateng kesini." kata salah satu anak buahnya lewat telepon.

"Pantau terus, pastikan Malik gak bisa keluar dari sana, kepung tempat itu dari semua sisi!"
"Siap bos!"

Mendengar itu, Rendy yang sedang menyetir langsung menambah kecepatan mobilnya.

"Kita gak boleh kasih dia kesempatan untuk kabur lagi." kata Farhan.

Aldebaran duduk di kursi depan, matanya fokus ke jalan di depan dan pikirannya terpusat pada apa yang harus mereka lakukan begitu sampai di tempat tujuan.

...

Sesampainya disana, Aldebaran langsung berkoordinasi bersama anak buahnya serta Rendy untuk berada di posisi masing-masing.

Rendy ditugaskan untuk mengintai dari jauh bersama beberapa polisi yang sebelumnya sudah mereka siapkan untuk menangkap Malik.

Aldebaran memilih untuk masuk ke dalam markas hanya ditemani Farhan. Ia merasa bahwa Malik terlalu mudah untuk dihadapi.

Setelah semua dirasa siap, Aldebaran pun membuka pintu markas itu dan berteriak memanggil nama Malik tanpa ragu. Ia berjalan dahulu, diikuti oleh Farhan di belakangnya.

Malik yang mendengar suara yang tidak asing itu seketika merasa tertantang dan keluar bersama lima anak buahnya yang bertubuh kekar.

"Wow, ada Aldebaran Rahardja di sini.." ucapnya sambil menepuk-nepuk tangannya dengan sikap penuh keberanian.

"Gue akuin lo keren sih, bisa tau markas gue disini, ada nyali juga lo masuk ke kandang singa." ucapnya dengan tawa sinis.

"Jangan sebut saya Aldebaran Rahardja kalau untuk nemuin banci seperti anda aja saya gak bisa!" balas Aldebaran dengan tegas.

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang