Disisi lain, Andin gelisah menunggu Aldebaran yang tak kunjung memberikan kabar sejak dua jam lalu. Ia duduk di ruang tengah, ditemani Bibi yang terus mencoba menenangkannya.
"Ck, kok mas Al belum ngabarin juga sih?!" ucap Andin cemas.
"Mungkin mas Al belum sempet buka hp pmba.." ujar Bibi sambil menyiapkan teh hangat."Tapi ini udah dua jam lebih, bi. Biasanya mas Al selalu ngabarin kalau ada apa-apa."
"Ini coba diminum dulu tehnya, biar mba Andin lebih tenang."
"Makasih ya, bi.."Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka dan Aldebaran pun masuk bersama Farhan. Keduanya terlihat babak belur, bahkan Farhan sampai berjalan sempoyongan.
Rendy, yang ikut bersama mereka, langsung diperintahkan Aldebaran untuk mengurus Malik di kantor polisi.
"Ren, tolong langsung ke kantor polisi ya. Pastikan Malik sudah ditangani dengan baik." kata Aldebaran tegas.
"Baik pak, kalau gitu saya permisi." jawab Rendy kemudian bergegas pergi.
Andin yang mendengar keributan dari arah pintu langsung berdiri dan berlari ke arah sana. Ia sangat terkejut melihat kondisi suami dan adik iparnya yang penuh luka.
"Ya ampun, masss! Kalian kenapa? Kok sampai luka-luka gini? Bukannya tadi janji gak bakal kenapa-napa.. Kita ke rumah sakit sekarang ya!" ucapnya cemas.
Aldebaran menggeleng pelan.
"Gak usah, ndin. Lukanya gak parah kok, diobatin dikit aja paling sembuh"
"Tapi, mas ini badan kamu luka-luka semua loh.."
"Saya baik-baik aja, Andin. Nih buktinya saya masih bisa jalan dan pulang ke rumah kan?"Aldebaran tersenyum lemah, mencoba menenangkan istrinya.
"Masih keras kepala aja ya kamu!" gumam Andin sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Terus ini Farhan kenapa, kok sempoyongan gini?!"
"Gue gapapa mba, cuma pusing dikit aja.""Kebanting tuh dia." celetuk Al.
"Hahh?! Kebanting gimana maksudnya?" kata Andin."Kena serang dari belakang mba, tapi gue aman kok."
"Tapi kamu kelihatan lemes banget, han.. Bi, tolong bantu Farhan duduk ya."Bibi segera mendekati Farhan dan membantunya duduk di sofa, "Ayo, mas Farhan duduk dulu, biar Bibi bantu."
Andin berbalik kepada Aldebaran dengan tatapan tajam.
"Sekarang kamu duduk mas. Aku obatin dulu lukanya."
Aldebaran hanya bisa menurut dan duduk di kursi dekat Andin. Ia merasakan sentuhan lembut namun tegas dari tangan istrinya saat membersihkan luka-luka di wajah dan tangannya.
"Kamu jangan khawatir berlebihan, saya gapapa kok." ujar Aldebaran pelan.
Andin mendengus, "Ya jelas aku khawatir lah mas, luka yang kemarin aja belum sembuh banget, sekarang malah nambah lagi."
"Maaf ya udah buat kamu khawatir.."
"Sebenernya apa yang terjadi sih mas? Kok kamu sampai begini? Malik gimana, berhasil ketangkep gak?""Nanyanya satu-satu Andin.."
"Ya habisnya kamu pulang-pulang begini, gimana aku nggak shock?! Ada apaa?"Aldebaran mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab.
"Saya tadi ke markas Malik, tapi ternyata dia gak sendirian, ada beberapa anak buahnya juga."
"Terus?""Ya kita sempet berantem tapi yang penting sekarang dia udah berhasil ditangkep dan diamanin polisi."
"Tapi kok kamu bisa sampe begini sih mas, bukannya kamu udah siapin polisi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Hadirnya kamu buat aku sadar, kalau luka itu bisa pulih ketika menemukan 'rumah' yang tepat." - Andini Zafira Pratama *** Aldebaran Rahardja, seorang pria bertubuh tinggi yang namanya tidak asing, terlebih bagi kalangan pengusaha kelas atas. Berbed...