26. Malaikat Kecil

1K 171 15
                                    

Kurang lebih sebulan setelah kepulangannya dari Swiss, Andin merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Beberapa hari ini, ia merasa bahwa tubuhnya menjadi cepat lelah padahal tidak melakukan aktivitas yang berat.

Indra penciumannya pun terasa lebih tajam dari sebelumnya. Terbukti saat Andin sedang berada di dapur untuk mengambil minum, tidak sengaja ia mencium aroma masakan bibi dan tiba-tiba merasa enek.

Andin reflek memegang perut dengan satu tangannya, dengan ekspresi yang seketika berubah.

"Eh, mba Andin kenapa kok kayak mual gitu? Mba Andin sakit?"

"Hm, gak tau nih bi, kayak enek aja nyium bau itu, padahal biasanya juga nggak pernah."

"Mungkin mba Andin kecapekan kali ya? Kan beberapa hari ini lagi sering ikut mas Al ke kantor terus."

Belakangan ini Andin memang sering ikut ke kantor Aldebaran. Bukan karena ada urusan tertentu, tapi ia hanya sekedar ingin menemani sang suami bekerja meski sudah dilarang berkali-kali. Di kantor pun ia lebih banyak duduk dan menunggu di ruang kerja suaminya sambil bermain handphone. Entahlah, ia terlihat jadi lebih manja dengan Aldebaran daripada biasanya.

"Iya, mungkin aku kecapekan aja ya bi."
"Iya dibawa istirahat aja mba, nanti biar bibi anter makanannya ke kamar kalo udah jadi."

Andin kemudian beranjak ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur. Ia meraih handphonenya yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya.

Belum ada satu menit memainkan handphonenya, tiba-tiba ada sebuah notifikasi dari aplikasi menstruasi yang memberitahunya bahwa ia sudah telat menstruasi selama seminggu.

Pikirannya mulai menjalar kemana-mana. Apa mungkin dirinya hamil? Atau hanya sekedar perasaannya saja?

Andin menatap langit-langit kamarnya sambil mencoba meredakan pikiran yang semakin meracau.
Tentu dirinya akan sangat bahagia jika dikaruniai buah hati, apalagi dalam yang waktu secepat ini. Tapi, apakah dirinya sudah sepenuhnya siap menjadi seorang ibu? Apakah ia mampu menjadi ibu yang baik untuk anaknya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi isi kepala Andin, hingga akhirnya ia berpikir untuk membeli testpack saja daripada semakin hanyut dengan sesuatu yang belum pasti. Meski sempat ragu dan cemas akan hasilnya nanti, tapi tidak ada salahnya juga untuk mencoba.

Andin pun membuka aplikasi belanja online dan memesan lima buah testpack dengan merek yang berbeda. Ia berusaha untuk tetap tenang sambil menunggu kedatangan testpack yang telah dipesannya.

Perasaannya saat ini sungguh tidak bisa digambarkan lagi. Cemas, takut, excited, ragu, semua bercampur menjadi satu.

Sekitar tiga puluh menit setelah itu, pesanan yang sangat dinanti oleh Andin pun datang. Paket itu ia terima sendiri karena tidak mau ada orang lain yang mengetahui apa isinya.

Andin langsung bergegas menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Sesekali Andin menggigit bibirnya karena perasaan cemas saat menunggu hasil testpack itu. Ia menutup matanya sambil menghela napasnya sejenak, sebelum akhirnya ia membuka mata kembali dan melihat hasil tesnya.

"Garisnya dua.. Positif... I-ini beneran positif?" ucapnya lirih dengan suara terbata-bata.

Berkali-kali Andin memastikan arti dari dua garis itu  pada kertas panduannya. Testpack yang ia coba pun bukan hanya satu, melainkan tiga sekaligus karena merasa belum yakin dengan hasilnya.

"Mungkin aja salah kan ini?" gumamnya.

Perasaannya benar-benar tidak bisa diungkapkan lagi saat ia melihat bahwa ketiga testpack itu menunjukkan hasil yang sama.

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang