12

5.5K 400 13
                                    

Hari ini sekolah kedatangan tamu. Tapi Rembu tidak tahu siapa. Para siswa sibuk membicarakan tamu tersebut sampai rembu ikut penasaran.

"Itu ada apa sih rame-rame yang bicarakan anak-anak?"

Rembu dan Tari sedang berada di kantin. Hari ini ia tidak bawa bekal karena Mama nya bangun kesiangan. Dan jadilah uang jajan nya di lebihkan. Rembu sih senang-senang aja. Jarang-jarang juga ia makan di kantin karena membawa bekal terus sekolah.

"Lo serius nggak tahu?" Tari menatap cengo Rembulan, apalagi wajah polos yang menggeleng tersebut.

"Lo juga nggak lihat orang nya? Padahal tadi tuh lewat loh di depan kelas kita." ujar Tari lagi.

"Siapa sih? Pak presiden? Nggak ngeh gue, Tar."

Tari sampai geleng-geleng kepala menatap sahabat nya. "Ini nih efek dari lo yang terlalu cuek sama keadaan sekitar. Heran gue," Omel Tari. "Hari ini tuh kita kedatangan tamubsalah satu donatur sekolah ini. Dengar-dengar nya gitu. Orang nya tuh ganteng ,Mbul. Walaupun udah bapakable sih. Dan yang lebih parah berita nya. Itu tamu bokap nya si Laras!" jawab Tari tampak seakan menggebu-gebu.

"Terus masalah nya dimana? Kenapa memang kalau itu tamu bokap nya Laras?" Rembulan menaikkan alis tidak paham.

Tari mendesah. "Nggak ada masalah. Cuma anak-anak pada heboh saat mereka tahu kalau Bokap Laras memang sekaya dan setajit melintir itu, plus mula ganteng itu bapak. Banyak yang nggak percaya kalau Laras itu anak nya, termasuk gue. Secara dari luar saja itu Bapak kelihatan nya baik. Beda banget sama si Laras si pembully."

Rembulan mengangguk-angguk paham. "Oh begitu."

Tari lagi-lagi melongo mendengar tanggapan Rembulan.

"Lho kok nanggepin nya begitu aja sih Mbul?"

"Lah terus gue harus nanggepin nya gimana dong? Gue harus teriak-teriak heboh?"

"Memang lo nggak penasaran?"

"Nggak. Biasa aja. Nggak peduli gue."

Tiba-tiba yang di bicarakan pun datang ke kantin. Laras and the gengs.

Rembulan melongos namun tersentak saat tiba-tiba kepala nya di guyur oleh air.

Tari memekik. Laras tertawa terbahak-bahak.

Rembulan langsung menyeka air yang membasahi kepala dan wajah nya.

Ia segera mendongak dan menatap tajam pada Laras

"Apa-apa lo hah?"

Laras masih tertawa dan mengejek Rembulan. "Itu balasan karena perbuatan lo kemaren. Paham?"

Sekarang Rembulan mengerti. Ia bangkit dan mengambil jus orange milik Tari yang tinggal setengah dan menyemburkan nya ke wajah Laras secara kilat.

Semua penghuni kantin tidak ada yang berani melerai dan mereka malah menyaksikan.

"Kurang ajar lo ya?" Laras berang tidak terima. Ia menjambak rambut Rembulan. Tidak mau tinggal diam Rembu pun membalas dengan aksi yang sama.

Kantin heboh seketika. Tari berusaha melerai. Sedangkan teman-teman Laras malah bersorak menyemangati Laras. Benar-benar edan.

Ibuk Kantin segera datang berusaha melerai.

"Tolongin. Jangan pada di lihatin aja!" Teriak Bu Wati tergopoh gopoh.

"Sialan lo anjing. Gue laporin lo ke bokap gue."

"Sana laporin. Ngadu lo sana. Nggak takut gue," sahut Rembu. Mereka masih saling menjambak rambut.

Kemudian salah seorang guru datang dan berteriak menghentikan.

"STOOPPP." Rembulan mendorong Laras sampai jatuh ke lantai.

Seakan mendapat kan kesempatan. Laras pun ber akting menyedihkan dan pura-pura menangis. Nggak mempan bagi Rembulan tentu nya. Semua yang di kantin ini saksi nya.

"REMBULAN APA-APAAN KAMU INI?"

Rembulan memutat bola mata nya jengah menyaksikan guru BK membantu Laras berdiri. Rembulan pun segera memperbaiki penampilan nya.

"Kalian ini kenapa hah? Hobi sekali ribut?"

Tari segera menghampiri Rembulan.

"Nggak papa lo, Mbul?" Bisik Tari pelan.

Rembulan mengangguk. "Gue oke."

"Sekarang kalian ke ruang Bk. Ibu tunggu di sana!"

Rembulan pun menghela nafas pasrah. Ini semua karena si Laras itu. Padahal dia sudah berusaha untuk tidak lagi masuk ruang BK.

Rembulan menatap Tari dengan pasrah. Laras dan teman-teman nya sudah pergi duluan.

"Gue temenin ya. Gue bakal menjadi saksi buat lo."

Rembulan mengangguk. Sekarang mereka sudah berada di ruang BK.

"Sekarang jelaskan, apa yang kalian ributkan. Kenapa kaliwn bertengkar?"

Laras dan rembulqn saling melirik.

"Nggak usah lirik-lirikkan jawab aja pertanyaan Ibu." bentak Buk Santi dengan garang. Apalagi wajah beliau sangat mendukung untuk memerankan tokoh antagonis tersebut.

"Rembulan yang mulai duluan Buk. Bukan saya!"

"Jangan memutar balikkan fakta lo ya!" Celetuk Rembulan marah. Ia tidak suka kalau ada yang memutarbalikkan fakta yang sebenarnya.

"Masalah nya apa?"

"Rembulan kemaren mendorong saya sampai terjatuh jadi saya balas dengan menyiram air ke wajah nya Bu!"

"Betul begitu Rembulan?" Bu Santi menatap Rembulan.

"Benar, Buk. Tapi kejadiannya bisa saya jelas kan, Buk."

"Nah, kan Ibuk dengar sendiri kalau dia mengaku barusan. Dia duluan yang berbuat ulah, Buk. Saya hanya membalas."

"Itu karena lo membully Agni."

"Nggak. Jangan fitnah lo ya. Nggak benar itu buk. Itu cuma akal-akalan Rembulqn saja, Buk."

Terjadilah adu mulut antara Laras dan Rembulan. Bahkan mereka kembali bertengkar.

"STOP IBU BILANG STOP KALIAN SALING MENYALAHKAN." ujar Bu Santi keras. Rembulan dan Laras akhirnya diam.

"Ada apa ini bu Santi?" Mereka terkejut dan menoleh serempak keluar menatap kepala sekolah dan seorang laki-laki yang memakai jas formal seperti pengusaha kaya raya yang sering di lihat Rembulan dalam majalah.

"Papa,"

Rembulan melirik Laras yang menggumam.

Rembulan pun menegakkan kepala. Mata nya langsung bersirobok dengan wajah seorang laki-laki yang selalu di mimpikan dan diharapkan kedatangan nya selama ini.

Tubuh Rembulan menegang saat kepala sekolah dan laki-laki itu masuk.

"Papa," panggil Laras dengan suara lebih jelas.

Telinga Rembulan berdenging dengan mata melotot horor dengan sekujur tubuh yang kaku.

Bagaimana bisa laki-laki itu menjadi Papa Laras. Rembulan tidak salah lihat. Ia sangat yakin.

Rembulan memaku tatap nya kepada Seno begitu pun sebalik nya. Mereka seakan bisa merasakan kalau di antara mereka ada hubungan. Ada semacam perasaan dekat padahal ini pertama kali mereka bertemu.

Rembulan menatap Laras yang langsung memeluk Seno. Laras merasa ada yang patah didasar hati nya.

Kenapa ia merasa perasaan tidak suka saat Laras memeluk Seno.

Ia tidak mungkin salah mengenali Seno. Nyata nya sosok Seno sudah sangat hafal di kepala Rembulan walaupun hanya sekedar berbentuk foto selama ini.

Mama! Aku butuh Mama.

Tbc!

20/03/24

Wowww wooww woo

MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang