36

6.4K 443 28
                                    

Selamat pagi gaess.. happy weekend.

Mahligai syahdu udah bab 64 ya di Karyakarsa. Disana mereka lagi bulanmadu🤭🤭. Cus tengok sana dulu kalo mau yaa.


"Ya, Hallo." Seno memgangkat telpon dari Lidya. Sekretaris nya.

"Saya sekarang sedang di jalan. Saya akan segera ke kantor. Ya, minta dia tunggu lima belas menit." sahut  Seno melirik arloji di tangan nya.

Seno memutus panggilan. Ia menoleh menatap Rembulan. "Kita ke kantor Papa dulu, Ya. Gimana? Papa lupa kalau ada janji habis ini."

Rembulan mengangguk tanpa menolak. Seno tersenyum. "Nanti Papa yang telpon Mama."

Lagi lagi Rembulan mengangguk.

Seno menambah kecepatan mobil nya supaya cepat sampai di kantor.

Begitu sampai di lobi. Seno dan Rembulan turun dari mobil.
Seno memberikan kunci mobil nya pada security untuk di parkirkan.

"Ayo, Nak!" Seno mengulurkan tangan nya. Rembulan pun langsung menggenggam tangan Seno karena ia merasa asing di gedung mewah yangsbedang di injak nya sekarang.

Seno tersenyum. Perasaan nya menghangat seketika saat bisa merasakan kedekatan mereka saat ini.

Rembulan semakin merapatkan langkah nya di samping Seno saat ia merasa tatapan semua orang melihat ke arah nya.

"Kenapa?"

Rembulan menggeleng. "Mereka ngelihatin aku."

Seno menatap pegawai yang tertangkap basah dan langsung menunduk.

Seno juga menatap sekumpulan perempuan di balik meja.

"Kalian saya gaji bukan untuk berdiri dan berdiam tangan seperti itu."

Suara tegas dan bariton Seno mampu membuat pegawai itu kepergok dan menunduk.

Seno kembali melanjutkan langkah dan di susul Rembulan.

"Selamat siang, Pak!"

Seorang perempuan langsung menghampiri Seno begitu melihat nya.

Netra nya juga menatap Rembulan dengan alis bertaut dan penasaran. Apalagi melihat Rembulan yang merangkul lengan Seno.

"Ruang meeting sudah siap?"

"Sudah, Pak. Mereka sedang menunggu!"

Seno mengangguk. "Siapkan dokumen nya!"

"Baik, Pak!" Lidya mengangguk cepat.

Ia kembali melirik Rembulan dari sudut mata nya.

"Oh ya, kamu tolong pesankan makanan buat anak saya."

"Hah? Bagaimana, Pak?" Lidya tampak terkejut dengan mulut terbuka lebar. Ia tidak salah dengar kan.

Seno mendesah kemudian menatap lidya dengan tajam.

"Pasang pendengaran kamu baik-baik. Kamu lihat wajah anak saya dan kamu rekam baik-baik supaya ingat. Nama nya Rembulan. Anak saya sama Syahdu."

"Hah, serius, Pak?" Lidya spontan menutup mulut nya karena tidak sadar baru saja memekik.

"Saya tidak akan mengulang perkataan saya Lidya."

"Hah. I..iya, Pak. Maaf!"

Lidya spontan kembali menatap lekat kepada Rembulan yang sibuk melihat isi ruangan Seno.

"Sayang, kamu mau makan apa? Biar di pesenin sama sekretaris Papa sekalian. Sambil nunggu Papa, kamu bisa jalan-jalan atau baca buku. Laptop papa juga ada kalau mau online." Ujar Seno meninggalkan pesan.

MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang