38

3.9K 386 23
                                    

Gaess kemaren aku janji kan update double. Nah aku lupa. Baru ingat juga setelah baca komen.

Maafin ya gaess. Aku bakal update double sekarang juga nih gantinya.

Okeee...

Happy reading!

"Ma, ayo dong Ma bolehin."

Sekarang mereka sedang berada dalam mobil. Rembulan masih saja merengek dan merayu Syahdu untuk mengizinkan nya.

"Diam, Rembulan. Pusing kepala Mama denger kamu merengek sejak tadi."

"Ya, maka nya kasih izin. Beres kan. Diam aku."

"Nggak. Udah Mama bilang sekali nggak tetap nggak."

Rembulan cemberut dan sedih. Seno menatap wajah lesu anak nya.

"Izinkan aja. Biar saja anak kita mengembangkan kemampuan nya. Jangan di larang. Kalau suka nya beladiri yaudah kita fasilitasi."

Syahdu menatap tajam Seno. Ia kesel sama Seno karena laki-laki itu penyebab nya.

"Nggak. Anak kita itu perempuan Mas. Nggak cocok belajar nya di sana. Kalau kamu minta les nya menari ballet, memasak, menyanyi. Mama oke. Kalau beladiri yang hanya tau nya menonjok dan memukul itu nggak."

Seno menghela nafas. Syahdu benar-benar kekeh dengan prinsip nya.

"Yaudah lah. Terserah!" Rembulan pun diam dan memilih untuk memejamkan mata nya. Syahdu pun tidak berusaha memperbaiki suasana hati Rembulan. Di sini Seno yang bimbang antara keinginan Syahdu dan Rembulan. Ia lun menjadi bingung.

"Kemana Mas? Ini bukan jalan ke rumah." ujar Syahdu menatap mobil yang berbelok.

"Ke apartemen Mas."

"Nggak. Aku mau pulang!" Syahdu menolak.

"Sebentar saja. Tiba-tiba badan Mas gatal."

"Gatal kenapa sih. Perasaan kamu nggak ngapa-ngapain deh sejak tadi."

"Nggak tahu. Gatal sayang." Seno memang tampak menggaruk leher nya sejak tadi.

"Sini lihat aku leher nya!" Syahdu pun bergerak dan mendekat ke arah Seno. Ia menarik kerah kemeja tersebut dan kaget melihat leher Seno bentol-bentol dan merah.

"Astaga Mas. Kenapa bisa begini?"

Rembulan pun maju. Ternyata memang benar.

"Kayak di gigit ulat."

"Ulat? Papa nggak ada berkebun atau memegang tanah."

"Nggak harus begitu juga kalau di gigit ulat, Mas. Kamu ini."

Syahdu menepuk lengan Seno. Tiba-tiba Syahdu nyeletuk. "Mas tadi kamu berdiri telfonan di bawah pohon kan?"

Seno kembali mengingat. Ia mengangguk.

"Apa di pohon itu ada ulat nya ya?"

"Seperti nya iya deh."

Mereka sampai di basement. Seno segera turun di susul Syahdu dan Rembulan. Mereka segera menaiki lift menuju unit apartemen milik Seno.

Seno segera menekan Sandi.

"Kalian berdua mendekat, Papa tunjukin kode sandi nya biar gampang kalau mau masuk."

Syahdu dan Rembulan mendekat.

"Lho itu kan ulang tahu Mama?" ujar Rembulan cepat.

Seno tersenyum lebar kemudian mengangguk.  Syahdu terdiam sembari menatap Seno. Ia tidak tahu kalau sandi apartemen Seno tanggal dan hari ulang tahun nya. Ternyata Seno masih ingat dan menjadikan sebagai Sandi apartemen nya.

MAHLIGAI SYAHDU (EBOOK READY DI GOOGLEPLAY/PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang