Malam ini Aldebaran sudah berada di rumah setelah seminggu menemani Farhan. Tubuhnya terasa sangat lelah sebab seminggu ini pola tidurnya kurang baik.
Berkali-kali Aldebaran mencoba untuk tidur. Semua gaya sudah dicoba, dari miring ke kanan, ke kiri, tengkurap, sampai terlentang, namun tidak ada satupun yang berhasil.
"Gue ini kenapa sihh, gak biasanya kayak begini."
Pikirannya riuh dengan sesuatu yang sebenarnya juga tidak ia mengerti. Sebab yang Aldebaran tahu, hanya wajah Andin yang selalu muncul setiap kali ia berusaha memejamkan matanya.
"Kenapa jadi kepikiran Andin terus ya..." gerutunya.
"Apa bener kata Farhan, kalo gue lagi jatuh cinta?""Ck, Al.. Al.. Kenapa lo aneh banget sih?!"
Kegelisahan terus menghantui dirinya. Sepertinya, kali ini memang sudah tak bisa ditahan lagi.
Pria itu akhirnya mengirimkan pesan pada asisten pribadinya..
"Ren, saya ada tugas buat kamu. Tolong cari tau apapun yang menyangkut soal dokter Andin, dia praktek di rumah sakit premier medika. Besok pagi saya minta udah ada semuanya. Makasih."
Diseberang sana, ada Rendy yang nampak bingung ketika menerima pesan itu. Siapakah dokter Andin, sampai bos kakunya itu ingin mencari tahu segala tentangnya.
"Tumben pak Al mau cari tau tentang perempuan." batinnya.
***
Pagi ini Aldebaran sudah bersiap untuk berangkat ke kantornya. Mengenakan setelan jas berwarna abu-abu, dengan kemeja putih didalamnya.
Aldebaran berjalan melewati Farhan yang sedang duduk santai di ruang tengah.
"Tumben pagi amat lo."
"Masalah?""Ya gak sih, cuma heran aja tumben berangkat lebih pagi. Ada meeting?"
"Banyak nanya."
"Idihhh!"Melihat Aldebaran yang sedang memakai sepatunya, membuat Farhan semakin penasaran. Sebab kakaknya itu seperti sedang buru-buru untuk berangkat ke kantor.
"Lah gak sarapan?"
"Gak, di kantor aja ntar.""Ih ngeri banget deh gue sama lo seminggu ini. Udah kadang senyum-senyum sendiri, kadang aneh banget.."
"Bisa diem gak? Masih pagi gak usah mancing emosi."
"Siapa yang mancing, orang gue ngomong realita."Tak ada jawaban lagi dari Aldebaran. Dia justru mempercepat gerakannya, agar dapat segera meninggalkan adiknya yang berisik itu.
"Gue pergi, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam..""Sumpah aneh banget si reog satu itu, kerasukan hantu rumah sakit kali ya, atau hantu Andin hahahah.." batin Farhan.
Setelah menempuh 20 menit perjalanan, kini Aldebaran sudah berada di kantor yang ia tinggalkan selama seminggu.
Hal pertama yang dilakukannya bukanlah memeriksa berkas yang sudah menumpuk, tapi justru memanggil Rendy ke ruangannya.
"Misi pak.."
"Duduk Ren.""Gimana, udah dapet?"
"Ini pak, sudah saya kumpulkan beberapa informasi seputar dokter Andin."Rendy menyerahkan sebuah map berwarna biru dengan beberapa lembar kertas serta foto didalamnya.
"Oke makasih ya Ren.."
"Sama-sama pak.""Maaf pak, kalau boleh tau ini untuk apa ya?"
"Bukan urusan kamu.""M-maaf pak, kalau begitu saya keluar dulu." ucapnya kemudian meninggalkan ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Hadirnya kamu buat aku sadar, kalau luka itu bisa pulih ketika menemukan 'rumah' yang tepat." - Andini Zafira Pratama *** Aldebaran Rahardja, seorang pria bertubuh tinggi yang namanya tidak asing, terlebih bagi kalangan pengusaha kelas atas. Berbed...