43

3.6K 471 20
                                    

Udah extra part 5 nih di karyakarsa gar. Yang mau baca boleh ke sana yaa.

Dinda segera pulang ke rumah setelah di usir dari kantor Seno. Ia segera mencari keberadaan Laras.

"LARAS, DIMANA KAMU?" Dinda berteriak. Dinda segera naik ke lantai dua dan membuka pintu kamar Laras dengan kasar.

Namun mata nya spontan melebar saat melihat penampilan Laras yang sangat kacau.

Dinda segera mendekati Laras dan memegang wajah Laras yang meringis.

"Jadi, ini ulah anak itu?"

Laras mengangguk. Dinda menautkan gigi nya marah.

"Perutku sakit sekali, Ma. Di tendang sama Rembulan." Adi Laras meringkuk dan memegang perut nya.

"Ayo kita ke rumah sakit. Sekalian kamu harus visum. Kita akan minta pertanggung jawaban anak itu."

Laras pun menatap Dinda. "Mama punya uang?"

"Tidak perlu kamu pikirkan itu. Ayo siap-siap kita ke rumah sakit sekarang!"

Laras mengangguk. Dinda mengepalkan tangan. Dada nya penuh dengan dendam yang menyala.

*****

"Mama kok baru pulang? Aku lapar. Nggak ada makanan."

Syahdu langsung di omeli Rembulan ketika baru saja menginjak kan kaki di rumah nya.

Seno menyusul masuk ke dalam.

"Kenapa?"

Rembulan langsung cemberut. Ia duduk di sofa dengan kesal.

Syahdu mengode Seno untuk langsung bertanya ke anak nya. Sedangkan ia memilih ke kamar menaruh tas.

Seno duduk di samping Rembulan.

"Kenapa langsung cemberut gitu? Sini lihat Papa wajah nya. Mana yang luka?"

Rembulan pun menoleh. Seno menatap ada garis panjang di pipi ke sudut bibir. Walaupun luka kecil tapi efek nya pasti perih.

"Udah di kasih salep?"

Rembulan mengangguk. "Mau makan apa? Biar Mama masak bentar. Yang cepat aja." Syahdu keluar kamar dan menghampiri Seno dan Rembulan.

"Nggak mau telor. Udah bosan."

Rembulan langsung menjawab tanpa menoleh. Sudah pasti Mama nya akan memasak makanan berjenis telor. Karena memang begitu Mama nya.

"Terus mau nya apa?" tanya Syandu melembut.

Rembulan pun diam. Ia juga tidak tahu mau makan apa.

"Oh jadi, kesel gara-gara lapar?" Tanya Seno. Syahdu mengangguk.

Seno menatap Rembulan. "Nggak usah masak. Kita pesan aja gimana?" tawar Seno.

Rembulan menoleh cepat. Seno mengangsurkan handphone nya kepada Rembulan.

"Pesan aja di handphone Papa. Pilih aja mau apa."

"Papa serius?"

"Iya sayang." Seno mengusap kepala Rembulan yang mulai berselancar di sebuah aplikasi yang bisa memesan makanan.

Syahdu menghela nafas. Ia akhirnya ikut duduk di samping Rembulan.

"Jangan aneh aneh yang kamu pesan. Nanti nggak kemakan."

"Selera Mama aja yang nggak normal." Sahut Rembulan. "Udah tau makanan nya enak malah di bilang nggak." Tambah Rembulan.

"Memang nggak enak, anak sekarang makanan nya suka aneh aneh."

MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang