Credit 2

4 0 0
                                    

"Ayah, aku keluar dulu."

"Hei, mau kemana?"

"Mau melihat sekolahku."

"Untuk apa kau kesana? Masih banyak polisi di sana!"

"Terserah, aku tetap akan pergi!"

Membanting pintu dan pergi keluar. Sekitar rumah terlihat banyak anak kecil bermain skateboard dan gasing. Meski belum musim dingin aku mengenakan jaket dan celana jean panjang.

Sepanjang aku melihat ponselku hanya ada kabar dan berita tentang pembunuhan para siswi sekolah.

"Sial! Padahal sebentar lagi aku lulus!"

Melihat pesan di grub kelasku hanya isinya tentang omong kosong dan orang sok tahu. Karena admin di grub kelas, aku menghapus semua percakapan di kelas dan mematikan ponselku.

Setelah berjalan cukup jauh di kejauhan juga terlihat helikopter di atas gedung bangunan yang cukup jauh. Aku juga sadar, ada orang dengan pakaian selain polisi di berita tadi.

Saat menuju lapangan tempat aku bertemu dengannya, pikiran itu kembali dan sosok Iblis itu masih teringat dengan jelas.

"Jika aku menghentikannya saat itu, apa aku akan mati?"

Hembusan angin datang dengan seorang petugas.

"Hei, apa yang kau lakukan di sini?"

"Hanya melihat-lihat."

"Pergilah, ini kawasan kami sekarang!"

Aku melihat pakaian dari petugas itu, dia terlihat bukan polisi atau tentara. Bahkan model pakaiannya aku tidak tahu. Yang aku lihat hanyalah lambang seperti sebuah ngengat yang terbakar.

"Sudah ada saksi?"

"Itu bukan urusanmu! Cepat pergi!"

"Jika mereka semua tidak bisa di hubungi karena ketakutan di rumah mereka, aku bersedia."

Petugas itu melihatku, di balik kacamatanya aku melihat tatapan kaget sekaligus beruntung karena bisa menemukanku.

"Apa yang kau tahu?"

"Sebelum itu apa kau polisi?"

Petugas itu terdiam dan malah menyalakan rokok.

"Tidak, aku bukan bagian dari mereka."

"Kalau begitu, aku tidak punya kewajiban untuk mengatakan apapun padamu."

Aku memang sengaja memancing pak tua itu untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun aku malah mendengar sesuatu yang membuatku tidak mengerti.

"Fire moth, pernah dengar?"

Mendengar itu aku tidak terlalu tahu. Yang aku tahu sejak perang selesai dan yang di pelajari dari sekolah tidak menyebutkan apapun. Meski ayah pernah memintaku untuk berhati-hati jika bertemu orang asing bersetelan hitam dan berkelompok.

"Entahlah, tidak pernah dengar. Aku hanya tahu ada penculik yang pernah membawa orang-orang dan tidak pernah kembali. Apa itu kalian?"

"Lebih tepatnya dulu, sekarang sejak perubahan kepemimpinan semuanya berubah."

"Hah!"

Aku baru sadar sesuatu juga.

"Tunggu sebentar, kenapa malah mengatakan itu pada orang sepertiku juga."

Masih menghisap rokoknya dirinya akhirnya melihat ke arahku.

"Apa cita-citamu bocah?"

Aku selalu di tanya tentang itu, aku pernah bermimpi untuk mempunyai jubah emas dan memegang pedang ksatria, pergi ke bulan tanpa bantuan apapun, bahkan sampai sekarang, polisi bisa saja tempat aku berada. Meski kebanyakan masyarakat sok tahu yang berisi pengangguran selalu menyalahkan mereka tentang keputusan dirinya sendiri. Bahkan dengan mudah meminta ganti rugi.

"Aku hanya ingin memenangkan Summer dan Winter cup sebagai pemain baseball, meski sekarang itu semua sudah berakhir!"

"Baseball ya, tidak buruk, impianmu pasti terus berubah seperti halnya ombak yang bisa berada di atas dan di bawah."

"Ingatlah, setiap orang tidak memiliki kesempatan kedua jika sudah berada di atas. Mereka lebih memilih turun ke bawah membuang semuanya dan menyisakan nama saja."

"Kau sendiri mau yang mana bocah!"

Yang mana? Jangan bercanda!

"Kalau begitu biarkan aku menghajar pemimpinmu! Aku bisa meninggalkan nama jika melakukan itu di hadapan semua orang bukan!"

"Ya bisa saja, namun tidak ada yang peduli."

Beberapa prajurit datang berbisik pada pak tua itu. Melihatku lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa.

"Sudah saatnya kita berpisah, bocah!"

Pak tua itu bilang kesempatan kedua tapi bagiku ini kesempatan terakhir.

"Pak tua, bagaimana caranya agar bisa bergabung denganmu?"

Diam dan melihat ke arahku lalu jalan ke sini. Aku lihat rokonya sudah habis.

"Sebelum itu, aku perkenalkan diri dulu, namaku Paul Long."

"Oh."

"Kalau begitu, namaku...."

Sebuah bintang menerangi bumi sekali lagi.

Boruto x Selee(???) (Boruto x Honkai Impact)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang