5. Kembali Dipertemukan Semesta

1K 183 16
                                    

Hari yang ditunggu Farhan akhirnya datang juga, sebab seminggu dirawat di rumah sakit adalah hal yang cukup menyiksa bagi seseorang yang tidak bisa diam macam dirinya.

Pagi ini, Farhan telah diizinkan pulang setelah melewati berbagai proses pemulihan yang cukup panjang. Meski begitu, Farhan harus tetap merawat gips nya dengan baik agar cepat pulih.

Dokter juga berpesan agar Farhan dapat kembali sekitar 2 minggu lagi untuk kontrol perkembangan gips nya.

"Siap dok! Makasih banyak ya dok sudah banyak membantu saya selama disini.."
"Sama-sama pak, semoga bisa secepatnya pulih ya."

Dokter senior dengan tubuh sedikit berisi itu meninggalkan ruangan Farhan.

"Akhirnyaaaaaa, pulang juga gueee." ucap Farhan antusias.

"Ayo, Al.." sambungnya sambil menoleh melihat sang kakak.
"Iya."

"Dih, adeknya keluar dari rumah sakit bukannya seneng malah lemes."

"OHHHH IYAA, gue lupa.. Pantesan gak semangat, kan mau berpisah sama ayang hahaha."

"Gue tonjok juga kepala lo!"

"Eh ehhh, jangan dong, baru juga sembuh masa mau dirawat lagi. Seneng di lo, stress di gue."
"Bodo amat!"

"Mending lo cepetan urus administrasi deh Al, gue udah gak betah disini."
"Ntar sore aja."

"Hah? Gimana? Gue gak salah denger?"
"SORE AJA! Budeg lo?"

"Hah, apaan sih Al? Orang gue udah boleh pulang sekarang, ngapain nunggu sore, masih lamaaa.."

"Ya udah urus aja sendiri aja kalau gak mau nunggu."
"Dih gilak! Aneh banget sih lo."

Tingkah Aldebaran benar-benar membuat Farhan bingung kali ini. Jalan pikirannya tidak bisa ditebak oleh Farhan, yang padahal sering cosplay jadi telepatik / orang yang bisa membaca pikiran.

Masalah biaya tentu bukan menjadi masalah besar baginya. Sebab rumah sakit itu saja mungkin bisa dibeli oleh Aldebaran.

"Kalo jam-jam sekarang rame, ntar aja biar gak ngantri, gue males."

Alasan yang sangat tidak masuk akal untuk seorang Aldebaran yang biasanya hanya tinggal menelepon asisten atau sekretaris pribadinya untuk membantu menyelesaikan semua itu.

Ya tentu bukan itu alasan sebenarnya. Apalagi kalau bukan tentang Andin. Aldebaran tahu bahwa hari itu Andin mendapat jadwal shift sore dan baru datang sekitar pukul tiga dari website rumah sakit.

Bukan Aldebaran namanya jika tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau. Segala cara mungkin akan dilakukan, apalagi kalau sudah menyangkut soal Andin.

"Hadeh, repot emang kalo orang tua lagi jatuh cinta." batin Farhan.

Meski sebenarnya sudah sangat kesal dengan kelakuan kakaknya. Namun Farhan tidak bisa berkutik kali ini, sebab siapa lagi yang akan membayar biaya rumah sakit jika bukan Aldebaran.

Kalau Farhan sendiri yang bayar, mungkin uang tabungannya akan langsung habis, karena Aldebaran memang tidak pernah memberikan uang dalam jumlah besar padanya, mengingat sifatnya yang boros.

***

Waktu terasa berjalan lama sekali. Bukan hanya untuk Aldebaran, tapi juga untuk Farhan yang sepertinya sudah berada di ujung kekesalannya.

"Allll, mau nunggu sampe kapan sih? Gue dah bosen banget pengen pulang.." ucapnya kesal.
"Iya iyaa, gue urus sekarang."

Aldebaran beranjak dari ruangan itu dan meninggalkan Farhan seorang diri. Langsung mengurus administrasi? Tentu tidak.

Luka dan Rumahnya -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang