41

5.2K 524 33
                                    

Rembulan turun dari mobil setelah sampai di sekolah. Seno pun ikut keluar.

Rembulan menghampiri Seno dan berpamitan. Seno dengan hati senang menyambut uluran tangan anak nya.

Begini rasa nya ternyata menjadi seorang ayah, pikir Seno. Sangat menyenangkan dan membahagiakan sekali.

Seno mengusap kepala Rembulan dan mengecup kening anak nya

"Yang rajin belajar nya, Nak!"

"Nggak rajin pun aku sudah pintar."

Ya Tuhan! Dari mana datang nya percaya diri anak nya ini. Seno pun lantas tertawa.

"Papa nggak bisa percaya kalau kamu belum buktikan."

"Lihat aja laporan hasil belajar aku. Pasti di sana tertulis berapa nilaiku."

"Papa mau semester nanti nilai nya harus bagus dan juara kelas."

"Juara umum. Pegang ucapan aku."

"Oke, papa pegang ucapan kamu. Nanti papa kasih hadiah kalau kamu bisa membuktikan."

Rembulan tersenyum. "Beneran?"

"Iya, papa janji."

"Oke." Rembulan mengangguk senang. Seno pun ikut tertawa.

Mereka tidak tahu kalau ada sepasang mata yang menatap penuh benci pada pemandangan di depan gerbang.

Ia mengepalkan tangan dengan wajah penuh dendam dan benci.

Seno kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan gerbang sekolah.

"Jadi, serius yang barusan bokap lo?" Tari menghadang jalan Rembulan.

Ia masih tidak percaya. Ternyata sahabat nya merupakan anak orang kaya. Anak donatur tetap di sekolah ini.

"Kok bisa?"
Dengan polos nya Tari melontarkan pertanyaan tersebut.

Rembulan berhenti berjalan. Ia menaikkan alis nya dan menatap jengah dengan omongan Tari barusan.

"Pertanyaan lo nggak berbobot amat. Ya jelas bisa lah. Papa gue nikah sama Mama gue. Terus lahir gue. Atau lo mau gue jabari. Juga gimana proses gue ada di dunia ini?"

Tari tertawa melihat kekesalan Rembulan.

"Yaelah. Bercanda, Mbul." Tari cengengesan mengangkat jari telunjuk dan tengah nya.

Rembulan pun tidak menanggapi dan kembali melanjutkan langkah nya menuju kelas.

*****

Tari dan Rembulan sedang berada di toko buku. Selesai membayar belanjaan mereka keluar.

Baru saja sampai di luar. Tiba-tiba ada yang mendorong tubuh Rembulan hingga terjatuh.

"Aaawww." Rembulan memekik.

Tari menatap pelaku nya. Ia semakin marah setelah melihat Laras.

"Lo lagi lo lagi. Nggak di sekolah nggak di luar selalu mencari masalah aja kerjaan nya. Hidup lo kurang kerjaan hah? Sengaja kan lo dorong teman gue."

Laras tertawa. Rembulan berusah bangkit. "Kalau iya kenapa. Apa urusan lo. Minggir! Gue nggak ada urusan sama lo. Urusan gue sama anak sialan ini!" Tunjuk laras kepada Rembulan.

Laras pun mendorong bahu Tari sehingga menyingkir.

"Eh Laras. Lo itu apa apan sih. Tiba-tiba dorong gue. Perasaan gue nggaka da masalah sama lo." Rembulan pun tidak terima. Untung saja tempat mereka berdiri saat ini sedang sepi.

"Gara-gara kehadiran lo sialan. Gue nggak suka!" teriak Laras dengan wajah marah

"Terus kalau lo nggak suka apa hubungan nya sama gue hah?"

MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang