24. Langit Malam Swiss

1.1K 164 5
                                    

Pagi ini Aldebaran bangun lima belas menit lebih awal dari Andin. Bukannya beranjak dari ranjangnya dan bersiap-siap, pria itu justru betah melihat wajah istrinya.

Matanya tak berhenti menatap setiap inci wajah Andin. Wanita yang selalu membuat dirinya merasa sebagai laki-laki yang paling beruntung di dunia karena telah memilikinya.

Perlahan tangan Aldebaran bergerak mengusap pipi istrinya dengan lembut. Entahlah, wajah Andin selalu terlihat lebih menggemaskan saat sedang tertidur.

Pergerakan itu rupanya dirasakan oleh Andin. Wanita berambut pendek itu pun tak lama terbangun.

Dengan mata yang masih sayup-sayup serta nyawa yang masih belum kumpul, Andin berusaha menyapa laki-laki dihadapannya.

"Massss.."

"Hey, saya ganggu kamu ya? Kalo kamu mau tidur lagi gapapa kok, saya tau kamu capek."

Andin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Enggak kok mas, udah pagi juga kan ini?"
"Heem."

"Mau pelukkkkk.." ucap Andin manja sambil mendusel ke dada Aldebaran.

Dengan sigap, tangan Aldebaran pun langsung menyambut tubuh istrinya dengan hangat. Mereka berpelukan sangat erat, seperti sedang sama-sama mencari kehangatan ditengah suhu Swiss yang mencapai lima derajat pagi itu.

"Udah bangun daritadi ya kamu?" tanya Andin.
"Belum lama kok, paling baru lima belas menit."

"Kok belum mandi? Katanya hari ini mau main salju?"

"..."

"Kok diem?"
"Maunya sama kamu." jawab Al dengan suara beratnya.

DEG!

Ucapan itu seketika langsung menyadarkan Andin dari alam bawah sadarnya. Bagaimana bisa pria itu menjadi sangat 'nakal' ketika sedang berdua bersama dirinya? Sungguh berbeda dengan Aldebaran yang orang lain kenal.

"Ishh! Nakal banget sih suami aku ini."

"Gapapa, kan sama istri sendiri.."
"Iya dehhh."

"Ayok!"
"Ayo apa?"

"Ya itu tadi, hehehe.." ledek Aldebaran.
"Ihh bener-bener ya kamu mas."

Aldebaran dan Andin saling menatap lekat. Mereka sama-sama bisa melihat refleksi dirinya sendiri di mata pasangannya. Beberapa detik setelahnya, Andin mengedipkan matanya, tanda bahwa ia mengiyakan perkataan suaminya tadi.

***

Sesuai ucapan Andin tadi, hari ini mereka akan bermain salju. Meski hanya di sekitar hotel, namun mereka tetap mengenakan jaket yang cukup tebal sebab suhu Swiss pagi itu memang dingin sekali.

Aldebaran dan Andin bermain ski selama kurang lebih satu jam. Walaupun awalnya Andin sempat ragu untuk mencoba hal itu, tapi Aldebaran selalu meyakinkan dirinya, sampai akhirnya ia mau bahkan merasa cukup mahir dalam bermain ski.

Tatapan bangga Aldebaran pada Andin begitu terlihat di wajahnya. Begitulah Aldebaran yang selalu menghargai sekecil apapun pencapaian istrinya.

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang