Note: di karyakarsa udah bab 31 ya. Monggo yang mau ke sana💃
Syahdu membuka pintu. Ia hendak menyapu lantai rumah. Namun mata nya langsung menatap mobil Seno terparkir di halaman.
Mobil Mas Seno. Apa dia tidak pulang semalam? Pikir Syahdu
Pasalnya sekarang masih pukul setengah enam. Bahkan matahari belum muncul ke permukaan.
Tiba-tiba pintu mobil terbuka. Syahdu mematung di ambang pintu. Seno turun dari mobil.
Ternyata benar. Seno tidak pulang. Pakaian nya masih sama dengan yang semalam. Seno tampak kacau dengan kantung mata yang menghitam dan rambut awut-awutan. Wajah nya tampak lelah sekali.
"Syahdu,"
Suara lembut Seno menyadarkan Syahdu dari pikiran nya. Seno berdiri tidak jauh dari hadapan nya.
Tatapan mereka bertemu.
"Mas tidak bisa tidur semalam ini. Percuma juga Mas pulang. Ternyata di sini juga tidak bisa membuat Mas tidur. Otak Mas berisik Syahdu. Hati Mas juga tidak berhenti berkata-kata. Mas harus bagaimana?"
Syahdu mengerjap mendengar ungkapan Seno. Biasa nya dulu sewaktu menikah jika Seno sudah lelah dengan masalah nya dia akan mengeluh seperti ini kepada Syahdu. Dan Syahdu akan memeluk dan membelai kepala Seno.
Sekarang bukan hanya Seno saja yang tidak bisa tidur. Syahdu pun tidak tidur semalam ini. Menjelang subuh baru dia terlelap sebentar namun kembali bangun. Entah sampai sejam dia tidur entah tidak.
Syahdu juga memikirkan Rembulan, anak nya. Bagaimana dengan Rembulan. Apakah dia bisa tidur semalam? Kasihan sekali anak nya jika tidak bisa tidur juga.
"Walaupun tidak bisa tidur. Kamu harus pulang. Kamu menyiksa diri sendiri duduk di mobil semalaman." balas Syahdu pelan.
"Kamu tahu bagaimana Mas Syahdu. Apalagi setelah mengetahui fakta ini. Rembulan anak Mas dan dia membenci Mas. Mas tidak sanggup di benci oleh anak kandung Mas sendiri. Apalagi kami baru bertemu. Mas tersiksa."
Syahdu menatap mata Seno. "Kamu baru tersiksa semalam. Apa kamu tidak berpikir kalau kami tersiksa bertahun-tahun?"
Glek
Seno menelan ludah nya yang terasa serat di tenggorokan. Sungguh keterlaluan Seno rasanya saat di beri fakta barusan oleh Syahdu. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana tersiksa nya istri dan anak nya selama ini di luar tanpa kehadiran dirinya.
Di saat dirinya bisa hidup bermewah-mewah tanpa memikirkan uang ia tidak tahu bagaimana ekonomi Syahdu.
Saat ia asyik bersenang-senang, entah bagaimana nasib Syahdu mengandung sendirian, melahirkan sendiri, dan merawat serta membiayai hidup mereka berdua. Ngeri dan sedih sekali Seno membayangkan. Ia rasanya tidak sanggup.
"Pulanglah, Mas!" Pinta Syahdu berbisik lirih dan mengusir Seno terang-terangan.
"Syahdu," panggil Seno menggeleng. Mata nya berkaca-kaca.
"Tidak sekarang Mas. Kami butuh waktu. Apalagi Rembulan. Ia masih terkejut menerima fakta ini."
Syahdu tidak sanggup melihat wajah Seno. Hati nya lemah dan rapuh. Ia menjadi sosok perempuan lemah jika sudah berhadapan dengan Seno. Syahdu tidak tahu kemana pergi nya dirinya yang kuat selama ini. Bahkan di terjang badai sekalipun ia masih mampu berpijak di bumi ini dan menegakkan kepala nya.
Syahdu masuk ke dalam rumah. Suara Seno menghentikan langkah Syahdu.
"Bagaimana dengan Rembulan? Mas ingin sekali berbicara dengan nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)
Romance"Ma, aku bertemu dengan laki-laki itu." " Siapa?" " Laki-laki yang mirip dengan Papa." Deg Terdiam kaku saat mendengar anak tiba-tiba membawa informasi yang sangat tidak ingin ku dengar. " Kamu sepertinya salah lihat. Itu tidak mungkin." " Tidak, M...